Saat saya menulis catatan ini, hari sudah menunjukan waktu Pagi sekitar pukul 01.37 WIB, sebagian teman-teman juga sedang menempuh perjalanan ke Sumatera Utara menghadiri pertemuan KP3 ALA, sementara saya lebih memilih serunya perdebatan pembahasan Rancangan Qanun RT/RW Kabupaten Aceh Tengah yang dilanjutkan besok (hari ini) digedung DPRK Aceh Tengah.
Sebagai pemuda Gayo, sejak dari mahasiswa sampai sekarang masih tertanam segar ideologi perjuanga ALA, melalui tulisan ini saya ingin mencurahkan sedikit catatan tentang perjuangan ALA.
Saya sangat apresiasi dan sangat gembira geliat perjuangan ALA berdenyut kembali dan sudah mendapat signal kuat jika ALA akan lahir pada tahun 2016, maka sudah pada jalan yang benar jika pertemuan demi pertemuan harus rutin dilaksanakan untuk merumuskan konsep pergerakan dan memulihkan kembali pemahaman yang sama antar elemen Pejuang ALA.
Masih segar dalam ingatan, Beberapa waktu lalu sudah digelar penyegaran kepengurasan KP3 ALA Pusat, walapun terdapat kontroversi, tetapi penyegaran KP3 ALA adalah suatu kebutuhan. Tinggal bagaimana strategi menyatukan faksi – faksi yang ada ditubuh KP3 ALA itu sendiri.
Sedikit saya memberi saran kepada ketua KP3 ALA pusat yang Baru, Bapak Armen Desky. Harusnya strategi perjuangan ALA tidak perlu diumbar ke media. Contoh kecil, bapak Armen Desky dan Ketua harian KP3 ALA dengan terang-terangan mengatakan akan memberangkatkan kepala desa ke Jakarta untuk berdemo. Harusnya strategi semacam ini tidak perlulah diumbar kemedia, cukup untuk kalangan internal saja.
Jika terus-terusan taktik dan strategi perjuangan ALA itu di umbar ke media, maka perjuangan akan terasa hambar, karena pihak lawan akan sangat mudah membaca setiap pergerakan yang akan kita lahirkan, maka dari sini kedepan maka stoplah membocorkan strategi pergerakan ALA kemedia. Cukup ketentuan dan Hal – Hal umum saja yang perlu disampaik ke Media.
Saya juga tidak mengerti kenapa bapak Armen Desky dan jajaran kepengurusan KP3 ALA tidak menempatak Elemen Mahasiswa dan Pemuda sebagai bagian terpenting dari Gerakan perjuangan ALA, hal ini setidaknya tercemin dari konsep dan rancangan ALA yang akan datang, sehingga terkesan Mahasiswa itu memang elemen yang tidak mendapat perhartian yang serius, harusnya tetap dirangkul dengan iktikad yang baik. Semoga saja persepsi saya salah. Namun demikian teman – teman mahasiswa banyak yang mengeluh tentang kebijakan KP3 ALA pusat.
Kemudian, Yang dibutuhan sekarang adalah mendorong dan mendukung empat orang wakil kita yang duduk di DPR – RI untuk terus konsisten berteriak ALA di Senayan, pada waktu yang bersamaan elemen pendukung perjuangan ALA juga terus bergerak dilapangan, ini sangat efektif dalam percepatan pembahasan lahirnya Provinsi ALA di DPR – RI. Karena ada desakan bersama. Yang perlu dipikirikan bersama adalah saat serangan Balik dari pemerintah Aceh, bagaimana KP3 ALA harus menyusun strateginya untuk menghadapinya.
Semoga pertemuan demi pertemuan KP3 ALA menemukan jalan konkrit, tidak terjebak pada perdebatan karena yang dibutuhkan itu adalah gerakan nyata dan tidak terjebak pada kegiatan seremonial belaka, Tahun 2016 kiat dekat, maka seluruh energi perjuangan akan terkuras, tinggal bagaimana kita dapat memnfaatkan peluang yang ada.
Bertentangan dan berhadapan dengan pemerintah Aceh sudah pasti akan terjadi, Pemerintahan Aceh sampai hari ini masih bersikap menolak lahirnya Provinsi ALA, maka butuh gerakan untuk membuyarkan fokus pemerintah Aceh dengan menciptkan gerakan ALA di Banda Aceh, dengan demikian Fokus KP3 ALA di pusat akan berkurang “takaran” hambatan yang dihadapi.
Inilah sedikit catatan pinggir dari saya, namanya juga catatan pinggir bisa dipakai bisa juga diabaikan. Terkadang masukan, kritikan dan saran yang ditulis itu lebih bermanfaat dan lebih didengarkan, karena ruang untuk berdiskusi dalam forum seringkali terabaikan. Merdeka!