Kalimat bijak mengatakan “Yang memimpin wanita bukan akalnya, tetapi hatinya.” Tampaknya kalimat ini yang digunakan Devie K.Syahni atau akrab di sapa Devy untuk membangkitkan nilai-nilai seni melalui karya-karya yang buat untuk menunjukkan perannya sebagai pekerja seni perempuan yang ia tunjukkan sedari kecil.
Dengan berbekal semangat untuk belajar dan bangkit sebagai wanita, perempuan kelahiran Jakarta 4 Desember 1973 ini berhasil membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan perempuan jika kita mau berusaha apalagi dalam berkesenian.
Devy adalah seorang seniman perempuan aktif dan berkarya dalam dunia seni khususnya musikalisasi puisi, pada tahun 1995 melalui perkenalan tanpa diduga dengan Fikar W. Eda, seorang seniman juga yang berasal dari Takengon, Aceh Tengah. Saat itu Fikar W Eda mewawancarai orang tua si perempuan kala dirinya pentas di Taman Budaya Banda Aceh di tahun 1996. Berlanjut pada pertemuan di Jakarta saat Fikar W Eda menjalankan tugas dari tempat ia bekerja, hingga akhirnya mereka resmi menikah pada 9 November 1997.
Lahir dari keluarga seniman, Devy yang hadir ke Takengon bersama anak ketiganya, Siti Zeta Renggali untuk menemani sang suami mengisi acara “Inilah Gayo II”, minggu (11/9/2011) menuturkan cerita tentang bagaimana ia eksis bersama keluarganya dengan berbagai prestasi yang diraih. “Keluarga saya dulu hidup dalam berkesenian, ayah saya pada jamannya merupakan pekerja seni yang aktif, demikian juga ibu saya”, ujar puteri pasangan H Fredie Arsi “ayah” seorang pemusik, teater yang juga mantan penyiar radio serta ibunya Hj. Rosnila Djalal merupakan seorang perempuan asal Sumatera Utara yang pada zamannya menjadi penari Serampang Dua Belas yang cukup dikenal pada masa itu.
Ayahnya yang ia panggil“papa” pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Pelayaran saat pelabuhan bebas Sabang masih aktif berfungsi, juga pernah menjadi kepala Sekolah Menengah Teater dan Film bersama budayan ternama Gerson Poyk yang baru saja menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan tahun 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Devi yang sejak terjun dikancah kesenian mulai SD hingga saat ini selalu berkarya lewat talenta seni yang ia miliki, bahkan dirinya bahkan pernah mendapat penghargaan aktris muda berbakat pada Festival Teater Remaja di Jakarta Utara.
“Saya ingat waktu itu saya masih SMA berperan sebagai seorang Pekerja Seks Komersial “PSK”, ujar perempuan yang telah memiliki 3 orang anak ini. “saya melakukan oservasi dengan melihat kehidupan malam selama dua bulan di pinggir laut Tanjung Priok, saya perhatikan gerak gerik para PSK untuk kebutuhan pemeranan, dan Alhamdulillah saya bisa mendapat penghargaan tersebut”, ujar salah seorang pendiri Devi’s sanggar Matahari yang masih aktif hingga saat ini.
Prestasi yang paling sensasional adalah dirinya menjadi juara lomba baca puisi HB.Jassin tingkat Nasional tahun 1995 dan pemenang Lomba Musikalisasi Puisi Dirjen Kebudayaan tahun 1996 tampil secara tunggal, serta beberapa lomba puisi lainnya di DKI Jakart pernah ia peroleh.
Terlepas dari nama Fikar W Eda suaminya, Devi’s yang sudah beberapa kali melakukan tour ke sejumlah daerah di Sumatera dan Jawa bersama sanggar dan ayahnya yang dipanggil “ayah” oleh para personil Grup Musikalisasi Sanggar Matahari (kelompok bersaudara kandung).
Sejak 1990 ia bersama sanggarnya eksis memasyarakatkan Musikalisasi Puisi dengan rangkaian tour ke berbagai daerah di Indonesia mulai desa pelosok hingga kota besar. Bahkan ke Kuala Lumpur Malaysia dalam Pengucapan Puisi Dunia-9 tahun 2002 lalu.
Setelah tahun 2003 lalu merilis album ‘Nyanyian Rindu’ pada 2007 kemarin mereka meluncurkan CD album Kompilasi “Ruh (U) Krak”. Album perkawinan musik dengan Puisi yang ditolak MTV karena tidak ada kategori/genre-nya.bahkan ia sudah beberapa kali hadir ke Aceh khususnya kota dingin dalam berbagai program kesenian yang ia lakukan. (bersambung).(Iwan SP | Editor/Foto : Khalis)