Catatan 100 Hari Kerja Shabela – Firdaus
Jabatan Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah sudah berusia 100 hari. Muncul pertanyaan publik, apa yang sudah dilakukan Shafda (Shabela Abubakar – Firdaus)? Mendapat pertanyaan ini, Shabella terkejut.
Shafda tidak punya program khusus selama 100 hari masa kepemimpinanya. Namun, banyaknya pertanyaan melalui media sosial, akhirnya Shabela menggelar temu pers di ruang kerjanya di Takengen, pekan lalu Rabu (11/4/2018).
“Kita bekerja, bukan menghitung hari. Apa yang dapat kami lakukan untuk rakyat, sudah kami lakukan,” sebut Shabela, yang juga akrab dipanggil Bela.
Saat kampanye dulu, sebut Shabela, mereka menjanjikan masyarakat di Kota Takengen akan menikmati layanan air bersih. “Itu sudah kami buktikan dua bulan yang lalu,” ujarnya.
Dalam pertemuan pers itu, juga dihadiri Wakil Bupati, Firdaus, serta Irman Jaya, putra daerah yang ahli dalam pengairan. Menurut Shabela, saat ini keluhan masyarakat tentang air bersih di Kota Takengen sudah teratasi. Sumber air di Origon yang disedot dari Danau Lut Tawar sudah difungsikan. Sumber air ini sudah lama tidak dimanfaatkan.
Soal air bersih, Irman Jaya menambahkan, permasalahan baru justru muncul. Ketika air didistribusikan, pipa di dalam kota banyak yang pecah. Itu terjadi karena tidak siap menampung curahan air yang debitnya mencapai 50 liter perdetik. Aceh Tengah kini memiliki sumber air 90 liter perdetik dari 3 pompanisasi. Keterangan ini dibenarkan M.Daud, SE, Kepala PDAM Takengon.
Air ini mampu memenuhi 10.000 pelanggan, sementara pelanggan PDAM Takengon baru mencapai 7.000. Selama ini keluhan soal air kerap terjadi di Kota Takengon, dan dengan dibukanya kran di Origon, persoalan air mampu diatasi. Aceh Tengah pada tahun ini akan memperoleh suntikan dana Rp10 miliar dari pusat.
“Banyak yang sudah kita lakukan, namun tidak semuanya harus kita ekspos. Pembinaan pegawai misalnya, juga sudah kita lakukan. Persoalan birokrasi harus selesai dalam masa enam bulan. Demikian dengan peningkatan pelayanan dan sarana di RSU Datu Beru, semakin hari ada peningkatan pelayanan medis,” sebut Shabela.
Aceh Tengah, kata bupati, investor akan gelontorkan dana Rp5,6 triliun untuk pembangunan PLTA Peusangan IV. Dana tersebut dipergunakan untuk melanjutkan pengembangan PLTA Peusangan yang sebelumnya sudah berjalan. Pihak PT.Hyundai, telah menandatangani MoU untuk kelangsungan pembangunan PLTA Pesangan IV ini.
Anak Asuh Dan Kopi
Shabela “mewajibkan” pejabat di daerahnya untuk membantu biaya sekolah, minimal dua anak untuk satu pejabat. “Orang tua asuh yang membiayai pendidikan dua anak ini, tidak harus tahu siapa anak yang dia bantu. Saya juga tidak tahu siapa anak yang saya bantu biaya pendidikanya,” sebut Shabela.
Hal itu dilakukan, kata Shabela, agar si anak tidak minder dan sang pejabat juga tidak merasa telah berjasa mendidik anak asuhnya. Ketika anak sudah berhasil, dia akan menyebutkan bahwa keberhasilanya karena bantuan orang tua asuhnya itu. Ini yang mesti dihindari. Anak asuh itu tidak harus mengetahui siapa yang membantu pendidikannya.
Dalam pertemuan itu, Shabela juga menyinggung soal kopi. Menurutnya, pengusaha kopi dari Afrika baru-baru ini shoting video tentang kopi Gayo, mulai dari kondisi petaninya, panen, sampai prosesing, hingga siap saji untuk diminum.
Pengambilan video ini dilakukan, karena ada informasi miring terhadap produk kopi Gayo yang kini sudah mendunia. Ada yang menyebutkan kopi Gayo dijemur di tanah dan ditiduri anjing, petani kopinya jorok, prosesingnya tidak bersih dan tuduhan lainnya.
Namun setelah pengusaha Afrika turun langsung ke lapangan dan melakukan shoting video dari seluruh sisi tentang kopi, informasi miring itu terbantahkan. Mereka tidak menemukan bukti dari informasi negatif itu.
“Apa yang sudah kami lakukan untuk negeri ini, sebenarnya belum saatnya kami ekspos. Namun karena adanya kritikan, makanya hal ini kami sampaikan. Gayo itu jangan terkotak-kotak. Tidak ada lagi persoalan Pilkada, kita semuanya sama-sama membangun Gayo,” kata Shabela.
Negeri ini, sebutnya, dibangun tidak semudah membalikan telapak tangan, namun membutuhkan proses. “Mari kita tanggalkan perbedaan, kita satukan persepsi, karena bupati tidak mampu membangun negeri ini, tanpa keterlibatan semua pihak”.
“Saya menerima kritikan, silakan sampaikan dengan santun dan ada solusinya dari sebuah persoalan yang dikritik. Gayo itu santun dan beradab,” sebut Shabela.
Masa kepemimpinan Shafda (Shabela – Firdaus) baru memasuki bulan ke empat dalam masa tugas lima tahun. Gebrakan awal sudah dilakukan oleh bupati yang dikenal merakyat, tidak memilih teman dan tempat. Dengan semua kalangan dia mau membaur. Begitu pun mari sama-sama kita tunggu, apa yang akan dilakukan Shafda ke depannya untuk Aceh Tengah? (Bahtiar Gayo/WaspadaAceh.com)