Banda Aceh | Lintas Gayo – Bangsa Indonesia yang majemuk merupakan kekayaan yang dapat menjadi kekuatan positif dalam pembangunan bangsa. Namun disisi lain, kemajemukan dan keragaman juga mengandung potensi konflik sosial dan dapat menjadi titik retak persatuan dan kesatuan bangsa bila tidak dikelola dengan baik.
Penegasan itu disampaikan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA, dalam pembukaan kegiatan pemantapan nilai-nilai kebangsaan, di Aula Gedung Serba Guna Sekretariat Daerah Aceh, Banda Aceh, Selasa 5 Mei 2015.
“Sebagai bangsa yang dipersatukan karena perbedaan dan kemajemukan, nilai-nilai kebangsaan merupakan prasyarat mutlak yang harus senantiasa dijaga dan dipelihara demi tegak utuhnya negara kesatuan RI,” ujar mantan Dirjen Pothan Kementerian Pertahanan RI itu.
Soepandji mengatakan, ditengah arus globalisasi dan proses demokratisasi yang sedang dijalani saat ini, penguatan pemahaman nila-nilai kebangsaan merupakan keniscayaan, agar bangsa ini tidak terjebak euphoria demokrasi yang justru bergerak jauh dari pancasila sebagai ideologi dan jati diri bangsa. Semua pihak, tegasnya, memiliki peran penting dalam membangun kehidupan demokrasi yang beretika dan bermanfaat. “karena kita tidak menginginkan proses demokrasi melemahkan nilai dan jati diri bangsa yang bercirikan semangat kegotongroyongan,” terang Susilo Soepandji.
Profesor kelahiran Jogjakarta itu juga mengungkapkan, bahwa Serambi Mekkah telah banyak melahirkan pejuang-pejuang yang sangat berjasa dalam berdirinya NKRI, seperti Teuku Umar, Teuku Chiek Ditiro, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia dan lain sebagainya. Menurutnya, ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai kebangsaan sudah tumbuh dan berakar dalam masyarakat Aceh. “Sumbangan tanpa pamrih dalam pembelian pesawat Seulawah juga merupakan bukti nyata semangat kebangsaan masyarakat Aceh,” tandasnya.
Namun, tambahnya lagi, seiirng berjalannnya waktu, nilai-nilai kebangsaan perlu direvitalisasi dan ditumbuhkembangkan kembali secara bersama.
Kegiatan Pemantapan nilai-nilai kebangsaan bagi kalangan birokrat, akademisi, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan tokoh masyarakat ini akan berlangsung selama 7 hari. Diikuti ratusan peserta dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Hingga 11 Mei nanti, peserta akan dibekali materi-materi terkait konsensus dasar bangsa, yaitu pancasila, UUD 1945, Bhineka tunggal ika dan NKRI, serta konsep nasional yaitu wawasan nusantara, ketahanan nasional, kewaspadaan nasional dan kepemimpinan nasional.
Pemantapan nilai-nilai kebangsaan ini, jelas Soepandji, sejalan dengan nawa cita presiden Jokowi JK, salah satunya memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial bangsa. Ia berharap, peserta mampu memanfaatkan momen tersebut dengan baik sehingga mereka nantinya memiliki cakrawala pandang yang utuh terkait nilai-nilai kebangsaan dan juga mampu mentranformasikan diri sebagi birokrat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat, yang senantiasa membangun persatuan dan kesatuan bangsa. (Relis)