
Takengon| Lintasgayo.com – Kondisi tanah yang kurang subur di Kecamatan Atu Lintang kabupaten Aceh Tengah, tidak menyurutkan semangat para petani dan penyuluh pertanian untuk meningkatkan hasil usaha tani kopi.
Melalui kerja keras dan kolaborasi dengan berbagai organisasi nasional dan internasional, upaya pembinaan petani kopi di daerah ini kini mulai membuahkan hasil nyata.
Sejak beberapa tahun terakhir, BPP Atu Lintang aktif menggandeng sejumlah organisasi besar seperti Starbucks (Amerika Serikat), Louis Dreyfus Company (LDC, Prancis), Nespresso (Swiss), serta Root Capital.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas petani kopi melalui berbagai program pelatihan dan pendampingan.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah pembuatan kebun percontohan (demoplot) secara swadaya bersama kelompok tani. Selain itu, BPP Atu Lintang juga menjalin kerja sama dengan SCOPI dan ITFC untuk mendirikan demoplot budidaya kopi yang responsif terhadap perubahan iklim.
“Melalui demoplot ini, petani bisa melihat langsung penerapan teknik budidaya yang baik, lalu mempraktikkannya di kebun masing-masing,” ujar Salman Pedemun, Koordinator BPP Atu Lintang Sabtu, (26/04/25).

Salman, yang juga merupakan Master Trainer (MT) SCOPI dan telah tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dalam bidang Penyuluhan Pertanian, Budidaya Kopi, serta Metodologi Pendekatan untuk Petani, menegaskan pentingnya inovasi dan pendampingan berkelanjutan bagi petani kopi.
Saat ini, Salman aktif menjalankan tugas sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di bawah Pemda Kabupaten Aceh Tengah.
Program demoplot mendapat dukungan penuh dari kelompok tani setempat. Kini, sejumlah petani telah mulai menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) atau praktik pertanian yang baik, sehingga kondisi kebun kopi di Atu Lintang yang sebelumnya memprihatinkan mulai menunjukkan perbaikan.
Dalam tiga tahun terakhir, produksi kopi di wilayah ini tercatat mengalami peningkatan perlahan namun stabil.
Tidak hanya fokus pada budidaya, BPP Atu Lintang juga memperkenalkan konsep pertanian regeneratif yang berfokus pada peningkatan kesehatan tanah dan produktivitas lahan.
Harapannya, praktik ini mampu menjaga keberlanjutan usaha tani sekaligus meningkatkan hasil produksi kopi dalam jangka panjang.
Selain di Atu Lintang, kegiatan pendampingan juga meluas ke sejumlah kecamatan lain di Kabupaten Bener Meriah, Sumatra Utara, bahkan hingga ke Pulau Jawa, melalui undangan dari berbagai lembaga nasional yang peduli terhadap sektor pertanian.
“Lebih dari 75 persen petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah masih sangat membutuhkan pendampingan. Karena itu, kami akan terus bergerak, berbagi ilmu, dan berinovasi untuk mewujudkan pertanian kopi yang berkelanjutan,” tutup Salman Pedemun. (Zhahri Kenawat)