Tanggapan Terhadap Tebar Bibit Bandeng di Danau Laut Tawar

Oleh : *Muchlisin Z.A, S.Pi, M.Sc

Tanggapan singkat ini diilhami oleh berita di The Globe Journal, edisi Rabu 28 Oktober 2009 dengan judul berita “Atasi Pencemaran, Bandeng Ditebar di Laut Tawar” (http://www.v2.theglobejournal.com/kategori/teknologi/atasi-pencemaran-bandeng-ditebarkan-di-laut-tawar.php). Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa tujuan penebaran bibit bandeng adalah untuk mengatasi dan menurunkan tingkat eutrofikasi (proses penyuburan perairan yang berlebihan) Danau Laut Tawar, yang selama ini “dilaporkan” sudah tercemar bahan organik.

Sebagai seorang yang yang konsen terhadap isu-isu lingkungan khususnya isu sumberdaya perikanan saya merasa terpanggil untuk menanggapi kegiatan tersebut diatas dalam perspektif dan sudut pandang yang mungkin berbeda. Sejauh yang saya pahami introduksi ikan asing ke suatu perairan akan membawa dua dampak; (1) jika lingkungan baru tersebut sesuai, maka ikan tersebut akan berkembangbiak dan mendominasi serta mengantikan populasi ikan di perairan tersebut, (2) jika tidak sesuai, mungkin ikan tersebut dapat bertahan hidup namun tidak dapat berkembangbiak dan akhirnya akan tersingkir oleh waktu.

Yang menjadi pertanyaan adalah; (1) data apa dan darimana diperoleh sehingga dapat dijustifikasi bahwa danau laut tawar telah mengalami eutrofikasi? (2), Adakah penelitian yang telah dilakukan terhadap kebiasaan hidup ikan-ikan di Danau Laut Tawar, misalnya kebiasaan makan, kebiasaan pemijahan, habitatnya, distribusi, migrasinya dsb sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan bandeng tidak akan menjadi pesaing bagi ikan-ikan lokal yang telah di Danau Laut Tawar, (3) pertanyaan seterusnya adalah, apakah pernah dilaporkan kematian ikan massal (dalam jumlah besar) dan mendadak (biasanya dapat terlihat pada pagi hari), baik ikan liar maupun ikan peliharaan di Danau Laut Tawar, sementara pada badan ikan tidak ada tanda-tanda serangan penyakit penyakit?.

Jika ketiga pertanyaan ini belum terjawab dengan baik, adalah sangat dini jika kita menyimpulkan kehadiran enceng gondok, hidrilla dan tumbuhan air lainnya di beberapa lokasi maka Danau Laut Tawar telah terjadi eutrofikasi. Kehadiran tumbuhan dan perkembangan tumbuhan air tersebut di luar batas normal mungkin adalah sebagai indikasi awal terjadinya eutrofikasi, akan tetapi belum tentu sudah ter eutrofikasi? perlu adanya kajian lanjutan.

Kalaupun benar telah terjadi eutrofikasi, kami menilai kegiatan “tabur benih ikan bandeng untuk mengatasi pencemaran Danau Laut tawar” bukanlah kegiatan yang bijak, kegiatan tersebut dinilai hanyalah ingin menyesaikan masalah (yang belum tentu bisa selesai) dengan mengenepikan masalah yang lain yang lebih komplek, atau dengan kata lain hanya ingin menyesaikan “akibat” bukan menyelesaikan “sebab”. Sepatutnya pengambil kebijakan perlu menganalisis secara sistimatis sebab-akibat terjadinya eutrofikasi (kalau memang benar ini masalahnya), jika telah diketahui sebab-sebabnya, ajukan beberapa alternatif penyelesaian, analisis satu persatu dampak positif dan negatif dari setiap alternatif yang ada, jika perlu bobotkan setiap dampak sehingga akan terlihat mana alternatif yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Saya kira banyak jalan lain yang lebih bijak untuk diambil, hanya saja butuh kerjasama, waktu dan mungkin dana. Namun apalah artinya dana atau uang yang mungkin kalau habis dapat dicari lagi, dibandingkan dengan ikan-ikan khas danau yang hanya ada disana. Jika ikan-ikan tersebut punah, kemana kita mencari jika ada diantara kita yang ngidam dan ingin merasakan sedapnya depik atau gurihnya ikan kawan? Bukankah lebih mudah kalau ada yang ngidam bandeng atau mujair, cukup kita turun ke Biureun dan mampir di warung makan. Artinya, ikan depik atau kawan misalnya hanya ada di Danau Laut Tawar, hanya hdup disini, kalau punah hilanglah kekayaan alam kita, siapa yang bertanggung jawab???, akan tetapi kalau bandeng atau mujair punah di danau ini, masih ada tempat lain yang kita bisa dapatkan.

Introduksi ikan asing ke suatu perairan secara jangka panjang akan merugikan baik secara ekologi maupun ekonomi. Untuk memberikan gambaran umum bagaimana dampak dari introduksi ikan asing ke suatu perairan, kami telah menulis sebuah artikel pendek yang berjudul “Ikan Asli Danau Laut Tawar Diserang Alien” dan telah kami kirimkan ke harian Serambi Indonesia, mudah-mudahan harian Serambi bersedia memuatnya.

(*Penulis adalah dosen dan peneliti di Universitas Syiah Kuala dan candidate Doktor dalam bidang Fisheries Management and Aquaculture di Universiti Sains Malaysia, Penang. Malaysia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.