by

Akhlak dan Adab dalam “Tabligh”

Oleh : Radensyah*

ALLAH S.W.T Berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari ALLAH-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS. Ali Imran 159). Penyampaian ilmu pengetahuan dengan berakhlak dan beradab merupakan hal yang diinginkan semua insan. Penyampaian seperti ini akan lebih bernilai dan lebih bermakna. sebaliknya, penyampaian dengan emosi, tidak memiliki sopan santun akan berakhir tidak baik, bahkan akan disebut dengan pamer perilaku yang buruk. Secara umum bab tentang akhlak sekaligus adab akhir-akhir ini seperti semakin tidak diperhatikan dan tidak di ilmui. Buktinya baik secara langsung maupun tidak langsung, baik lisan maupun tulisan masih kita temui para penyampai-penyampai yang mengabaikan akhlak dan adab. Dalam majelis ilmu minsalnya, kerap sekali hadir perkataan jorok, ungkapan yang membuat sakit hati, hinaan, dan perkataan-perkataan yang dilarang agama dan tidak sesuai dengan nilai budaya. Ironisnya perkara ini masih kita temukan juga dikalangan mereka-mereka yang mendalami ilmu bahasa, orang-orang berpendidikan, dan bahkan yang telah menyelami fiqih agama.

            Penyampaian dalam bahasa Arab disebut dengan Tabligh yakni asal kata dari Ballagha – Yuballighu – Tabliighan. Merujuk pada istilah, tabligh lebih mengarah pada penyampaian secara lisan. Penyampaian itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan menyampaikan. Dalam konteks kehidupan sehari-hari kita juga mengenal istilah dakwah. Kedua istilah ini tampak serupa, hanya saja dakwah berintegrasi lebih kuat dengan apa yang dikehendaki agama islam daripada tabligh.

            Kata Akhlak, berasal dari bahasa arab yakni al-akhlak. Menurut Dr. Quraish Shihab dalam tafsir Maudhu’i bentuk tunggal dari kata akhlak yaitu ‘khuluq’ sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Qalam ayat 4, “Sesungguhnya Engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung”. Secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Akhlak juga diartikan budi pekerti atau kelakuan. sebagian ulama, memberi defenisi akhlak yaitu sifat manusia yang terdidik. Disini, Akhlak dalam menyampaikan dapat dirumuskan yakni berahlak dalam menyampaikan, hadir dalam tutur kata dan nampak dalam tingkah laku. Sementara Adab adalah buah dari ilmu, denganya sesorang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adab membawa maksud segala tingkah laku atau perlakuan yang sopan, baik dan mulia. Dalam pembahasan ini, Eksistensi adab dapat pula diasumsikan sebagai sesuatu yang cenderung  kepada perbedaan kultur maupun tatanan nilai budaya. (tentang akhlak dan adab akan kami tulis diartikel selanjutnya). Terkait pembahasan Tabligh, amat penting menurut penulis untuk mengikat akhlak dan adab menjadi sebuah kesatuan. Pada hakikatnya akhlak dan adab memang pasti akan bermuara pada satu substansi, keduanya dapat bermakna merupakan wujud nyata, cerminan hati orang-orang yang berkepribadian islam, ilmu pengetahuannya tidak dangkal dan luas wawasanya. Namun alangkah baiknya jika kita dapat mengilmui keduanya dalam dua bagian, sehingga wawasan kita menjadi bertambah dan tidak sempit. Seorang penyampai seharusnya bersahabat atau peka terhadap lingkungan masyarakat, setidaknya memahami nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat tersebut, Sehingga terciptalah model penyampaian yang serasi yakni sesuai dengan konteks. Pada bagian inilah mungkin kita dapat memahami dua nilai penting yakni  adab dan adat.

            Fenomena saat ini, saat menyampaikan sesuatu yang haq dalam konteks islam, sering kita saksikan penyampai-penyampai berteriak dengan suara lantang, menyampaikan dengan emosi, hingga tidak dapat dibedakan lagi yang mana tegas yang memarahi. Klimaksnya adalah, banyak diantara penyampai tidak mampu lagi mengendalikan diri sehingga diantaranya ada yang sampai memukul-mukul meja, menunjuk dengan tangan kiri dan tingkah laku tidak terpuji lainya. Seseorang yang tidak berahlak dan tidak beradab kurang menghargai fitrah manusia yang menginginkan kebaikan. Disinilah tempatnya para pendengar akan menikmati model penyampaian secara mentah-mentah. Banyak perkataan-perkataan hinaan, hilangnya tutur, tanpa tamsilan dan perilaku lainya yang membuat pendengar akan merasa sakit hati. pada bagian inilah mungkin kita dapat sedikit menyinggung bahwa penyampaian secara lisan itu tidak hanya tentang mulut dan microphone, penyampaian tidak sebatas peringkat juara (perlombaan), tetapi penyampaian itu hakikatnya adalah lebih kepada keteladanan. Menyampaikan ilmu pengetahuan yang haq adalah sesuatu yang memang harus dilakukan, tetapi dalam mewujudkan hal itu alangkah baiknya kita mengilmui bagaimana cara menyampaikan yang baik berdasarkan tuntunan agama islam, yakni agama yang tidak miskin cara dan tidak miskin solusi.

            Rendahnya minat para penuntut ilmu dalam mengilmui akhlak dan adab saat ini sangat disayangkan. Betapa banyak para pelajar yang sudah pergi jauh-jauh untuk menuntut ilmu, namun pada ahirnya semua ilmunya dianggap tidak berguna akibat akhlak dan adabnya tidak terlihat dalam bermasyarakat. Secara hakikat memang yang paling utama untuk dbenahi dalam diri ini adalah hati, akan tetapi dalam hal penyampaian perlu juga mengilmui akhlak dan adab, agar kita tidak selalu dalam pandangan sendiri, kita pahami juga apa kata Alquran dan Hadist tentang ahlak dan adab. Jangan sampai akibat penyampaian kita yang tidak berakhlak dan tidak beradab, agama islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin ini menjadi tidak bernilai dan dijauhi, alangkah jauhnya kita

Mahasiswa Tarbiyah, STAIN Gajah Putih Takengon*

Comments

comments