Catatan Bahtiar Gayo/ Wartawan Waspada
Hidup tanpa cinta, bagaikan sayur tanpa garam. Bagaikan taman tanpa bunga. Semua manusia butuh cinta, tidak peduli dia miskin atau kaya.
Mmmmmmmmmm………….. bagaimana memulai merangkai kata, cerita yang tak akan ada habis habisnya? Cinta.
Saya coba sepenggal bait Gayo. “ Semayang mujadi geli, meh ijungkeri sana si ara. Geh ni bele mutetimpe. Ike semayang munemah bahgie, morep wan denie rasa I serge.”
Maknanya, bila cinta menjadi benci, hati yang dulu damai berubah jadi bara. Ada deraian air mata, berbalut derita. Kasih mengundang bencana. Namun bila cinta dihiasi bahagia, hidup di dunia terasa di surga.
Ada kalanya cinta mendayu dayu, angan dibawa terbang ke angkasa. Dunia terasa hanya milik berdua. Tidak peduli ada orang yang iri melihatnya. Harta bukan ukuran, asalkan hati damai bahagia, semua terasa seperti sudah tersedia.
Ada kalanya cinta sumber bencana. Indahnya segera sirna. Hidup seakan tidak bermakna. Ada yang berurai air mata berujung derita. Ada hatinya yang membara, menjadi gelap mata. Timbul korban cinta. Ada yang harus meregang nyawa, berpisah jiwa dengan raga.
Pecah saudara. Bahkan ada yang harus masuk penjara. Tak jarang juga ada yang mati menggenaskan, semuanya bermula karena cinta. Aneh tapi nyata………..
Semuanya kembali kepada manusia bagaimana dia “mengolah” cinta, apakah menjadi sumber bencana, atau berahir bahagia. Apakah akan berurai air mata dibalut derita, atau cinta mengantarnya laksana di surga.
Semua manusia ingin bahagia. Bila dia mampu mengelola cinta dan terus berjuang menjaganya, maka endingnya indah, bahagia. Namun bila salah dalam menerapkan dalam hidup, buaian angin surga akan menjadi serpihan neraka, berujung petaka.
Ahhhhhhh cinta!!!! Membahasnya takkan ada habisnya. Baik dan hancurnya dunia ini juga tak luput dari cinta……….. aaaaaah sudahlah pusing saya mengingatnya, sehingga saya tak mampu lagi menuang kata. Kalau Anda yang mana, semoga berahir indah dan bahagia. Amin.