Banda Aceh | Lintas Gayo – Jika betul-betul ada keinginan dari semua pihak untuk memersatukan Aceh, maka jangan ada pihak-pihak tertentu yang ingin memonopoli, kepentingan suku bangsa minoritas mesti diakomodir. Demikian ditegaskan tokoh masyarakat Gayo yang tinggal di Sabang asal Lokop Serbejadi, Drs. Muhammad Jamin, Selasa 4 September 2012 di Banda Aceh.
Pernyataan ini diungkapkan Muhammad Jamin menanggapi suasana Seminar Permainan Rakyat yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh di Permata Hati Center Aceh Besar dihadiri ratusan peserta dari seluruh daerah di Provinsi Aceh, Selasa (4/9/2012).
“Kita mesti mengakomodir dan menjunjung tinggi khasanah budaya yang ada di Aceh yang dihuni beragam suku bangsa agar tidak terjadi perpecahan. Misalnya tentang penamaan permainan tradisional rakyat seperti Gasing, Catur dan lain-lain,” ujar Ketua Dewan Kesenian kota Sabang ini.
Pernyataan ini diamini Ketua Harian Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Aceh Tengah, Khalisuddin yang juga sebagai peserta dalam seminar yang bertemakan Bina dan Lestarikan Permainan Rakyat Aceh untuk Pengembangan Khazanah Budaya Bangsa tersebut.
“Benar yang dinyatakan bang Jamin, seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah di Aceh mesti menghargai suku bangsa minoritas di Aceh. Tidak hanya dengan kata-kata namun dengan perilaku dan kebijakan,” kata Khalisuddin.
Sebelumnya dihadapan para peserta dan narasumber seminar tersebut saat diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan, Khalisuddin mengritik panitia karena tidak turut menghadirkan narasumber dari kawasan tengah Aceh untuk memaparkan tentang permainan rakyat.
“Agar seminar ini lebih berkualitas sesuai tema, kenapa tidak ada narasumber dari suku bangsa lain untuk memaparkan permainan tradisional yang ada di Gayo misalnya,” kata Khalisuddin.
Jika didaerah lain mungkin masih menggali kembali tentang permainan tradisional, maka di Gayo masih banyak yang melakukannya seperti permainan Gasing, Ketibong, Gegasak, Letep, Jejorosen, dan lain-lain, timpalnya.
“Jangan gara-gara penamaan Catur yang tidak mengakomodir kepentingan suku bangsa tengah tenggara Aceh memunculkan aksi protes dan menuntut pemekaran provinsi,” ujarnya berseloro.
Pun demikian, dia mengaku optimis pasangan Guberbur Aceh dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf akan bisa mempersatukan Aceh karena dinilai sangat memahami historis, adat budaya seluruh suku bangsa yang ada di Provinsi Aceh.
Amatan Lintas Gayo, seminar yang digelar selama 2 hari tersebut diikuti antusias oleh peserta. Sejumlah pertanyaan dan tanggapan dilontarkan dan ada juga yang mempraktekkan sejumlah permainan tradisional yang ada seperti Peh Tambo (mudere tamor:Gayo-red), Catur Harimau (Catur Kule:Gayo-red) dan lain-lain.
Tampil sebagai narasumber Drs. Rusdi Sufi, Drs. Asli Kesuma, Drs. M. Nasir dan lain-lain. Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Jasman J Ma’ruf. (Supri Ariu)