Syafi’i Saat*
Tersebutlah nama sebuah tempat yaitu lut kucak ( laut kecil) bahasa Gayo. Tempatnya yang sangat indah diatas sebuah gunung di Kabupaten Bener Meriah.
Keindahan tersebut ketika pemandangan alamnya dihiasi oleh lekukan danau kecil mungil dan indah. Hutan belantara disekitarnya merupakan tempat yang aman dan nyaman bagi satwa liar,seperti anoa, kijang,rusa dan juga kucing hutan atau harimau.
Sekitar lima puluh tahun yang lalu daerah ini sering terdengar suara pengajian,suara azan, dan juga suara rafai dari sekitar Bur kul, yang ditengah-tengah bur kul terdapat lut kucak. Keindahan kehidupan pada masa itu sungguh sangat indah, tidak dapat terbayangkan hari ini ketika alam
Lut kucak dan bur kul telah dirampas oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sejarah telah mengungkapkan bahwa ketika Islam memasuki tanah Gayo, Islam di sebarkan oleh seratus Khalifah yang datang untuk menyebarkan agama Islam. Pertama sekali mereka mendarat di bandar perlak Aceh timur, kemudian mereka mengganti nama bandar perlak dengan bandar Khalifah.
Seratus penyebar agama Islam tersebut langsung mengikuti aliran sungai Jambu Aye atau Wih Kala Jemer (sungai Jemer). Keseratus wali Allah tersebut melakukan musyawarah bahwa mereka akan menyampaikan Islam secara damai tanpa merusak tatanan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, kemudian mereka sepakat bahwa hulu sungai yang mereka lalui akan mereka berikan nama dengan Bandar Khalifah (kampung bener kelipah ) hari ini.
Seratus penyebar ajaran agama Islam semuanya menyisir sungai-sungai kecil yang intinya akan sampai ke hulu sungai jambu aye yaitu lut kucak.
Setelah mereka melakukan penyebaran ajaran agama Islam sembilan puluhan sembilan dari mereka hilang, dan menurut cerita dari orang tua bahwa mereka menjadi Aulia Allah,dan mereka berdomisili disekitar bur kul dan lut kucak.
Hari ini suara azan, suara mengaji dan suara rafai sudah tidak terdengar lagi, suara pengajian telah berganti dengan kegiatan Selfi, suara azan telah berganti dengan nyanyian kemaksiatan,dan suara Rafai telah berganti dengan suara keyboard, sehingga keberkahan lima puluh tahun yang lalu di rasakan kini telah berganti dengan kegelisahan.
Kabupaten Bener Meriah yang di gelar dengan daerah seribu Aulia,kini berganti dengan seribu kemaksiatan.
Lut kucak, Bur Kul dengan seratus Aulia hari ini tinggal kenangan, suara azan, suara pengajian dan bunyi Rafai hanya tinggal bunyi yang indah di telinga.
Redelong 17 November 2022
Penulis adalah Penasehat Yayasan Adat Gayo Empun Bale Rum dan Kepala MTsN 1 Bener Meriah*
Comments are closed.