Kaligrafi Mengantarkan Ikmal Jadi PNS

ikmal MtsnNagan Raya| Lintas Gayo- Ketika Allah berkehendak tidak ada manusia yang mampu menghalanginya. Langkah, rejeki, petemun dan maut sudah ditentukan. Ikmal,  yang terombang ambing akibat konflik, kebun kopi harapanya diterlantarkan, namun tidak sedikitpun dia tidak menduga bakal menjadi PNS.

Saat ditemui di Blang Tuegoh, penginapan kafilah Aceh Tengah, Ikmal, guru MTsN 1 Takengen, ini bagaikan mengulang kisah masa lalunya yang pahit. Konflik Aceh telah menghancurkan sumber hidupnya, namun Allah memberikan jalan yang lain.

Saat pengantin baru dia mencoba peruntungan dengan  membuka lahan perkebunan di Tanoh Depet, Celala. Namun konflik Aceh yang meledak dan adanya insiden di Pasantren Bantaqiyah, membuat dia meninggalkan Tanoh Depet. Kebun itu tak lagi terawat sempurna.

Kemudian dibuka lagi lahan di Datar, itu juga terpaksa dia tinggalkan. Semuanya diihlaskan Ikmal, hilang dari bagian hidupnya. Lelaki alumnus Gajah Putih jurusan Bahasa Arab (2006) ini ternyata memiliki keahlian dalam lukisan kaligrafi.

Setahun setelah lulus dari STAI GP , dia diangkat menjadi guru. Tetapi ijazah yang dipergunakanya bukan S1, namun MAN. Ikmal menjadi guru MIN Gunung Bukit. Barulah kemudian dengan proses panjang dia menyesuaikan ijazahnya dan kini menjadi guru Bahasa Arab di MTsN 1 Takengen.

Sebelum menikah dan membuka kebun di Tanoh Depet, dia sudah mengikuti perlombaan kaligrafi. Pada tahun 1998 Ikmal meriah juara pertama di Bintang. Saat itu dia baru tamat MAN 2 Takengen, namun karena keahlianya dia dipercayakan honor di MAN 2 mengajar muatan lokal kaligrafi dan diakui pusat.

Disanalah dia memulai kuliah. Dengan keadaan apa adanya semuanya dilaluinya dengan tabah. Suka duka semuanya diimaninya sebagai pembesar diri untuk hidup. Saat menjadi tenaga inilah Ikmal terus mengasah diri mendalami ilmu kaligrafi.

Ketika itu kepala MAN 2 Takengen dijabat Amrun Saleh, yang kini menjadi Kemenag Aceh Tengah. Amrun mendukung Ikmal sebagai tenaga honor dan memberikan sugesti. Ahirnya di Nagan mereka bertemu, Ikmal sebagai pelatih kaligrafi dan Amrun sebagai pimpinan kontingen bersama Alam Syuhada.

Ternyata ketabahan Ikmal juga diikuti Hilaili Fitri,   Guru Bahasa Jepang dan Ingris di MAN 2 Takengen. Saat Aman dan Inen Manyak keduanya hidup dalam serba kekurangan dan nekat membuka kebun di Tanoh Depet.

Namun konflik Aceh membuat mereka bagaikan hilang sumber pengihupan dan harus meninggalkanya. Kini Ikmal dikarunia dua buah hati, Faradillah (SMA Porta) dan Nazwa Kalila yang masih duduk dibangku TK.

Namun ada juga hikmahnya, Ikmal pernah menjadi musisi paska tsunami Aceh dalam klip tsunami yang diprakarsai (Amirika, Israil, India, Singapore) berpusat di Nandu tamil. Ikmal saat itu menunjukkan kebolehan dalam” mengguel “ suling .

Ternyata Allah menyiapkan sebuah “kejutan” dua duanya menjadi pegawai negeri. Ikmal berhasil menjadi pegawai negeri karena kemampuanya dikaligrafi. Sejumlah pengalaman sudah dilaluinya, sejak 1998 berturut turut menjadi peserta MTQ, hingga ke MTQ di Tamiang,  baru dinobatkan sebagai pelatih kaligrafi hingga sekarang.

Kini Ikmal merasakan ada kekuatan luar biasa yang diberi Allah melalui goresan tanganya di atas kanvas. Ukiran kaligrafi yang keluar dari hatinya, telah membuat nya  jadi PNS. “ Alhamdulilah ternyata Allah sudah menyiapkan hal yang tidak pernah kita pikirkan, “ sebut Aman Fara,  penduduk Kala Kebayakan  ini.  (rel)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.