Lima Pesan Reje Linge ke XIX Untuk Ummat

Redelong – Ada lima hal kejadian yang diingatkan Almarhum Tgk Ilyas Leube, sosok yang disebut sebagai Reje Linge ke XIX. Juga seorang tokoh ulama dan sosok pejuang DI/TII Aceh, kepada generasi penerus untuk diwaspadai yang kembali disampaikan oleh sang istri, Salamah Binti Salihin Inen Hudna. Pesan ini disampaikan dihadapan ratusan keluarga yang hadir dikediamannya di Bandar Lampahan Bener Meriah untuk berdo’a bersama bagi almarhum Tgk Ilyas Leube sekaligus deklarasi dan do’a restu keluarga atas niat majunya Iklil Ilyas Leube sebagai Bakal Calon Bupati Aceh Tengah periode 2012 — 2017 mendatang, Sabtu (22/1). 

“Almarhum suami saya sering mengucapkan kepada saya bahwa suatu saat akan terjadi lima hal sebagai tanda kerusakan ummat sebagai tanda bergesernya nilai keislaman dimasyarakat kita,” kata Salamah mengawali pidatonya berbahasa Gayo tersebut.

Pertama, ulama meh i pengat. Maksudnya ulama kurang mendapat peran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. “Diakui atau tidak, ulama merasa susah atau tidak nyaman menyampaikan syi’ar Islam kepada ummat. Tidak perlu saya rincikan masalah ini karena sudah kita rasakan terjadi saat ini dan harus segera diperbaiki,” harap Salamah.

Selanjutnya yang kedua, tingkah laku ni simemude meh rusak. Generasi muda sekarang tingkah lakunya sudah rusak atau diluar koridor Syari’at. “Saat ini sudah biasa kita dengar, generasi sekarang suka mabuk-mabukan, menghisap ganja atau narkoba serta pergaulan sudah sangat bebas melampaui batas,” ujar Salamah yang nampak masih segar bugar dan mahir berorasi walau sudah berusia lanjut.

Ketiga, pemimpin perasat. Maksudnya pemimpin tidak lagi amanah sebagai pemimpin dan sudah tidak mendapat kepercayaan dari masyarakatnya walau terpilih melalui pemilihan oleh rakyat. “Semua urusan umunya berkiblat kepada uang. Jika pun memberi sumbangan maka dirasakan berharap imbalan dan dalam hal pekerjaan atau jabatan selalu keluarga dan kerabat yang diutamakan,” kata Salamah.

Pergeseran nilai keislaman yang keempat dikatakan jema kaya jengkat. Artinya, orang-orang kaya menjadi sombong, angkuh dan takabur. “Mereka terus memperkaya diri sendiri dengan segala cara tanpa peduli halal atau haram. Dan parahnya tidak suka bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan,” ujar ibunda Ilham yang merupakan anggota DPRA ini.

Dan yang kelima dikatakan beru bujang gere ne mengen manat. Pemuda dan pemudi sekarang tidak lagi mendengar dan sudah tidak mau peduli dengan amanat orang tua.

“Kita alami dan saksikan sekarang anak-anak muda sekarang tidak bisa lagi dilarang ini dan itu untuk kebaikan. Mereka suka kebebasan tanpa batas yang diluar norma-norma agama Islam,” keluh Salamah dan berharap kedepan ada pemimpin yang peduli dengan persoalan-persoalan tersebut.

Diakhir pidatonya, Salamah berharap kepada pemerintah agar meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. “Berdosa sebagai pemimpin jika rakyatnya terus menerus mengeluhkan layanan pemerintah yang tidak baik,” pungkas Salamah seraya memohon ma’af atas segala kesalahan suaminya yang mungkin telah banyak merepotkan keluarga saat berjuang puluhan tahun silam memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Gayo dan Aceh umumnya.

Pernyataan ini, disambut dengan kata Enge (Gayo : Ya) dengan haru serta deraian air mata para kerabat Tgk Ilyas Leube yang hadir yang dilanjutkan dengan acara tepung tawar oleh Salamah kepada anaknya Iklil sebagai tanda restu untuk maju sebagai Balon Bupati Aceh Tengah pada Pilkada mendatang.

Win Aman | The Globe Journal | Minggu, 23 Januari 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.