Santri Dayah Aceh Tengah Kunjungi Percetakan Koran di Aceh dan Medan

Banda Aceh| Lintasgayo.com – 30 santri dayah yang lulus seleksi dan telah mengikuti pelatihan jurnalistik dan jurnal dayah se-kabupaten Aceh Tengah yang diadakan Dinas Syariat Islam dan pendidikan dayah,  mengunjungi percetakan media. Rakyat Aceh dan Serambi Indonesia di Banda Aceh, serta harian Waspada di Medan.

Pada Rabu (25/11/2020) para santri dayah Aceh Tengah ini dibawah pimpinan Kausara Usman, mengunjungi kantor dan percetakan Rakyat di jalan  Sultan Malikul Shaleh,long Raya, kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh.

Rombongan santri dayah ini diterima Sulaiman Mhd, Pimpinan Redaksi/ penanggungjawab Rakyat Aceh. Pemred Rakyat Aceh ini kepada para santri dayah menjelaskan, media ini didirikan pada tanggal 17 januari 2005, setelah terjadi tsunami Aceh.

Pendirinya Dahlan Iskan, merupakan CEO di Jawa pos grup Surabaya. Saat itu media di Aceh (ketika tsunami) tidak terbit, ahirnya didirikanlah Rakyat Aceh, yang merupakan media pertama eksis setelah tsunami.

Selian menjelaskan tentang rakyat Aceh, Sulaiman juga menyebutkan, saat ini media itu sudah memiliki 60 karyawan, termasuk wartawan di dalamnya.

Usai memberikan penjelasan, para santri dayah dari Aceh Tengah ini dibawa berkeliling menyaksikan percetakan. Sebelumnya sudah dijelaskan tahapan-tahapan mulai dari berita, editor, layout sampai bagaimana mencetaknya.

“Ternyata membuat Koran itu rumit, banyak proses, mulai dari berita, pengeditan, sampai ke mesin cetak. Tidak mudah ternyata membuat Koran,” sebut Indah Santriwati dari Ulumul Qur,an Bebesen ini.

Usai mengunjui Rakyat Aceh, pada Kamis (26/11/2020) para santri dayah (21 wanita dan 9 pria ini) diterima media Serambi Indonesia di  kantor pusat, Jalan Raya Lambaro KM,45, Gampong Muenasah Manyang, Ingin Jaya, Aceh Besar.

Mereka diterima Bukhary  M Ali, news manager. Sekilas Bukhari menjelaskan tentang berdirinya Serambi Indonesia. Berawal dari  Koran  Mingguan Mimbar Swadaya yang dipimpin oleh M Nourhalidyn. Namun mingguan yang berdiri pada tahun 1970-an tersebut sering tidak terbit.

Ahirnya atas kerjasama dengan media KOMPAS, lahirnya Serambi Indonesia pada 9 Februari 1989. M Nourhalidyn sebagai Pemimpin Umum dan Sjamsul Kahar sebagai Pemimpin Redaksi.

Serambi sempah luluh lantak akibat tsunami Aceh pada Desember 2004. Kantor Serambi Desa Baet, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, hancur lebur. Tak kurang 55 karyawan, 13 diantaranya adalah redaktur dan wartawan senior hilang diamuk tsunami.

Serambi terpaksa berhenti terbit. Namun pada 1 Januari 2005 Serambi kembali hadir  dan ahirnya Seramnbi berpindah kantor ke Jalan Raya Lambaro KM,45, Gampong Muenasah Manyang, Ingin Jaya, Aceh Besar.

Para santri dayah yang mengikuti studi banding, juga dijelaskan bagaimana membuat Koran mulai dari berita, editing, sampai lay out dan percetakan.

Usai dari Serambi Indonesia, para santri dayah ini shalat bersama di masjid kebanggan rakyat Aceh, masjid Baiturahman. Usai melaksanakan shalat di sana, setelah ashar mereka kembali mengunjungi Harian Waspada di Jalan Brigjen Katamso No 1 Medan. ( tim santri dayah Aceh Tengah/ Red LG)

Comments are closed.