Banda Aceh | Lintas Gayo : Hasil Radio Carbon Laboratorium soal fosil kerangka manusia berusia 7.400 tahun di Loyang Mendale, Kebayakan Aceh Tengah, cukup mengejutkan kalangan ilmuwan di Aceh. Pemerhati sejarah Aceh Universitas Syiah Kuala M. Adli Abdullah menyebutkan, memang hubungan Aceh dengan dunia luar telah terjadi pada saat itu.
“Buktinya pembalseman Fir’aun (Ramses II) mengunakan kapur barus yang berasal dari wilayah Aceh, itu 5.000 tahun sebelum masehi, berarti ini membuktikan sudah ada peradaban sejak saat itu, dibuktikan lagi oleh penemuan fosil kerangka manusia di Mendale,” kata M Adli Abdullah pada The Atjeh Post di Banda Aceh.
Kata Adli Abdullah, sebuah peta kuno yang dibuat Claudius Ptolemos, Gubernur Yunani pada abad ke-2 Masehi, bahwa di pesisir sumatera telah terdapat sebuah Bandar niaga bernama Baraosai yang menghasilkan wewangian dan kapur barus.
“ini berarti Bahwa ada peradapan yang berlanjut,” lanjutnya. Lanjut Adli, sejarah juga menyebutkan bahwa Raja-raja juga berasal dari Gayo, sebelum dikuasai oleh pendatang, yang kemudian pada abad ke-16 disatukan oleh Sultan Alaiddin Riyaayatsyah Al Qahar pada tahun 1537-1565.
‘Beliaulah yang menyatukan Aceh satu dalam bingkai ke-Islaman,” lanjut Adli.
Sementara, Arkeolog dari IAIN Ar-Raniry Laila Abdul Jalil mengatakan, penemuan fosil di Gayo cukup masuk akal karena itu semasa Neolitikum 10.000 tahun sebelum masehi, sedangkan penemuan di Loyang mendale 7.400.
“Itu masuk akal,karena usia 7.400 merujuk ke neolitikum. Jika dikaitkan dengan legenda Putri Pukes yang merupakan menhir yang sudah diberi bentuk,” kata Laila saat dihubungi via telpon di Banda Aceh.
Kerangka manusia purba ditemukan di Gua (Loyang) Mendale dan Ujung Karang, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, akhir tahun lalu, telah berusia 7.400 tahun, hal itu terungkap setelah Radio Carbon Laboraturium Bandung, Jawa Barat, mengirimkan hasil tes usia pada fosil tertua di Gayo tersebut. (Jauhari Samalanga/The Atjeh Post)
mudah2 dngan smkin bnyaknya tmuan lg,bisa mengungkap banyak tanda tanya yang selama ini ada dikalangan masyarakat.karna temuan lahh yg membuktikan bukan kisah,dongeng(kekeberen).
dan saya harap temuan ini harus adanya pengawasan dari orang2 setempat,tanpa adanya pengawasan fakta yang telah terkuak ini bisa saja direka.