Takengen | Lintas Gayo : Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof. Dr. Darni M. Daud, MA memastikan diri akan maju sebagai Calon Gubernur (Cagub) Aceh diajang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) mendatang dan jika menang tidak akan memperlakukan wakilnya semata-mata sebagai Ban Serap. Pernyataan ini ditegaskan pria kelahiran Pidie, pada 1961 silam ini dalam konferensi pers setelah membuka acara resepesi ulang tahun Gayo Scooter Club (Gasac) yang kedua di lapangan Gelengang Musara Alun, Minggu (8/5/2011).
“Saya berniat maju menjadi Cagub Aceh sejak awal tahun 2010 lalu dengan keinginan kuat untuk memajukan Aceh,” kata Darni panggilan singkat professor yang sudah tak terhitung lagi berapa kali ke daratan tinggi Gayo karena istrinya merupakan orang Gayo dari Kebayakan.
Dipaparkan Darni yang merupakan rektor pertama dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah ini, dirinya dan pasangannya nanti akan membawa Aceh bisa lebih baik terutama menyangkut harkat dan martabat masyarakat Aceh yang beragam etnis ternyata masih kalah jauh dibanding daerah lain terutama terkait pendidikan dan kemiskinan. “Tangan orang Aceh itu jangan lagi berada dibawah, tapi diatas,” tegas Darni. Sejauh ini, Aceh juga masih minim pembangunan dibidang kebudayaan dan keagamaan, timpalnya.
Darni juga merasa prihatin terkait perekonomian Aceh hanya dikuasai segelintir orang saja. Kedepan, harus dibuat program yang langsung menyentuh rakyat kecil yang umumnya petani. “Membangun Aceh harus dengan cara membumi. Pabrik harus disumber bahan bakunya agar angka pengangguran dapat dikurangi,” kata Darni yang saat diwawancarai didampingi oleh seniman Gayo, Mahlil, budayawan LK Ara serta tokoh perjuangan 45, putra Gayo, Tgk. Syeh AK Yakobi, S.Kom yang kini berdomisili di Jakarta.
Penilaiannya, membangun Aceh harus punya Grand Design dan pemerintah tidak hanya mengerjakan proyek. Tapi harus mampu menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat. “Petani jangan dianggap orang tidak penting atau dimarjinalkan,” ujar sosok dosen yang terpilih sebagai rektor Unsyiah sejak 2006 ini.
Menurut Darni, Aceh secara umum belum ada penerapan program yang benar-benar tepat. Dan karenanya dia merasa terpanggil selaku insan akademis untuk membenahi persoalan tersebut.
Terkait mencuatnya isu-isu perbedaan suku dan wilayah di Aceh, Darni menegaskan bahwa kedepan seluruh suku yang ada di Aceh harus mendapat pengakuan. “Latar belakang keilmuan saya adalah interculture communication, jadi saya akan perbaiki situasi ini,” imbuh Darni berpromosi.
Wagub dari Wilayah ABAS
Maju sebagai Cagub Aceh, Darni mengaku sudah sangat siap dengan dukungan sejumlah Partai Nasional (Parnas) yang memberi tiket. “Saya memprioritaskan beroleh dukungan dari Parnas, bukan dari jalur independen,” tegas Darni sambil memastikan bukan sebagai wakil dari Cagub lain.
“Saya tidak ingin menjadi ban serap dan tidak akan memperlakukan wakil saya nantiya sebagai ban serap,” janji Darni.
Mengenai siapa wakilnya, dia belum bersedia menyebutnya. “Ada 36 orang calon sebagai cawagub yang berpasangan dengan saya. Dan tentu sosok orangnya harus sosok yang bisa melengkapi kekurangan saya atau bersifat komplementer dan kemungkinan dari wilayah ABAS. Dalam hal ini dari wilayah ALA adalah priorotas kedua,” kata Darni seraya berseloro bahwa istrinya sudah dari wilayah tengah.
Dia juga mencetuskan akan ada kejutan-kejutan terkait pencalonannya serta siapa wakil yang akan mendampinginya nanti.
Untuk pemilih pasti atau grass root, Darni sangat percaya terhadap kekuatan alumni Unsyiah yang sedang dipimpinnya. “Ada 77 ribu alumni dan 34 ribu mahasiswa Unsyiah saat ini. Secara etika, saya yakin walau tidak sampai 100 persen mereka akan dukung saya,” klaim Darni yang mengaku punya basis lain dari sejumlah organisasi yang sedang dan pernah dipimpinnya.
Diakhir pemaparannya Darni berharap dukungan dari seluruh masyarakat Aceh. “Saya sangat siap untuk kalah, apalagi untuk menang,” pungkas Darni sambil tertawa. (Windjanur)