Takengen | Lintas Gayo : Mengisi liburan semester, sebagian siswa SMP-SMA Fatih Bilingual School Banda Aceh mengadakan reading camp ke Kota Takengen. Fatih Bilingual Boarding School merupakan sekolah bertaraf internasional yang didirikan oleh Pemerintah Turki pada tahun 2005 khusus untuk putra di Kota Banda Aceh, sedangkan untuk putri baru sekitar 5 tahun yang lalu. Dan reading camp merupakan salah satu program sekolah berupa rekreasi sambil belajar.
Program ini rutin diadakan tiga kali dalam setahun yaitu pada bulan Ramadhan, setelah ujian tengah semester dan akhir semester. Para siswa bebas menentukan tujuan kota/negara yang akan dikunjungi, tergantung dari besarnya dana yang mereka miliki.
Kendati berada pada yayasan yang sama, gedung Fatih Bilingual School terpisah antara siswa putra dan putrinya. Untuk putra berada di Lamlagang sedangkan yang putri berada di Lamyong Darussalam. Berbeda gedung sekolah dan tatanan tenaga pengajar tidak menjadikan sekolah ini memiliki program yang berbeda, sekolah ini tetap menerapkan peraturan dan target yang sama. Salah satunya pengembangan pribadi murid-murid dengan mengadakan reading camp.
Pada dasarnya yang paling ditekankan pada reading camp adalah kebersamaan mereka dengan suasana yang berbeda. Kegiatan ini juga tidak terlepas dari kewajiban mereka membaca buku dua jam dalam sehari dan memberikan evaluasi dari hasil bacaan mereka terlepas apakah bacaan tersebut fiksi atau non fiksi, membaca Al Quran, shalat berjamaah, membahas suatu materi terkait kehidupan para remaja dalam Bahasa Turki disebut sohbet, mengunjungi tempat-tempat wisata atau belanja, tidak menutup kemungkinan mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di suatu daerah seperti yang putra mengunjungi SMP Bintang sedangkan yang putri mengujungi MIN 1 Takengen, games, nonton film bersama, dan membuat laporan seusai reading camp berakhir.
Transportasi Fatih Bilingual School putra yang menginap di Penginapan Permata, Desa Kebayakan difasilitasi oleh Ibu Wakil Bupati Aceh Tengah, Rahmawati. Sedangkan putri yang menginap di Wisma Intan Desa Merah Mersah disediakan oleh pihak penginapan. Rombongan ini tiba pada Rabu (25/05) dan berencana akan meninggalkan Kota Takengen pada Minggu (29/05).
Menurut Feruza Turahanova, guru matematika asal Turki pihak hotel telah memetakan tempat-tempat wisata yang akan mereka kunjungi, seperti mengelilingi Danau Lut Tawar, Putri Pukes, Pante Menye, Air Terjun Mengaya, Kebun Nenas Pegasing, Water Park, Bur Gayo dan Pemandian Air Panas Bandar Lampahan/Simpang Balek.
“Topografi Takengen mengingatkan saya pada Kota Sabang, hanya saja air disini terlalu dingin” ujar guru yang tidak terlalu lancar Berbahasa Indonesia ini kepada Lintas Gayo saat ditemui di penginapannya Jumat (27/05).
Hal yang paling disesalkan oleh Ayu Wulandari, salah seorang siswa kelas 2 SMA saat mereka melakukan plesiran mengelilingi danau. Dikatakannya mereka mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari penduduk yang mengharuskan rombongan membayar saat hendak menumpang mengambil wudhu dan shalat di salah satu Mesjid.
“Kalau mereka mengatakan untuk membantu para ustadz/ustadzah yang mengajar mengaji, guru kami akan dengan senang hati membayarnya, tapi mereka mengatakannya dengan agak kasar. Termasuk ketika diharuskan membayar saat hendak masuk ke tempat wisata guru kami kembali merasa terkejut, karena tempat wisatanya sama sekali tidak dirawat. Guru kami khawatir uang yang diminta hanya untuk keperluan pribadi mereka saja” jelas Ayu.
Bagi para siswa yang rajin membaca buku dan Al Quran akan diberikan reward oleh para guru agar dapat memotivasi siswa lainnya seperti yang dipaparkan oleh Yusuf guru Bahasa Turki Fatih Bilingual School putra.
Harapan Irwan sang guru kimia, kegiatan reading camp ini dapat membentuk karakter dan akhlaq para siswa serta lebih mengakrabkan hubungan antara siswa dan guru, “karena kebersamaan yang terjalin tentunya sangat berbeda antara di sekolah dengan di camp ini” tutur Irwan. (yy)