Dabun Gelang | Lintas Gayo – Gayo Lues yang berjuluk Negeri Seribu Bukit, ternyata menyimpan sejuta kekayaan alam dan misteri yang sebahagian diantaranya masih menjadi tanda tanya, dan belum terpecahkan hingga saat ini.
Mungkin belum banyak masyarakat Gayo Lues yang tahu tentang “Misteri Sungai Kapi dan Kebun Kopi Tanpa Pemilik,” apalagi daerah lain dan bahkan dunia.
Sungai Kapi terletak dibagian timur Gayo Lues, “diperkirakan untuk sampai ketempat ini harus menempuh perjalanan kaki lebih kurang 36 jam, atau setara dengan satu hari satu malam setengah, dengan resiko perjalanan setengah hari mendaki dan setengah hari menurun, dari Desa Badak Uken,” kata, Padli,18 tahun, yang diduga pria termuda ini pertama kali menaklukkan hutan Kapi, bersama rekannya beberapa waktu lalu.
Bagi Padli, bukan hal itu yang menarik disana. Namun, ia telah membuktikan misteri dimana dulu Ia mendengar cerita dari orang-orang, “Kebun Kopi Tanpa Pemilik” anehnya kebun tersebut kondisinya terkesan terawat, diperkirakan seluas 5 hektar.
Memang terkadang sulit dipercaya bagi orang yang belum pernah menyaksikannya. Tapi, untuk sampai ketempat itu bukanlah hal yang mudah, tentu harus melewati berbagai rintangan dalam perjalanan membelah hutan Kapi, dari Desa Badak Uken, Kecamatan Dabun Gelang. Dengan berjalan kaki masuk ke dalam hutan lebat yang kondisinya masih perawan, dan ditumbuhi pohon-pohon besar. “Namun, tempat ini, bukan arena uji adrenalin bagi orang-yang tidak berhati suci alias takabur.
Banyak tantangan dan rintangan untuk sampai ketempat itu, “bisa-bisa kita tidak akan sampai atau dibantai binatang buas,” katanya. Ada hal yang yang sangat menarik baginya, dan menjadi tanda tanya besar di benaknya. Sebelum mencapai pusat Kapi, ditengah hutan belantara, tepatnya di jalan mendatar yang dapat ditempuh selama setengah hari, ia terheran-heran, siapa sangka, ditengah hutan itu terdapat sebuah kebun yang ditanami kopi dengan kondisi yang terawat, bukan empat, lima dan puluhan batang tumbuhan kopi, yang Ia, herankan, betapa luasnya hingga mencapai ratusan hektar, “siapa pemilik kebun itu?” pungkasnya seraya bertanya.
Konon, cerita yang berkembang ditengah- tengah masyarakat, kebun itu bukanlah tanpa pemilik. Mereka yang pernah melintas di tempat itu akan tahu cerita mistis, siapa pemiliknya. Beredar kabar, tanaman kopi itu dulunya adalah milik seorang tengku atau bisa dikatakan ulama yang disegani semasa hidupnya, namun disini penulis tidak menyebutkan siapa nama tengku yang dimaksud dan dimana tempat tinggalnya, karena belum meminta ijin kepada ahli waris serta belum bisa dipastikan kebenarannya.
Konon menurut cerita, sang tengku mampu menempuh jarak tertentu hanya dengan kedipan mata, dan bahkan tersebar cerita, orang Gayo Lues yang menunaikan ibadah haji di mekah semasa hidup sang tengku, pernah bertemu dengannya, bukan hanya satu dua orang yang mengatakan. Ditahun berikutnya orang Gayo Lues yang naik haji akan kembali bertemu dengannya, mungkin selama memiliki ilmu sakti setiap musim haji, orang-orang percaya Ia, selalu menunaikan ibadah haji setiap tahunnya. Wallahualam Bissawab.
Ada lagi cerita menarik semasa hidupnya, pada suatu hari dimusim panen padi, usai memotong dan dikumpulkan pada suatu tempat, karena saat itu mesin perontok belum ada sementara lahan sawah jauh dari rumahnya.
Menurut cerita, karena tidak dijaga pada malam itu, datang dua orang yang iseng mencoba mencuri padi miliknya, tak disangka tengku itu mengetahuinya, namun tidak mengagetkan baginya. Ia datang dengan membawa kopi dan makanan, melihat kedatangannya secara tiba- tiba pencuri itu tak berkutik sambil melanjutkan pekerjaannya, tengku yang dimaksud hanya berkata, “selesaikan pekerjaan kalian, setelah selesai ambil hak kalian yang sewajarnya,” kata Tengku tadi yang ditirukan Padli, dan pergi dengan meninggakkan makanan yang Ia bawa. Mulai saat itulah dirinya makin dikenal dan dihormati didesanya.
Sementara menyangkut kebun kopi yang diduga miliknya dan tampak masih terawat hingga saat ini, tidak tertutup kemungkinan ada yang menjaga, karena menurut cerita salah satu dari keturunannya di sebut-sebut dialiri kesaktian sang ayah, dan keberadaannya hingga kini masih misterius dan menjadi misteri.
Tidak hanya kebun kopi miliknya yang menarik dari cerita ini. Terdapat sebuah sumur yang diyakini, dibuat oleh sang tengku, “anehnya, meski hanya berukuran selingkar piring dengan kedalaman tidak sampai setengah meter dan tepat berada diatas sebuah bukit kecil, sumur itu tidak pernah kering walapun dimusim kemarau,” cerita, Padli.
Itu, merupakan bagian mistis yang menyenangkan. Lalu, lanjut Padli, ada sisi mistis yang menyeramkan dari tempat ini, setelah melewati kebun luas , maka perjalanan akan dilanjutkan pada tingkat yang berbahaya, karena rute yang dilintasi adalah tempat berkumpulnya binatang buas terutama ular besar, macan dan gajah, “namun beruntung saat kami lewat di areal itu, Alhamdulillah tidak bertemu dengan binatang buas yang dimaksud,” katanya.
Meski tidak melihat adanya binatang itu, namun Ia kembali terheran-heran karena tepat di jalan yang mereka lalui, baru saja melintas beberapa ekor gajah, bila dilihat dari ukuran bekas telapak kaki dan gesekan badannya pada batang pohon di sekitar lokasi, tingginya diperkirakan mencapai 2 hingga 3 meter. Menariknya, gajah-gajah itu, seolah-olah tahu kedatangan orang lain. “Bila ditengah jalan kita mendapat tanda, pohon yang ditumbangkan, segeralah beralih dan mencari jalan lain, karena dilokasi itu, sudah pasti kawanan gajah sedang mencari makanan, jika nekad melewatinya maka siap-siap lah berhadapan dengan mereka,” tutur, Padli, menirukan kata pawang gajah, ” lebih anehnya bila kawanan gajah itu sudah selesai mencari makan, maka pohon yang tadi di rebahkan dengan posisi melintang di tengah jalan, akan kembali di buka dan dipindahkan ke pinggir,” lanjutnya.
Usai melewati tempat berbahaya, maka sampailah pada pusat Kapi yang dimaksud. Masyarakat yang sering ketempat itu, memanfaatkan sungai Kapi sebagai tempat mengais rizki, karena berbagai macam jenis ikan dengan ukuran besar ada disungai yang kedalamanya, diperkirakan mencapai 25 meter dengan ukuran ikannya mencapai panjang 1 meter bahkan lebih. Ditempat itu, lanjutnya, sedikitpun tidak boleh ria, takabur dan perkataan juga harus diatur dengan bahasa sopan yang sudah diajarkan pawang, bila takabur, ikan yang sebelumnya tampak sangat banyak akan menghilang dengan sendirinya.
Biasanya orang yang mencari ikan dilokasi itu, akan tinggal selama 15 hingga 30 hari, dan kembali dengan membawa ikan yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Yang masih menjadi tanda tanya, siapa pertama kali yang menemukan hutan dan sungai Kapi, ini juga masih menjadi misteri. Jika tengku yang yang diceritakan diatas adalah pemilik kebun kopi, bisa jadi dia juga yang pertama kali menemukan sungai Kapi.
Itulah, sekilas cerita hutan Kapi yang menyimpan banyak misteri, jika ada pembaca yang tidak berkenan, penulis haturkan permintaan maaf, tulisan ini diangkat bukan dengan tujuan menghina atau melecehkan seseorang dan sekelompok, tapi mengenalkan kekayaan alam dan sisi mistis daerah kita kepada daerah lain bahkan kemata dunia. Salam penulis : Bakry Bacang Tim Redaksi www.insetgalus.com