Tangerang Selatan | Lintas Gayo—Sebagai “Duta Saman,” mahasiswa Gayo Lues yang kuliah di Jakarta terus mensosialisasikan Tari Saman.
“Ada kesalahpemahaman dan kesalahpemeraktikan Tari Saman yang berkembang selama ini. Tari ini seharusnya ditarikan laki-laki, namun dalam praktinya sering ditarikan perempuan,” kata Banta Ramli, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) yang bertindak sebagai instruktur sebelum membekali mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Sahid Pondok Cabe di Tangerang Selatan, Senin (21/1/2013).
Hal itu, kata Banta, tidak terlepas dari kurangnya dokumentasi dan publikasi terkait Tari Saman. “Buku-buku tentang Saman masih sangat terbatas. Apalagi, yang lengkap. Masalah ini sempat pula terungkap dalam Diskusi Kebahasaan Barisan Muda Gayo tadi malam,” sebutnya.
Oleh karena itu, harapnya, Saman Institute nantinya bisa membuat buku yang berisi uraian lengkap tentang Tari Saman. Termasuk, prihal arti dan kandungan filosofi gerak. Juga, hal-hal yang belum terungkap selama ini. Akibatnya, siapa pun akan dapat pemahaman yang komprehensif tentang Tari Saman.
“Saya mau begini lebih karena tanggung jawab moral dan sosial saya sebagai orang Gayo. Pelestarian tarian ini seperti bentuk aslinya jadi tangung jawab kita bersama,” tegasnya (LG-006)