Takengen | Lintasgayo.com – Bertempat di Salahsatu Cafe Kopi di bilangan Kampung Reje Bukit, Takengen, Rabu (10/01/2017), Forum pemuda peduli dan Pecinta Seni Budaya – Gayo ( FORPESBU – GAYO ) menggelar diskusi seni dan budaya. Thema utama adalah Tari Sining.
Salman Yoga S, didapuk sebagai salahsatu Nara sumber dan Sabariah, Guru seni dan budaya SMAN 12 Takengon, bertindak selaku moderator.
Diskusi dihadiri oleh seniman senior Purnama K Ruslan, Zoel Adjie, Win Gemade, Asmira Dieni, serta para anak muda dari komunitas pemuda pemerhati seni budaya, antara lain; Taufik, Aga, Konadi, Zinger, Salman Fisipol serta sejumlah pelajar dari beberapa SMA di Takengon.
Peserta diskusi, menaruh antusias yang cukup membanggakan, banyak lontaran ide juga masukan, berkenaan dengan tari sinning dan juga sejarah Gayo dalam konteks yang lebih luas.
Dari dinamika diskusi beberapa hal yang menjadi kesimpulan terkait tari sinning adalah, bahwa tari sining lahir seiring dengan lahir dan tumbuhnya peradaban urang Gayo itu sendiri. Tari Sining biasanya ditarikan dalam dua situasi sakral :
1. Tari Sining mu nik ni reje tiang rumah
2. Tari Sining mu nik ni reje atau pemimpin.
Saat diskusi, memasuki sesi utama, Forum Pemuda Peduli dan Pencinta Seni-Budaya Gayo, menelurkan beberapa point rekomendasi pada fihak terkait, antara lain;
1. Menghimbau kepada Direktorat Jenderal Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Sejarah (PBNB) Provinsi Aceh untuk segera mempublikasikan dan menyebarluaskan buku hasil penelitian tentang Tari Sining Gayo agar dapat menjadi bahan referensi dan pengetahuan bagi seniman muda dan masyarakat luas.
2. Kepada, Bupati Aceh Tengah, melalui dinas terkait agar dapat menindaklanjuti sosialisasi dan eksistensi Tari Sining Gayo sebagai kekayaan dan kearifan budaya leluhur.
Follow Up dari diskusi kali ini, FORPESBU – GAYO, bermaksud akan mengadakan diskusi lanjutan dengan menghadirkan peneliti, koreografer serta tim Revitalisasi Tari Sining (2016) yg disponsori oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta Direktorat Kebudayaan dan Direktorat Kesenian, BPNB Provinsi Aceh. ( rel/LG 008)