Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Musyawarah dan berdebat adalah dua hal yang saling bertentangan karena satu bisa menyelesaikan masalah dan satu lagi bisa memperkeruh suasana. Mari kita simak terlebih dahulu makna dari musyawarah itu sendiri, musyawarah ialah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Sedangkan makna dari debat yaitu pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Dari dua makna diatas jelaslah bahwa musyawarah dan debat adalah dua hal yang saling bertentangan namun saat sekarang ini begitu banyak dari kita lebih suka yang namanya berdebat daripada bermusyawarah, adapun yang sangat menonjol diperdebatkan adalah dalam urusan agama dan politik. Agama dan politik begitu kental dengan debat kenapa demikian, karena dilatarbelakangi oleh nafsu dan ingin merasa paling benar serta ingin mempertahankan pendapatnya tanpa menghiraukan pendapat orang lain.
Dalam hal agama contohnya perbedaan mazhab bisa menimbulkan gejolak kehidupan sosial diantara umat Islam, perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih dan memakai qunut atau tidak saat shalat shubuh dan lain sebagainya ini terus diperdebatakn tapi tidak mau bermusyawarah sehingga menimbulkan konflik dimasyarakat. Sejarah mencatat bahwa telah terjadi peperangan antara umat Islam lantaran hanya perbedaan mazhab, Islam yang seluruh ajarannya mengandung kemurahan, belas kasihan, menyeru kepada perdamaian dan jika ada ada masalah maka jalan terbaik adalah dengan bermusyawarah. Namun semua itu telah dinodai oleh penganutnya dan sesamanya sebagai akibat dari adanya khilafiyyah mazhab. Dan pertumpahan darah itu berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang. Peperangan itu sendiri memberikan luka yang tak tersembuhkan pada jiwa para pengikut mazhab yang bertikai itu.
Dalam hal politik juga semakin banyak partai dan semakin banyak pula orang yang berbicara, semakin banyak pula orang yang merasa paling benar dalam berpolitik sehingga enggan bermusyawarah yang hanya mereka tahu hanyalah mengeluarkan kata-kata sindiran dan berdebat mengeluarkan fakta-fakta dan opini-opini yang berkualitas hanya mempertahankan pendapatnya yang ada hanya permusuhan, mata melotot dan bibir basah dengan kata-kata yang saling memberikan perlawanan dalam forum diskusi namun tak ada manfaat dari debat tersebut, lagi-lagi hanya ada debat namun musyawarah dikesampingkan makanya bangsa ini dipenuhi dengan orang-orang yang suka berdebat namun tidak suka bermusyawarah. Sebelum Pilpres 9 Juli begitu maraknya orang berdebat dimedia sosial dan penulis juga telah terjerumus dengan debat-debat murahan tersebut namun tidak ada manfaat sama sekali yang ada hanya perrmusuhan dan perselisihan.
Hikmah Dari Musyawarah
Agama Islam adalah satu-satunya din yang menyeru kepada musyawarah, Islam mewajibkan musyawarah dalam setiap urusan baik itu yang berkaitan dengan agama maupun dalam urusan pemerintahan. Keharusan ini dapat ditemui dalam banyak ayat al-Qur’an, beberapa contoh diantaranya ialah:
“…sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka…” (Asy-Syura: 38) “…karena itu maafkanlah mereka , mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…” (Ali-Imran: 159)
Abu Hanifah berkata, Aku pernah mendengar seorang ahli hikmah dari negeri Samarkan berkata: “Ada salah seorang penuntut ilmu bermusyawarah denganku ketika hendak pergi ke Bukhara untuk menuntut ilmu.” Maksud dari penuturan ahli hikmah tersebut adalah, setiap pelajar seharusnya bermusyawarah dengan orang alim ketika akan pergi menuntut ilmu atau dalam segala urusan. Karena Allah Ta’ala menyuruh Nabi Muhammad saw supaya bermusyawarah dalam segala urusan, padahal tiada seorangpun yang lebih pandai dan dari beliau. Dalam segala urusan, beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat, bahkan dalam urusan rumah tangga pun beliau selalu bermusyawarah dengan istrinya. Sayyidina Ali berkata “Tak akan hancur orang yang mau berunding.”
Didalam kitab Ta’lim Muta’lim sebagai kitab pegangan seorang santri, dikatakan bahwa manusia itu ada tiga macam:
- Orang-orang yang benar sempurna
- Orang yang setengah sempurna
- Orang yang tidak sempurna sama sekali
Adapun orang-orang yang benar-benar sempurna ialah orang yang pendapatnya selalu benar dan mau bermusyawarah. Sedangkan orang yang setengah sempurna ialah orang yang pendapatnya benar tapi tak mau musyawarah. Dan orang yang tidak sempurna sama sekali ialah orang yang pendapatnya salah dan tidak mau musyawarah.
Abu Ja’far Shidik berkata kepada Sufyan Tsauri “Musyawarahkan urusanmu kepada orang yang takut kepada Allah.”
Demikianlah bahwa Islam adalah mengajarkan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah bukan berdebat, para khilafah-khilafah terdahulu selalu meminta pendapat para cendekiawan, ahli pikir dan tentunya Ulama dalam memutuskan berbagai masalah penting. Oleh karena itu dalam tulisan singkat ini, bagaimana caranya kita mempraktekkan nilai-nilai Islam dengan bermusyawarah dalam hal mengambil keputusan, mencari solusi dan bisa menyelesaikan masalah sedangkan yang namanya debat seperti yang penulis katakan diatas bahwa debat hanya lah menimbulkan permusuhan, perselisihan sehingga bisa menghancurkan Umat Islam.
Akhir kata dari tulisan ini penulis mengambil kutipan dari perkataan bapak Dr. Mohd. Din. SH.MH dalam acara Isra’ Mi’raj beberapa bulan lalu bersama Mahasiswa Aceh Tengah-Bener Meriah, beliau mengatakan “adalah bodoh orang yang pintar mendebat orang bodoh….”
Pilih mana Bermusyawarah atau Berdebat !!!
Semoga bermanfaat
*Penulis: Khadam/Remaja Masjid dan Kolumnis LintasGayo.com
Kirim Tulisan Anda ke E-Mail : redaksi[at]lintasgayo.com