Ada rasa jenuh menggelayuti. Malas menulis. Sementara hidup terus berlangsung. Hadir atau tidaknya diri kita. Semuanya bertaruh dengan waktu. Waktu seperti pedang yang menebas kesempatan yang disia-siakan. Sepertinya tidak merasa rugi. Tapi sesungguhnya waktu meninggalkan diri. Waktu pergi menuju batas akhir dan ketentuannya sendiri.
Waktu juga mempertanggungjawabkan āsumpahnyaā pada Sang Khaliq. Waktu mencatat orang-orang yang bersamanya dengan teliti. Tak ada yang luput. Segelas kopi kubuat. Sebatang rokok mengepul dari mulutku.
Kucoba menekan tuts-tuts keyboarb komputer tua milikku. Biarlah mengalir tulisan ini tentang apa saja tanpa judul. Karena begitu menentukan judul, aku seperti terjebak dalam situasi yang tersekat, diatur dan tidak bebas. Seperti para khatib Jumāat di Takengon yang judul khutbahnya ditentukan pengurus mesjid tertentu.
Saat mulai menulis, Nyak Joel Ā datang. Lelaki berdarah asli Lhokseumawe ini sudah beristrikan warga Linung Bulen, Kecamatan Permata Bener Meriah. Istrinya seorang bidan. Punya anak satu, laki-laki. Nyak Joel sendiri seorang wartawan harian di Aceh.
Jika tadinya tulisan ini tidak memiliki obyek tulisan, kehadiran Nyak Joel membuat tulisan ini mengarah kepadanya. Nyak Joel adalah nama panggilannya. Nama aslinya Zulkarnain.
Nyak Joel yang berasal dari Kota Besar di Aceh itu diajak istrinya, Inen Haikal untuk pindah ke Samar Kilang, sebuah kampung bersejarah di Kabupaten Bener Meriah untuk bekerja sebagai bidan di daerah tertinggal. Nyak Joel alias Aman Haikal awalnya ragu.
Apalagi Ā sebagai wartawan, Aman Haikal tahu dimana Samar Kilang. Terisolir, tidak ada akses seluler dan jalan yang masih tahap pengerasan. Beberapa kali Aman Haikal berkonsultasi denganku tentang keinginan istrinya dan mertuanya yang memiliki kebun di daerah tersebut.
Menurutku, Samar Kilang akan menjadi sebuah kawasan yang tidak lagi terisolir dan sedikit lebih maju jika seorang seperti Nyak Joel mau berbakti disana. Artinya, jika orang lain menolak di tempatkan di Samar Kilang, mendukung istri saja berdinas disana sudah merupakan kontribusi nyata bagi Nyak Joel yang tamatan Akademi Komputer.
Nyak Joel kemudian mengamini keinginan istrinya mengabdi disana. Sebagai bidan. Aku salut pada Nyak Joel yang kini sudah dinobatkan secara adat Gayo menjadi Aman Haikal. Bahkan sebelum pindah ke Samar Kilang, Aman Haikal tidak mau ketinggalan dengan warga di kampung istrinya, Linung Bulen. Dia menjadi petani dan menanam kentang serta cabe.
āGantang si kusuen mate beruā, kata Aman Haikal berbahasa Gayo dengan logat Aceh yang kental. Panen kentangnya gagal karena diserang penyakit. Sementara harga cabe rawit (Lede Caplak) drastis turun.
Aku berharap, dari diskusi dengan Aman Haikal, kehadirannya disana bisa menjadi agen perubahan. Apalagi dengan ilmu Komputer yang dimilikinya. Dia bisa mengajar Komputer disekolah disana sebagai relawan.
Jika terkendala tidak tersedianya komputer, bisa dicarikan solusi dengan mencari donator atau mencari Komputer bekas yang tidak lagi dipakai dinas, instansi atau milik pribadi. Komputer- komputer ini kemudian ditempatkan disana untuk proses pembelajaran komputer.
Atau bisaĀ juga direncanakan, setiap Sabtu dan Minggu dijadwal relawan-relawan dari Bener Meriah dan Aceh Tengah, dari kalangan mahasiswa dan umum yang mau mengajar komputer di Samar Kilang. Tanpa gaji. Tapi murni mengabdi demi memajukan daerah. Saya yakin pola ini akan disahuti relawan yang punya kepedulian.
Ditambah lagi, seorang warga Samar Kilang, Ahmadi SE, yang kini menjadi ketua KIP Bener Meriah sudah menjadi orang sukses. Ahmadi tentu saja akan mau memberikan kontribusi guna memajukan kampungnya dalam bentuk nyata. Ini bisa menjadi pilot project.
Nyak Joel Ā dalam sebuah kesempatan beberapa hari lalu mengunjungi Samar Kilang. Dari Bener Meriah hanya memerlukan waktu sekitar 1.5-2 jam perjalanan menggunakan kenderaan roda dua. Kantor Camat Syiah Utama di Samar Kilang, menurut warga disana sudah lama tidak berpenghuni alias terkunci.
Ahmadi, warga Samar Kilang, kini mengembangkan kebun coklat dan beternak sapi bali. Kehadiran Nyak Joel di Samar Kilang tentu saja bukan menemani sang istri yang bidan. Aman Haikal diharap juga bisa bergerak dibidang pertanian yang bisa dikembangkan di Samar Kilang sebagai potensi yang laku dijual di pasar regional.
Aku ingat, saat konplik dulu, daerah Samar Kilang Kecamatan Syiah Utama Bener Meriah pernah menjadiĀ daerah lintasan gerilya pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kemudian disana ditempatkan pasukan Rajawali. Kampung-kampung yang tersebar diĀ Samar Kilang kemudian disatukan.
Kampung-kampung tradisional yang tersebar dan berjauhan kemudian mati dan ditumbuhi ilalang. Samar Kilang berubah saat konplik. Ā Warga disatukan dalam komplek perumahan yang dibagi menurut asal Kampung masing-masing.
Dalam sebuah kesempatan, bupati Bener Meriah, Ir Tagore Abubakar pernah mengungkap keterisoliran Samar Kilang dengan ucapan, āBelum pernah ada satu tetes aspalpunĀ menuju Samar Kilangā. Jalan ini merupakan jalan Provinsi. Bahkan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dua kali mengunjungi Samar Kilang dengan menyetir sendiri bersama rombongannya.
Kini, jalan ke Samar Kilang masih tahap pengerasan. Belum diaspal. Banyak janji pejabat provinsi pada Samar Kilang, tapi belum terealisir. Sementara kepemimpinan di Aceh akan berakhir. Sementara janji adalah hutang. Hutang harus dibayar. (Win Ruhdi Bathin)