Cerita Inen Alif, terhindar dari kecelakaan karena “Kule”.

Ilustrasi

Redelong| Lintasgayo.com – Hari itu pagi – pagi sekali, lima hari puasa bulan Ramadhan tahun 2016 berjalan, Hairunnisa Inen Alif, salah satu warga Kampung Tingkem Bersatu memutuskan pulang ke Kampung karena ada keperluan mendesak. Bersama sang suami dan putranya, sudah beberapa hari mereka menginap disana, di salah satu lokasi perkebunan kopi warga Tingkem yang dinamai Samarena.

Sepeda motorpun dihidupkan, tak lama setelahnya, merekapun mulai meninggalkan kebun menuju Kampung Tingkem Bersatu yang jaraknya puluhan kilometer. Meter permeter jalan berliku yang didominasi kerikilpun dilalui. Jalan peninggalan PT. KKA yang juga menjadi jalan lintasan menuju Kecamatan Syiah Utama yang terkenal dengan ikan Gegaring Samarnya.

Ketika hendak sampai ke salah satu Doyah (bangunan kecil tempat berteduh dan shalat ), suami inen alif dikejutkan oleh penampakan seekor “Kule” ( harimau Sumatera ) dewasa dipinggir jalan yang mereka lalui.

Spontan, Aman Alif menghentikan sepeda motornya, ketiganya ketakutan bukan kepalang. Tangan aman alif mulai gemetaran, keringatnyapun bercucuran. Bagaimana tidak, jarak mereka hanya terpaut beberapa meter saja. Tak henti Kule itu memandangi aman dan inen Alif. Dalam keadaan mencekam, Aman Alif mencoba berkomunikasi dengan kule tersebut.

” Tabi tengku, kami male liwet” ucapnya hingga beberapa kali. Tapi tetap saja, kule tersebut enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Cukup lama melihat Kule yang enggan beranjak, aman Alifpun mencoba memutar stang sepeda motornya.

Tidak lama kemudian, entah karena melihat gestur aman Alif, kule itupun berjalan meninggalkan mereka. Dengan tergesa – gesa, Aman Alifpun segera menarik gas sepeda motornya melanjutkan perjalanan sembari berusaha menjauh dari lokasi harimau menampakkan diri. Merekapun bersyukur sekaligus lega, karena merasa telah terhindar dari bahaya.

Setelah berkendara beberapa kilometer, merekapun disuguhi penampakkan sebuah truk pembawa pasir yang baru saja mengalami kecelakaan tergelatak dijalan.

Menyaksikan peristiwa tersebut, Inen dan Aman Alif kembali bersyukur bertemu dengan Kule beberapa waktu lalu. Seolah, kedatangan kule tersebut untuk memberi isyarat. Karena jika tidak berhenti, mungkin saja mereka akan menjadi korban kecelakaan bersama truk pengangkut pasir malang itu.

Kule atau Harimau Sumatera merupakan satwa endemik Pulau Sumatera. Satwa yang memiliki status konservasi ” terancam”, populasinya di alam liar diperkirakan hanya tersisa 400 – 500 ekor. Dahulu, Bukit Menjangan, Berghendal, Origon, Atu Kul, paya benyet, Bubung Lime, Pepantang dan Burni Rejewali yang masuk wilayah Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah persebaran Kule.

Seiring beralihfungsinya lahan, pada beberapa lokasi yang disebutkan, keberadaan kule sudah mengalami kepunahan. Di Dataran Tinggi Gayo sendiri, kule termasuk hewan ditakuti yang kadang dihubungkan dengan hal – hal mistis. Sangat sedikit atau jarang sekali terjadi kasus serangan Kule terhadap manusia. (Syah Antoni)

Comments are closed.