Jakarta | Lintas Gayo : Graffiti Gayo High Land sepanjang 7 meter dan lebar 1 meter akan dibangun di Bur Gayo Takengon, sebuah rangkaian gunung yang berada di sisi selatan kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Pembuatan graffiti tersebut bertujuan sebagai penunjang sarana pariwisata, sehingga dapat memperindah dan menjadi ikon pariwisata di dataran tinggi tanoh Gayo
Dimintai pendapatnya, Yusradi Usman al-Gayoni, salah satu pemerhati bahasa Gayo, di Tangerang, Rabu (22/6) mengatakan bahwa mendukung sepenuhnya kebijakan yang diambil Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. Namun, Yusradi menyayangkan penggunaan kata (Gayo) High Land. Kenapa mesti berbahasa Inggris? Apa tidak ada istilah terkait dalam bahasa Gayo? apa penduduk di Takengon sudah didiami orang asing? tanyanya kepada Lintas Gayo.
Yusradi mengharapkan dinas terkait mengkaji kembali penggunaan istilah tersebut. “Kebijakan ini bagus, tapi pemilihan katanya yang tidak tepat. Secara tidak langsung, pemilihan tersebut telah merendahkan bahasa Gayo. Disamping itu, ikut pula mengasingkan bahasa dan orang Gayo di tanah leluhurnya sendiri,” terang Yusradi. “Nyata sekali kalau orang Gayo sendiri kurang menghargai bahasa Gayo. Kalau seperti itu, bagaimana mungkin bahasa Gayo bisa selamat dan mu nahma?”
Pastinya, konsep filosofis, historis, sosio-kultural, dan pengetahuan keekologian yang dikandungi kata tersebut (orang Gayo) berbeda dengan bahasa/orang Inggris (orang non-Gayo). Dan pengetahuan ekologi dalam kata tersebut (ekologi bahasa) merupakan ciri khas yang dimiliki orang Gayo, jelas alumni Linguistik tersebut.
Lebih dari itu, salah satu penggiat kajian Ekolinguistik di Indonesia ini menyarankan agar kata ‘Gayo High Land’ diganti dengan ‘Tanoh Gayo’. Pada akhirnya, lebih mengenalkan dan memartabatkan bahasa dan orang Gayo itu sendiri.
Sementara itu, sejumlah pemerhati seni budaya dan pariwisata menyatakan Graffiti di Bur Gayo cukup dengan kata “Gayo” saja, karena sudah cukup mewakili Gayo secara umum. “Tuliskan saja Gayo dengan huruf yang besar-besar yang lebih besar dari ukuran yang direncanakan, saya kira lebih simpel dan menarik,”ujar Basyaruddin yang dikenal sebagai pemerhati seni budaya dan pariwisata di Takengen.
Seperti diberitakan sebelumnya oleh Lintas Gayo, tahun 2011 ini Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga akan membangun graffiti sebagai salah satu penunjang wisata di Aceh Tengah dengan tulisan “Gayo Highland”.(Win Kin Tawar)
nguk pe i tos:
GAYO, reta datungku warisen kumpuku
“kesalahan brawal dari kebiasaan”, jadi jangan sesali jika suatu hari anak muda gayo menertawai kebudayaannya sendiri. i ubun renye miselle tulisen kul-kul tanoh gayo mukune ke?. ara usaha ni wisatawan na pe mumerah arti bahasa wa ku masyarakat, jadi gere ne terih masyarakat te ni pe berinteraksi urum wisatawan lokal / turis. skedar pendapat 🙂
lagu gerel ni penginapan ge heheheeh