“Istana” Rapuh Nirmala Di Gele Gantung

Nirmala Bersama Anaknya (Foto:Ist)

LIKA LIKU hidup manusia tiada yang bisa menebak. Ada suka, begitu sebaliknya kerap diwarnai duka sebagai teman setia. Namun, itu semua tentu tak terlepas dari ketentuan Allah SWT.

Adalah Nirmalawati, 40, seorang ibu rumah tangga yang menetap di “istana megah” bersama keluarganya di Kp. Gele Gantung, Kec. Kebayakan Aceh Tengah. Saat disambangi awak media, keluarga yang berdomisili di ujung Kota Takengen ini cukup ramah. Meski terkejut ia segera mempersilahkan tamunya untuk memasuki gerbang “istana” berdinding tepas bercampur seng lusuh serta serpihan papan yang nyaris keropos termakan waktu. “Silakan masuk pak, maaf beginilah keadaan tempat tinggal keluarga kami,” kata Nirmala berbasa basi sembari merapikan pakaian yang berserak dari kardus di dalam rumahnya.

Meski kondisi keluarga Nirmala selama ini cukup memprihatinkan, namun ia tak pernah mengeluh. Menyerah atas nasib bukanlah pilihan hidupnya. Dirinya bersama suami hanya bertumpu sama jasa ongkosen (buruh), pemetik buah kopi di kebun tetangga. “Itupun, kalau kopi sedang berbuah. Tapi jika tidak, ayah anak – anak akan bekerja serabutan. Terpenting ke tiga anak kami tidak kelaparan,” sebut istri Iskandar ini terbata seraya menyeka bulir bening yang mulai mengalir di pipinya.

Nirmalawati, tinggal di rumah berukuran 3 x 6 meter. Meski ruang istirahatnya masih dilindungi triplek, namun sisi luarnya penuh tempelan bahan bekas tak layak. Sedang lantainya masih pemberian tuhan. Beruntung bagian atap tidak bocor di saat tiba musim penghujan. “Saya tidak punya apa-apa. Jangankan ladang, bisa bertahan hidup saja sudah Alhamdulillah. Kalaupun ada, ya cuma tempat tinggal ini serta tanahnya yang kami beli, itupun cicilan (dikridit),” paparnya.

Memasuki rumah ini, ada perasan terenyuh menggelayut jiwa. Bagaimana tidak, selain dapurnya dibalut tenda, juga alat yang berada di dalamnya jauh dari kesan mewah. Sejumlah kuali dan periuk terlihat menghitam, beberapa gelas, sendok dan piring tertata rapi. Keluarga ini menggunakan tungku perapian ketika memasak.
Ditanya soal bantuan, Nirmala seketika terdiam, sesekali disekanya kelopak mata anak sulungnya yang berusia 9 tahun yang duduk dipangkuannya. Saat itu mungkin bocah ini ikut merasakan kepiluan hati ibundanya.

“Bagaimana saya mau cerita tentang bantuan. Tidak ada apapun pak, Raskin aja tidak pernah kami terima,” ucapnya, nyaris tak terdengar jawaban ini.
Suratan nasip mungkin sudah digariskan Illahi rabhi. Namun keluarga ini tak meratap dan putus asa. Dibawah istana rapuh itu dan di atas sajadah ia selalu berdo’a dan berharap, esok hari takdir Sang Pencipta akan membawa keluarganya ke arah lebih baik.

Lain itu, meski Nirmala bersama suami dan anaknya tidak pernah meminta belas kasih orang lain. Namun antar sesama hamba tentunya berkewajiban untuk saling peduli. Akankah nurani bisa menghapus duka lara keluarga ini. Semoga…. (Mario Linge/LA.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.