Ada Warkop Gayo di Saman Summit 2012

Jakarta – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud melalui Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, didukung oleh pemerintah daerah terkait serta masyarakat, akan menyelenggarakan Sman Summit 2012. Jiwa atau semangat Saman Summit 2012 ini beranjak dari bejamu besaman di Gayo—ritus adat untuk membangun jalinan persaudaraan melalui ber-saman.

Namun Saman Summit 2012 yang diadakan secara ad hoc ini tidak sama dengan bejamu besaman di Gayo. Karena itu, konteksnya diperluas menjadi meng-Indonesia, dengan semangat yang sama, yakni membangun kesadaran, pengetahuan, dan apresiasi terhadap kebedaan dan kesamaan kesenian kita, yang dekat maupun yang jauh, untuk terjadinya perkenalan, pertalian, dan penikmatan.

Kegiatan Saman Summit 2012 dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu Seminar, Pameran, dan Pertunjukan. Rangkaian seminar akan berlangsung selama dua hari, yaitu pada 14-15 Desember 2012 di Hotel Gren Alia, Kwitang, Jakarta. Seminar tersebut terdiri dari satu keynote dan empat panel diskusi, yang memfokuskan pada isu kesenian, mulai dari Saman Gayo hingga kesenian lain yang juga tampil dalam pertunjukan.

Sementara Pameran akan diselenggarakan di Taman Fatahillah. Dalam pameran tersebut, berbagai panel-panel display foto upacara Bejamu Besaman serta foto-foto profil budaya dan lingkungan Gayo akan ditampilkan. Selain itu ada juga penayangan proyeksi video menjelang penampilan masing-masing grup Saman. Untuk kuliner, pengunjung juga bisa menikmatinya di tenda “Warung Kopi Gayo dan Kuliner”.

Sedangkan dalam Pertunjukan yang diadakan di Taman Fatahillah pada 16 Desember  2012, akan menampilkan 13 grup kesenian yang terdiri dari grup Saman dan kesenian dari daerah lain. Di antaranya Saman Gayo (senior) dari Kampung Bukit, Kabupaten Gayo Lues; Saman Gayo (remaja) dari Kabupaten Aceh Tenggara; Saman Gayo (anak-anak) dari SD Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Saman (rampai) dari Jakarta; Saman Gayo mahasiswa dari Jombang, Jawa Timur; Tari Rudat-Siiran dari Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi; dan Rudat Sasak dari Desa Terengan, Kabupaten Lombok Utara.

Tiga pokok acara tersebut diharapkan dapat memberikan tiga lipatan sasaran. Pertama, penikmatan terhadap pertunjukan kesenian yang terjalin oleh Saman sebagai tari-musik yang berkembang dalam komunitas Muslim. Kedua, diskursus artikulatif atau kajian analitis tari Saman beserta kesenian lain yang terkait, baik dari aspek teknis (gerak, musik, sastra) maupun konteks sosial-budaya dan sejarah. Ketiga, apresiasi ekspresif, visual-auditif, melalui rekaman video dan jepretan foto dalam rentang ruang yang relatif luas. (DM | kemdiknas.go.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.