Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan yang umumnya mengajarkan tentang pendidikan agama Islam.
Dayah Nurul Huda merupakan salah satu tempat pendidikan pondok pesantren yang berada di kampung Damar Mulyo, kecamatan Atu lintang, Aceh Tengah yang mana setia orang bisa menimba ilmu agama di sana
Berbagai macam pelajar diajarkan disana, baik dari ilmu fiqih, tasawuf, dan yang lainya. Namun selain pelajaran tentang keagamaan, para santri disana juga dididik dan diajarkan mengenai ilmu pertanian, salah satunya yaitu tentang bertani tanaman cabai.
Para santri di pondok pesantren Nurul Huda dididik dan diajari langsung oleh pimpinan Ponpes, Tgk Sukarno. Hasil panen milik pimpinan Ponpes ini juga dipergunakan untuk pesantren, untuk kebutuhan santri yang mondok di sana.
Pimpinan Ponpes ini mengajarkan proses penanaman cabai, mulai dari mengolah tanah, cara-cara perawatannya hingga panen. Namun, pimpinan pesantren juga membagikan rejeki dari hasil pertanian itu untuk santri.
Tgk Sukarno menjelaskan, modal awal yang dihabiskan dalam penanganan cabai ini yaitu kurang lebih sebesar mencapai jutaan rupiah. Pimpinan Ponpes ini mengeluarkan modal untuk tanaman cabai yang mencapai 3000 batang.
Terlihatlah tanaman cabai yang sudah hidup dengan rapi disela-sela perkebunan milik ustadz ini. Saban hari Tgk Sukarno menyambangi kebun cabainya yang tidak jauh dari pesantren tempat anak didiknya menimba ilmu.
Ketika berbincang-bincang, Tgk Sukarno yang memang sudah mahir dan terbiasa dengan pertanian ini, menjelaskan, setelah lahan untuk tanaman cabai ini disiapkan, dia menggunakan pupuk dasar dari kompos, dimana pupuk ini hasil dari permentasinya sendiri.
Ada dua klasifikasi tanaman cabai yang dikelola Tgk Sukarno ini, 1000 batang diantaranya sudah siap untuk dipanen, dan 2000 batang yang lainya masih dalam proses pertumbuhan.
Menurutnya, selain pemupukan, juga dilakukan penyemprotan setiap seminggu sekali menggunakan bahan kimia dan juga bahan organik. Bahan organik yang digunakan dalam penyemprotan merupakan hasil permentasi dari kecambah, kuning telur, rendaman kulit telur dan lainya.
Menurut Ustadz ini, banyak juga tantangan yang dihadapi petani cabai, salah satunya munculnya penyakit keriting pada daun cabai dan menggangu batang. Tentunya tantangan itu harus dijawab, agar cabai dapat kembali diharapkan produksinya.
Untuk mengatasinya, Tgk Sukarno melakukan penyemprotan pestisida menggunakan bahan kimia setiap tiga hari sekali. Lelah juga bila dalam tiga hari sekali dilakukan penyemprotan, namun itu harus dilakukan demi terjaganya cabai dengan baik.
Hasilnya, jerih payah perawatan selama tiga bulan itu, kini membuahkan hasil. Bagaimana dengan hasil panennya, ternyata nilai keihlasan pimpinan pesantren ini dinikmati oleh para santri. Uang hasil dari penjualan cabai, digunakan untuk kebutuhan pesantren. Salah satunya yaitu kebutuhan pangan para santriwan dan santriwati yang tinggi disana
Menurut Tgk Sukarno, semuanya itu dilakukanya untuk santri. Bukan hanya membekali santrinya dengan ilmu, namun dia juga berupaya membantu kebutuhan para santri sehingga kebutuhan mereka dapat terbantu.
“Alhamdulilah, kami senang mondok di sini, selain mendapatkan ilmu keagamaan, kami juga mendapat ilmu yang lain diantaranya yaitu pertanian dan peternakan,” sebut Khairul salah seorang santri di sana yang mengakui merasa terbantu dengan adanya kegiatan pertanian dan peternakan kecil kecilan di pesantren ini. **** Alib Mujtaba
Comments are closed.