Penulis;Yunadi HR.
9 Maret ini, dua peristiwa kunjungan dari pusat menghadiri beberapa tempat di Aceh. Jokowi beserta rombongan mengunjungi Banda Aceh, yang selanjutnya ke Aceh Utara meresmikan pembangunan Waduk, lalu ke sabang dalam kerangka pencetusan Logo 70 Tahun Indonesia Merdeka,yang akan menjadi Logo secara Nasional.
Disilain, kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan; yang mengunjungi Kabupaten Aceh Tengah; dan memusatkan Acaranya di Kecamatan Ketol, kabupaten Aceh Tengah.
Terkait kunjungan Anies Baswedan; kita mengapresiasinya,semoga “blusukan” sang menteri nantinya membawa pesan positif kepada dunia pendidikan di Kabupaten Aceh Tengah dan selanjutnya terdapat beberapa Progress perubahan yang lebih baik terhadap dunia pendidikan dasar dan menengah serta kebudayaan di wilayah Aceh tengah khususnya dan tentunya Aceh secara umum.
Kunjungan Jokowi ke Aceh Utara dan Sabang.
Dalam rangka implementasi Nawacita dan memulai “Membumikan” satu persatu janji kampanye Jokowi-Jk, maka salah satu program JKWJK adalah swasembada Pangan yang salah satunya tentunya adalah beras. Dalam hal ini terkait pembangunan Waduk di Aceh Utara adalah sebuah pilihan yang tepat, dengan sebaran hamparan yang cukup luas diwilayah pesisir Aceh, diharapkan dapat menjadi lumbung pangan sumatera bahkan nasional. Hal itu akan menjadi lebih baik lagi manakala dibangun juga waduk skala menengah di wilayah tengah tenggara Aceh,dimana saat ini terdapat sumber Air abadi yang sejauh terawat dengan baik maka akan mampu terus dipergunakan, yaitu Danau Laut Tawar Takengon.
Terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Sabang. Saya kira urgensinya kurang significant. Utamanya kalau bicara Ruh Kemerdekaan. Kecuali Kalau bicara salah satu lagu perjuangan, “Sabang sampai merauke” itu mungkin tepat. Akan tetapi kalau bicara Kemerdekaan yang riil dan sejarah kemerdekaan, ada beberapa tempat di Wilayah Aceh yang lebih tepat, antara lain di wilayah Gayo, Khususnya Kabupaten Bener Meriah, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah.
Di kabupaten Bener Meriah terdapat ikon sejarah kemerdekaan yang terus dilupakan. Salah satunya keberadaan TUGU RADIO RIMBA RAYA. Radio rimba Raya begitu besar perannya dalam sejarah mempertahankan Keberadaan Negara Republik Indonesia. Radio Rimba Raya menjadi penyelemat Bangsa indonesia, saat Pemerintahan Darurat. Republik Indonesia dibawah Syafrudin Prawira negara, atau tepatnya saat Agresi belanda Ke II tahun 1948. Saat itu indonesia hampir disemua wilayah indonesia telah dikuasai belanda; kecuali Aceh. Hanya Aceh yang belum ditaklukan oleh belanda, dan melalui Radio Rimba Raya-lah disuarakan ke dunia Internasional dengan 5 (lima) bahasa “INDONESIA MASIH ADA, PEMERINTAHAN INDONESIA MASIH ADA”. Merunut pada sejarah yang terlupakan itu, berbicara kemerdekaan; seharusnya Pencetusan Logo 70 Tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia,dilakukan di Tugu Rimba Raya. Manakala Jokowi Hadir di Rimba Raya; paling tidak Jokowi bisa merasakan ruh kemerdekaan itu disini. Paling tidak bangsa ini akan layak dikatakan bangsa yang besar, karena bangsa ini mampu menghargai sejarahnya, sebagaimana yang diucapkan Bung Karno sang proklamator; JASMERAH…Jangan skali kali melupakan/meninggalkan Sejarah..!.
Kejadian luputnya semestinya Jokowi Harusnya Ke wilayah Tengah Tenggara Aceh; bisa saja karena kurangnya informasi dari pemerintah Provinsi Aceh dan juga kabupaten-kabupaten di wilayah Tengah Tenggara Aceh. Atau bisa saja Jokowi ndak minat ke wilayah Gayo; tempat dimana 3 Tahun dia pernah menetap (1986 – 1989 ). Bila itu alasannya naif sekali. Tapi kalau alasannya adalah tidak adanya lobby, atau kekurang mampu-an Wakil Rakyat di Senayan yang berasal dari Tengah Tenggara Aceh me lobby presiden Jokowi untuk seharusnya ke Bener Meriah; maka tentu hal ini sangat disayangkan. Tentu hal ini mencerminkan sebuah ketidak seriusan, apalagi bila dikaitkan dengan agenda lainnya,berupa keinginan Rakyat Tengah Tenggara Aceh untuk menjadi Provinsi yang mandiri, Provinsi ALA yang berdampingan dengan provinsi Induknya yaitu Prrovinsi Aceh. Seharusnya momentum ini sekaligus dapat di maksimalkan guna menyampaikan aspirasi rakyat Tengah Tenggara Aceh, akan “revolusi damai” guna pemekaran Provinsi ALA.
Sungguh saya kira kita ingin tau, apa sebenarnya alasan Jokowi mesti sabang, bukannya ke Bener Meriah?. Bukannya ke sebuah Kabupaten dimana terdapat Bendera Raksasa Merah Putih yang disematkan di punggung bukit dengan di cor semen, bukan pula ke Takengon; yang dimana di bukit “bur gayo” kebanggaan rakyat Aceh Tengah terdapat Grafiti “Gayo Highland” dengan Ornamen warna MERAH PUTIH.
Sungguh bahwa diwilayah tengah tenggara-lah dan hanya di bener meriah ketua DPRD nya PDIP, sungguh bahwa suara terbesar baik JokowiJK juga PDIP adalah di Aceh Tengah dan PDIP. Okelah tanpa kita melihat suara partai dan suara pilpres tempo hari; akan tetapi siapa yang bisa menyangkal bahwa ruh NKRI itu ada di wilayah bener meriah?. Dan itu tertanam abadi di Tugu Radio Rimba Raya. Merrrrrrdeka….!!!.
Ketua PD PA GmnI Provinsi Aceh.