Kaslil “Sikancil” Walau Masih Honor Namun Gesit

kancilTakengen | LIntas Gayo- Dalam cerita fabel, Kancil digambarkan sebagai sosok hewan yang cerdik dan banyak akal, dia bisa mengalahkan harimau dan buaya dengan “akal”nya, dia juga bisa jadi “hakim” yang adil dan bijak untuk menyelesiakan sengketa antar penghuni rimba.

Jika kemudian ada yang mem”fitnah” dia sebagai “anak nakal yang suka mencuri timun”, itu hanyalah konspirasi dari sekelompok oknum yang menamakan diri “papa minta timun” yang ingin mencari keuntungan pribadi dan kelompok dengan “mengkambing hitamkan” pihak lain.

Kalaupun kemudian beredar rekaman tentang kancil “nyolong” timun dalam sidang “Membela Koncone Dewe” (MKD), rekaman itu sangat tidak valid, karena merupakan rekayasa para “tukang catut”.

Tapi maaf para pembaca, saya tidak lagi membahas tentang Kancil yang hanya ada dalam dongeng atau cerita fabel, tapi saya ingin bercerita tentang kisah seorang yang kecerdikannya tidak kalah dengan sang kancil, tapi sama sekali nggak ada hubungannya dengan pejuang pelestarian lingkungan yang di media dikenal dengan julukan “Salim Kancil”.

Sosok yang akan saya angkat dalam tulisan ini adalah seorang penyuluh pertanian berperawakan kecil, tapi punya kemampuan “lebih” dibandingkan teman-teman penyuluh lainnya. Meski hanya berstatus penyuluh pertanian kontrak alias Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP), tapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh, tidak kalah gesitnya dengan penyuluh yang sudah menyandang status pegawai negeri sipil.

Kaslil, begitu orang tuanya memberi nama kepadanya, dia seorang penyuluh pertanian yang bertugas di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Lut Tawar, Aceh Tengah, sebuah balai penyuluhan yang wilayahnya meliputi desa-desa di kecamatan Lut Tawar yang letaknya berada di sepanjang pinggiran Danau Laut Tawar yang cukup terkenal itu.

Penyuluh kelahiran Takengon, 5 Januari 1977 ini tergolong penyuluh yang sangat gesit, cerdas dan cepat tanggap. Karena kegesitan dan kemampuannya “meleburkan diri” bersama masyarakat setempat serta pemahamannya tentang kearifan lokal, tak heran kalau para petani dan kelompok tani yang berada di wilayah kecamatan Lut Tawar menjulukinya penyuluh “Liebicer” atau singkatan dalam bahasa daerah Gayo “Liesik, Bidik, Cerdik” yang artinya kurang lebih “Terampil, Gesit dan Pintar”.

Julukan itu tidak berlebihan, meski dia sudah punya kelompok tani dan desa binaan sendiri, tapi dia juga kerap “merambah” desa dan kelompok lainnya di seluruh wilayah binaan BP3K Lut Tawar. Posturnya yang kecil, membuatnya lincah bergerak kemana saja dalam menjalankan tugasnya, dalam satu hari saja, penyuluh yang satu ini bisa berada di beberapa tempat dengan aktifitas berbeda.

Terkadang pagi hari dia masih berada di desa Rawe yang merupakan desa paling ujung di bagian barat kecamatan Lut Tawar untuk membina kelompok tani yang mebudidayakan bawang merah, beberapa saat kemudian dia sudah berada di desa Toweren, sekitar 3 kilometer dari desa Rawe, untuk memberikan penyuluhan kepada kelompok tani peserta Upsus Padi, dan beberapa saat kemudian dia sudah berada di desa Pedemun untuk membina kelompok tani hortikultura.

Mobilitas penyuluh yang satu ini memang cukup tinggi, tak hanya kejar sana kejar sini memberikan penyuluhan di beberapa desa yang berbeda, tenaga dan fikiran Kaslil juga sangat dibutuhkan oleh Husaini, SP, Koordinator BP3K Laut Tawar.

Maka tak heran, begitu selesai melakukan aktifitas lapangan, dia harus segera kembali ke “markas” di BP3K untuk membantu membereskan administrasi di balai penyuluhan tingkat kecamatan itu.

Tak hanya piawai untuk “berorasi” di depan para petani, dia juga mampu memberikan contoh kepada petani melalui kegiatan usaha tani di lahan pertanian milik keluarganya. Dia tidak ingin di “cap” hanya mampu berteori tapi tidak mampu mempraktekkan apa yang dia sampaikan kepada para petani, makanya tak sekedar bisa bicara, tapi dia juga mampu menunjukkan kepada petani kalau dia juga mampu mempraktekkannnya, itu prinsip yang selama ini dia pegang. Dan itulah yang membuat semua petani dan kelompok binaaannya terlihat “patuh” kepadanya.

Sebagai Koordinator BP3K, Husaini sangat di untungkan dengan keberadaan Kaslil, hampir semua urusan administrasi, data dan manajemen di kantornya, bisa di”handle” oleh penyuluh cerdik ini. Karena selain mengusai pengetahuan dan keterampilan di bidang teknis budidaya pertanian, Kaslil juga termasuk salah seorang dari sedikit pneyuluh THL TBPP yang cukup “ramah teknologi”, mengoperasikan komputer dan mengakses jaringan online adalah salah satu kelebihan yang dimilikinya, itulah sebabnya Husaini kemudian memberikan kepercayaan lebih kepada anak buahnya ini.

Hampir semua urusan yang diserahan kepadanya, bisa dia selesaikan dengan baik, pokoknya Kaslil sudah dianggap “tangan kanan” bagi sang Koordinator BP3K, karena meski ada beberapa penyuluh PNS dan THL-TBPP di wilayah kerja BP3K Lut Tawar, nyaris hanya Kaslil yang punya kelebihan seperti itu.

Sempat menyelesaikan kuliah

Ketika Kaslil memasuki “kancah” penyuluhan pertanian pada tahun 2008 yang lalu, dia hanya mengandalkan ijazah SMK Pertanian yang dimilikinya, tapi meski dengan hanya dengan modal ijazah tersebut dia sudah mampu berkiprah sebagai seorang penyuluh pertanian yang cukup handal.

Namun Kaslil, bukanlah sosok penyuluh “statis” yang mudah puas dengan apa yang sudah dia capai, dia merasa ilmu dan keterampilan yang dia miliki belum memadai untuk eksis sebagai seorang penyuluh pertanian. Maka ditengah kesibukannya sebagai penyuluh yang cukup padat, dia masih menyempatkan diri “mencuri” waktu untuk melanjutkan kuliahnya.

Meski kuliah, dia tetap saja tidak mengabaikan tugasnya melakukan aktifitas penyuluhan yang menjadi tanggung jawabnya, dia sengaja mengambil perkuliahan non regular yang hanya masuk kampus pada hari Sabtu dan Minggu. Kalau pegawai lainnya ikut kuliah hanya mengejar ijazah agar bisa menduduki posisi tertentu, tapi tidak bagi Kaslil, dia menyempatkan diri untuk melanjutkan kiliah, semata-mata untuk meningkatkan kapasitas individunya di bidang pertanian.

Selama empat tahun dia harus pandai-pandai membagi waktu antara tugas pokok dengan kuliahnya, tahun 2014 yang lalu, Kaslil resmi menyandang gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih, sebuah perguruan tinggi yang sudah eksis sejak tahun 1986 di Takengon.

Meski sudah menyandang gelar sarjana, tapi tidak lantas membuat Kaslil berubah, dia tetaplah sosok bersahaja yang begitu “menikmati” tanggung jawabnya sebagai seorang penyuluh pertanian. Keseharian Kaslil memang sangat bersahaja, murah senyum dan mudah akrab dengan siapa saja.

Satu hal yang mengagumkan dari penyuluh ini, adalah semangat belajarnya yang cukup tinggi, meski sebenarnya kemampuan yang dia miliki boleh dibilang sudah memadai, tapi dia tidak pernah berhenti belajar dari siapa saja. Itulah sebabnya, selain kehadirannya selalu ditunggu para petani, dalam pergaulan sehari-hari, dia juga disenangi oleh teman-temannya, bukan hanya dari kalangan penyuluh tapi juga dari kalangan “eksternal” seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan.

Instansi teknis lingkup pertanian itu sudah memberi kepercayaan penuh kepada Kaslil untuk membantu distribusi bantuan ketika ada program bantuan dari dinas teknis di kecamatan Lut Tawar, tentu saja masih tetap dalam koordinasi dengan Husaini sebagai “atasan”nya.

Suksesnya Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Swasembada Padi di kecamatan Lut Tawar pada tahun 2015 ini juga tidak terlepas dari peran penyuluh yang satu ini, begitu juga Sekolah Lapang Good Agricultural Practice (SL-GAP) Bawang Merah yang memberikan hasil yang cukup memuaskan itu, salah satunya juga berkat peran seorang Kaslil, tentu tanpa mengesampingkan peran penyuluh lainnya.

Begitu juga kegiatan swakelola pembangunan jaringan irigasi pedesaan (Jides) di beberapa tempat dalam wilayah kecamatan Lut Tawar, bisa terlaksana dengan baik juga berkat peran penyuluh ini. Nggak salah rasanya kalau kemudian saya mengibaratkan kecerdikan dan kegesitan penyuluh ini seperti “Kancil”, hanya bedanya kancil yang sebenarnya, hanyalah cerita rekaan dalam dongeng, tapi kisah Kaslil adalah kisah yang terjadi di dunia nyata, kiprah dan “sepak terjang”nya dapat dilihat langsung oleh siapa saja yang sempat berkunjung ke BP3K Lut Tawar.

Logis juga kalau “gelar” penyuluh pertanian “Liebicer” kemudian dilekatkan oleh para petani di wilayah pinggiran Danau Laut Tawar itu, karena selain mahir di bidang pertanian, dia juga faham dengan karifan lokal.

Meski hanya berstatus penyuluh kontrak, Kaslil adalah sosok yang patut menjadi teladan, dia tetap bekerja all out meski penghasilan yang dia dapatkan boleh dibilang belum patut.

Semangat dan motivasi diri yang luar biasa itu, yang mendorongnya untuk tetap mengabdikan dirinya sebagai penyuluh pertanian, profesi yang dia anggap sangat mulia itu, karena bisa mengangkat derajat dan kesejahteraan para petani. Dalam kebersahajaannya, Kaslil hanya berharap janji Menteri Pertanian dan Menteri Peberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk segera mengangkat THL TBPP menjadi pegawai negeri atau aparatur sipil negara (ASN) segera terwujud, karena dia pun juga ingin kepastian tentang statusnya dan masa depan bagi keluarganya.(Fathan/ Tanoh Gayo.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627

News