Catatan Munawardi*
MEMASUKI hari ke tiga kegiatan penelitian tahap pertama di Sungai Pesangan dan Danau Lut Tawar oleh Tim penelitian dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Palembang– Kementerian Kelautan Perikanan RI, yang dimulai sejak Kamis (8/3/2012) telah menetapkan beberapa titik pengambilan sampel atau stasiun penelitian di beberapa lokasi sepanjang sungai Pesangan dan Danau Lut Tawar.
Tim peneliti BP3U yang dipimpin Dr. Ir. Husnah, M.Phil ini telah melakukan kegiatan pengambilan sampel di beberapa stasiun penelitian di Danau Lut Tawar, penelitian hari ini mulai mengarah ke stasiun penelitian di sungai Pesangan.
Diantara lokasi stasiun pengamatan adalah out let Danau Lut Tawar di sekitar Kampung Boom dan Kampung Hakim Bale Dedalu, kemudian dilanjutkan ke Lukup Badak Kampung Simpang Kelaping, Kampung Sagi Indah dan terakhir di Kampung Bah Kecamatan Ketol.
Di lokasi tersebut tim penelitian yang terdiri dari tim lingkungan perairan dan tim ikan melakukan pengamatan, tim lingkungan perairan melakukan pengukuran dan analisis kualitas air serta pengambilan sampel air, adapun tim ikan melakukan penyekatan badan sungai dan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan beberapa teknik penangkapan diantaranya adalah dengan menggunakan metode electric fishing method yaitu menangkap ikan dengan menggunakan kejutan arus listrik.
Hasil tangkapan kemudian dipilah-pilah kemudian diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan analisa lebih lanjut. Pengukuran dan pengambilan sampel seperti ini akan dilanjutkan sampai ke wilayah Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen yang dilintasi sungai Pesangan hingga daerah muara yang berakhir di Selat Malaka.
Berdasarkan hasil tangkapan sementara terdapat beberapa jenis ikan yang berhasil ditangkap dan diidentifikasi, antara lain ; Gegaring, Nila, Keperas, Kawan, Relo, Relo Sunami, Meliun, Bontok Ilang, Lokot, Mut, Belut, Ilie, Sapu-sapu dan Peres.
Dulu, Peusangan Banyak Ikannya
Selain melakukan penangkapan ikan, penelitian komposisi sumberdaya ikan di sungai Pesangan oleh tim dari BP3U Palembang, juga melibatkan nelayan setempat sebagai tenaga enumerator yang bertugas mencatat dan melaporkan jumlah dan jenis ikan apa saja yang mereka tangkap selama masa penelitian ini berlangsung.
“Dulu banyak ikan disini, ada gegaring, relo, keperas, jejolong, mut, bawal dan denung disini sambil menunjuk ke arah sungai Pesangan, sekarang beberapa jenis ikan sudah mulai langka dan jarang sekali tertangkap” ungkap Karmila Inen Mege (44), Sabtu (10/3/2012) seorang petani yang memiliki sawah dipinggiran sungai Pesangan di Kampung Wih Sagi Indah Kecamatan Silih Nara, yang dijumpai sepulang dari sawah bersama anak beserta cucunya sambil menenteng iwen (kantong jaring ikan) hasil tangkapan suaminya menggunakan Weu (Indonesia : Bubu).
Penelitian yang dilakukan Husnah beserta Tim dari BPPPU Palembang di Sungai Pesangan merupakan penelitian mengenai standing stock ikan sungai pertama yang dilakukan di Indonesia, jadi jika penelitian ini sukses, maka penelitian ini merupakan perintis dan referensi penelitian standing stok ikan sungai di Indonesa yang membahas tentang ketersediaan jumlah berat dan biomassa sumberdaya ikan dalam satuan kurun waktu tertentu (fish standing stock) di sungai.
Alasan mengapa Husnah memilih sungai Pesangan sebagai objek kegiatan penelitiannya adalah karena berdasarkan konsep River Continued Concept yaitu sebuah konsep yang menyatakan bahwa produktivitas sebuah sungai sangat dipengaruhi oleh semua elemen yang terdapat dari hulu hingga hilir yang selalu memiliki kesinambungan.
Konsep inilah yang membuat Husna memilih Sungai Pesangan sebagai objek penelitiannya. Ada dua konsep lagi yang lazim digunakan untuk mengetahui produktivitas suatu sungai yaitu berdasarkan pengaruh badan sungai dan berdasarkan pengaruh adanya rawa-rawa banjiran.
Karakteristik sungai Pesangan umumnya hampir memiliki kesamaan dengan sungai-sungai yang terdapat di pantai barat Sumatera, dengan cirinya berbatu-batu, cenderung sempit dan berarus deras. Dan ciri inilah yang membuat sektor perikanan sungai seperti ini tidak menjadi sumber ekonomi yang menonjol, hal tersebut dikarenakan jenis sungai yang seperti ini biasanya memiliki jenis ikan yang lebih sedikit akan tetapi selalu terdapat satu atau dua jenis komoditas ikan yang bernilai ekonomis tinggi.
Sungai Pesangan juga demikian ikan Pedih atau Kerling dan Sidat merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi namun bukan merupakan sumber ekonomi utama.
PLTA Peusangan Potong Jalur Migrasi Ikan Sidat (Denung)
Menyinggung adanya kegiatan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pesangan, Husnah menjelaskan pihaknya belum tau bagaimana bentuk konstruksi dan cara kerja pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang akan dibangun nantinya yang sekarang sudah pada tahap awal konstruksi.
Namun yang jelas jika nanti pembangunan PLTA Pesangan dengan adanya pembuatan bendungan atau sejenisnya yang dapat memotong atau menghambat jalur migrasi ikan dan menghilangkan daerah-daerah asuhan (nursery ground) ikan, sudah tentu ini akan mempengaruhi standing stok ikan di sungai. Seperti ikan sidat (Gayo = Denung, Ltn. = Anguilla, sp) merupakan jenis ikan yang memiliki jalur ruaya yang panjang.
Ikan ini adalah penghuni danau atau sungai namun ketika akan memasuki masa bereproduksi atau memijah ikan ini akan turun menyelusuri sungai menuju ke tengah samudra, disana ikan ini akan bereproduksi yang selanjutnya diikuti dengan munculnya larva-larva sidat ditengah laut, kemudian akan mendekati pantai mencari muara sungai dan terus menuju hulu sungai untuk hidup dan berkembang sampai dewasa dan kembali ke tengah samudera untuk kawin dan memijah, begitulah siklus hidup ikan sidat.
Lain halnya dengan ikan Kerling (Tor spp, Gayo : Iken Pedih atau Gegaring) perairan yang tenang dan dalam dibalik atau di sela-sela bebatuan atau biasa disebut dengan istilah Lubuk (Gayo = Berawang) merupakan tempat persembunyian ikan ini sekaligus sebagai daerah asuhan larva dan jeuvenil (anakan) ikan Kerling. Jadi bebatuan di sungai seperti ini sangat penting fungsinya bagi dinamika produktivitas ekositem sungai, ungkap Husnah.
Salah satu solusi jika memang pembangunan PLTA Pesangan berpengaruh negatif bagi keadaan Standing Stock ikan di sungai Pesangan adalah dengan membuat Fish Stairway atau tangga ikan yang merupakan jalur yang disedikan khusus untuk ruaya atau migrasi ikan terang Husnah.
Danau Lut Tawar Danau Tercemar
Husnah juga menyinggung tentang status Danau Lut Tawar, dan telah melakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air di beberapa stasiun di Danau hulu sungai Pesangan tersebut.
Husnah berpendapat berdasarkan hasil sementara dari pengukuran kualitas air yang dia lakukan, bahwa danau Lut Tawar belum termasuk Danau Eutrofik (Danau yang memiliki kesuburan tinggi, banyak bahan organik, atau danau tercemar). Terbukti berdasarkan nilai kecerahan yang diukur menunjukkan angka diatas empat meter, dimana salah satu ciri danau eutrof adalah nilai kecerahan kurang dari dua meter.
Namun demikian beliau mengaku belum selesai menganalisa beberapa parameter yang berkaitan dengan itu dan akan resmi menyatakannya setelah adanya analisa yang lengkap dari apa yang dilaksanakan dalam masa penelitiannya ini bersama tim dari BP3U.
Bersama tim penelitian ini juga didampingi oleh Iwan Hasri, M.Si sebagai staf pengajar Jurusan Budidaya Perairan Universitas Gajah Putih, yang merupakan alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan yang juga telah melakukan penelitian terhadap Danau Lut Tawar, khususnya tentang ikan Depik (Rasbora tawarensis).
*Pengajar di Universitas Gajah Putih Takengon