âAlmarhum suami saya sering mengucapkan kepada saya bahwa suatu saat akan terjadi lima hal sebagai tanda kerusakan ummat sebagai tanda bergesernya nilai keislaman dimasyarakat kita,â kata Salamah mengawali pidatonya berbahasa Gayo tersebut.
Pertama, ulama meh i pengat. Maksudnya ulama kurang mendapat peran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. âDiakui atau tidak, ulama merasa susah atau tidak nyaman menyampaikan syiâar Islam kepada ummat. Tidak perlu saya rincikan masalah ini karena sudah kita rasakan terjadi saat ini dan harus segera diperbaiki,â harap Salamah.
Selanjutnya yang kedua, tingkah laku ni simemude meh rusak. Generasi muda sekarang tingkah lakunya sudah rusak atau diluar koridor Syariâat. âSaat ini sudah biasa kita dengar, generasi sekarang suka mabuk-mabukan, menghisap ganja atau narkoba serta pergaulan sudah sangat bebas melampaui batas,â ujar Salamah yang nampak masih segar bugar dan mahir berorasi walau sudah berusia lanjut.
Ketiga, pemimpin perasat. Maksudnya pemimpin tidak lagi amanah sebagai pemimpin dan sudah tidak mendapat kepercayaan dari masyarakatnya walau terpilih melalui pemilihan oleh rakyat. âSemua urusan umunya berkiblat kepada uang. Jika pun memberi sumbangan maka dirasakan berharap imbalan dan dalam hal pekerjaan atau jabatan selalu keluarga dan kerabat yang diutamakan,â kata Salamah.
Pergeseran nilai keislaman yang keempat dikatakan jema kaya jengkat. Artinya, orang-orang kaya menjadi sombong, angkuh dan takabur. âMereka terus memperkaya diri sendiri dengan segala cara tanpa peduli halal atau haram. Dan parahnya tidak suka bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan,â ujar ibunda Ilham yang merupakan anggota DPRA ini.
Dan yang kelima dikatakan beru bujang gere ne mengen manat. Pemuda dan pemudi sekarang tidak lagi mendengar dan sudah tidak mau peduli dengan amanat orang tua.
âKita alami dan saksikan sekarang anak-anak muda sekarang tidak bisa lagi dilarang ini dan itu untuk kebaikan. Mereka suka kebebasan tanpa batas yang diluar norma-norma agama Islam,â keluh Salamah dan berharap kedepan ada pemimpin yang peduli dengan persoalan-persoalan tersebut.
Diakhir pidatonya, Salamah berharap kepada pemerintah agar meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. âBerdosa sebagai pemimpin jika rakyatnya terus menerus mengeluhkan layanan pemerintah yang tidak baik,â pungkas Salamah seraya memohon maâaf atas segala kesalahan suaminya yang mungkin telah banyak merepotkan keluarga saat berjuang puluhan tahun silam memperjuangkan tegaknya Syariâat Islam serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat Gayo dan Aceh umumnya.
Pernyataan ini, disambut dengan kata Enge (Gayo : Ya) dengan haru serta deraian air mata para kerabat Tgk Ilyas Leube yang hadir yang dilanjutkan dengan acara tepung tawar oleh Salamah kepada anaknya Iklil sebagai tanda restu untuk maju sebagai Balon Bupati Aceh Tengah pada Pilkada mendatang.