Takengen | Lintas Gayo – Tim gabungan yang terdiri dari sejumlah instansi beserta masyarakat mulai memantau keberadaan gajah yang terus menebar ancaman bagi petani. Satu posko didirikan di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah yang dinilai sebagai jalur gajah memasuki perkebunan dan pemukiman penduduk.
Kegiatan tersebut untuk menggiring gajah jauh dari area pemukiman telah dimulai sejak Jumat (28/10). Tim gabungan yang berjumlah empat kelompok, terdiri dari petugas Disbunhut, KPH 2, WWF Nort Sumatera Program, RAPI Aceh Tengah dan TNI/Polri, termasuk dua petugas dari Conservation Response Unit (CRU) DAS Peusangan, Pintu Rime Gayo, Bener Meriah sebagai pendamping masing-masing tim.
“Kami terus memantau keberadaan gajah yang ternyata telah menyebar, tetapi masih di Kecamatan Ketol, termasuk menggunakan drone,” jelas Kasubag Umum dan Kepegawaian Kantor Camat Ketol, Ayun Dasri, kepada Serambi, Sabtu (29/10).
Dia mengungkapkan pemantauan secara menyeluruh juga harus dilakukan dengan melihat dari udara melalui drone (pesawat kecil yang dilengkapi kamera). Dia menyebutkan, upaya penggiriangan mulai intensif dilakukan sejak Jumat (28/10) dengan cara menyebar tim di kawasan pegunungan Ketol yang menjadi area gajah.
Dikatakan, tim ini melakukan patroli dengan cara manual tanpa menggunakan gajah jinak dari CRU DAS Peusangan. “Diperkirakan, keberadaan kawanan gajah liar ini tidak berada di satu titik, makanya tim disebar ke sejumlah lokasi yang diperkirakan menjadi tempat gajah liar itu berada,” sebutnya.
Menurutnya, untuk mempermudah penggiringan kawanan gajah liar, maka telah didirikan posko di Karang Ampar, Kecamatan Ketol, sehingga proses penggiringan bisa dipantau dengan baik. “Kawasan yang paling sering disambangi gajah liar, seperti di kawasan Karang Ampar dan Bergang,” paparnya.
Ayun Dasri juga menyinggung soal kendala yang dihadapi tim gabungan di lapangan, karena jauh dari ibukota kecamatan, sehingga tidak terjangkau sarana komunikasi seperti jaringan telepon seluler sehingga menyulitkan tim dalam berkoordinasi. “Adanya kerjasama dengan RAPI, maka mempermudah komunikasi menggunakan HT,” ujar Ayun Dasri.
Sementara itu, proses penggiringan yang dilakukan oleh tim gabungan dengan cara manual yaitu menggunakan peralatan sederhana seperti mercon. Ledakan suara mercon, bisa mengantisipasi kawanan gajah liar tidak masuk lagi ke pemukiman warga. “Tim gabungan ini bekerja sampai larut malam, sehingga proses penggiringan akan cepat dilakukan,” jelasnya.
Sebelumnya, Camat Ketol, Maimun menyebutkan, selain dilakukan penggiringan besar-besaran dengan membentuk sejumlah tim, pihaknya juga akan membuat parit isolasi yang didanai oleh Pemkab Aceh Tengah. “Parit isolasi ini, untuk sementara akan dibuat sepanjang 500 meter, khusus di kawasan yang menjadi pintu gajah masuk ke pemukiman maupun kebun warga,” katanya.
Dia mengatakan, dengan adanya upaya maksimal dari Pemkab Aceh Tengah, sehingga kehidupan warga di sejumlah kampung di Kecamatan Ketol, bisa kembali normal. Karena sebelum dilakukan penggiringan, keberadaan kawanan gajah liar telah membuat resah warga lantaran tidak berani beraktivitas. “Kalau tidak segera ditangani, konflik antara gajah dan manusia akan terus terjadi. Kita khawatir, bukan hanya lahan warga yang dirusak, tetapi juga masyarakat bisa menjadi korban,” pungkas Maimun.(serambi news.com)