Sektor Kopi Mampu Backup Provinsi ALA

Catatan : Zuhri Syafriwan, AB*

 Zuhri

Kopi merupakan potensi yang sangat masuk akal (reasonable) nantinya menjadi salahsatu sumber pembelanjaan calon provinsi ALA. Komoditi ini merupakan sektor real sebagai pendapatan masyarakat aceh tengah dan bener meriah (income percavita). Kopi juga menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Secara umum komoditi primadona ini adalah batang tubuh pembangunan kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Dari berbagai negara penghasil kopi, antara lain Indonesia, Brazil, Colombia, Chostarica, Ethopia, Hawaii, India, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Kepulauan Karibia, Meksiko dan Asia, ternyata Indonesia salahsatu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Kopi indonesia yang berasal dari gayo ini, masih menduduki peringkat citarasa tertinggi diantara kopi-kopi dunia, yakni dengan skor 80. Di negara-negara maju sekarang ini, sektor kopi sudah diperhitungkan menjadi salahsatu sumber pembiayaan negara dan kopi semakin dilirik oleh para investor.

Aceh tengah dan bener meriah merupakan kabupaten penghasil kopi arabica. Dari data objektif mengambarkan bahwa luas areal perkebunan kopi di Aceh Tengah sekarang ini sudah mencapai 73.461 Ha. Perkebunan kopi di Aceh Tengah tersebar dibeberapa kecamatan. Yang paling potensial sebagai daerah penghasil kopi yakni kecamatan Kute Panang, Bebesen, Silihnara, Bius Penantan, Atu Lintang, Jagong, Kebayakan dan kecamatan Bintang.

Sedangkan di kabupaten bener meriah luas perkebunan kopi sudah mencapai 80.000 Ha. Adapun daerah yang paling potensial sebagai daerah penghasil kopi adalah kecamatan Bandar, Bukit, Permata, timang gajah dan kecamatan wih pesam. Kalau di total luas perkebunan kopi Aceh Tengah dan Bener Meriah, luasnya lebih kurang 153.000 Ha (1.5 Milyard M2). Coba bayangkan aceh tengah dan bener meriah yang memiliki luasan lahan kopi seluas itu, hanya 3, 4 % kebun kopi milik pemerintah daerah dan selebihnya adalah kebun rakyat. Kebijakan anggaran daerah untuk sektor kopi sepertinya main-main. Tidak ada dentplot, balai riset kopi apalagi sarjana kopi.

Kalau kita rata-ratakan saja per 1 hektar kebun mampu memproduksi kopi 1.500 Kg/tahun dan dikalikan dengan jumlah luas kebun kopi, maka jumlah produksi kopi per-tahunnya bisa mencapai 229.500,000 Kg/tahun. Harga kopi kualitas siap ekspor (ready eksport) di terminal newyork berkisar IDR 54.000/Kg (USD 5). Harga ini jika dikalikan dengan kemampuan produksi kopi per-tahunnya, berarti sektor kopi mampu menghasilkan rupiah sebesar Rp.12, 3 Tryliun/tahun. Bahkan sempat pada tahun 2011 harga kopi gayo diterminal newyork mencapai level IRD 72.000/Kg atau USD 8. Kalaulah harga kopi dapat bertahan dilevel ini, maka penerimaan disektor kopi mencapai Rp. 16, 5 Tryliun/tahun. Saya kira dengan penghasilan kopi sebesar itu, cukup untuk membiayai calon provinsi Aceh Leuser Antara (ALA).

Ada kekhususan dalam usaha kopi yakni premium fee. Premium fee ini bersumber dari perdagangan adil (fairtrad) yang diterima petani per-tahunnya. Kesepakatan dunia usaha di bidang kopi, bahwa premium fee untuk tujuan menjaga kualitas dan kuantitas kopi. Kalau di hitung premium fee dari luasan kopi organik di aceh tengah dan bener meriah seluas 40.000 Ha, dan kalau premium fee fairtrad rata-rata berkisar 4.000/Kg atau USD 0.44/Kg, maka penghasilan kopi dari premium fee fairtrad mencapai 240 Milyard/tahun.

Tapi sangat disayangkan, kebijakan anggaran Aceh untuk sektor kopi, seperti pengembangan, peningkatan mutu, keberpihakan dunia perbank-kan, promosi kopi dan lain sebagainya, sangat-sangat lemah. Arah kebijakan pembangunan ekonomi, politik dan hubungan luar negeri pemerintahan Aceh, dan sekaligus kewenangan pemerintahan Aceh yang dimiliki saat ini dan dengan lahirnya UU PA No.11/2006, hampir samasekali tdk menyinggung sektor kopi.

 Justru pemerintah Aceh sekarang ini kabarnya sedang menggodok draf kontrak kerjasama dengan pihak asing untuk mengelola kawasan ekosistem louser yang merupakan paru-paru dunia. Kawasan ekosistem leuser mau dieksplorasi secara besar-besaran, mulai dari atas bawah dan dalam kawasan, untuk tujuan mempercepat pemerintah Aceh kaya.

Sepertinya ada upaya mau menghancurkan iklim kawasan louser yang merupakan kekayaan alam calon provinsi ALA. Kalaulah benar kawasan ekosistem Louser akan di eksplorasi, maka saya berkeyakinan ini akan menjadi ancaman besar. Bukan hanya ancaman terhadap aspek lingkungan dan sosial, melainkan ancaman bagi keberlangsungan kekayaan wilayah tengah, yakni kopi Gayo.

  • Potensi sektor kopi mampu membelanjai provinsi ALA.
  • Arah kebijakan anggaran pemerintahan Aceh samasekali tidak menyentuh sektor kopi.
  • 70 % kekayaan Aceh berada di wilayah tengah dan barat selatan.
  • Hanya 3,4 % dari luas kebun kopi milik pemerintah daerah.
  • Kawasan lindung Louser dieksplorasi menjadi sumber penerimaan Aceh, menjadi ancaman besar bagi rakyat wilayah tengah

 —

Takengon 16 Mei 2013

*Pengurus Pusbangda Aceh Tengah, Divisi Litbang, tinggal di Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. kerahkan ilmu untuk meningkatkan produk dan bina petani agr mnjdi petani modern’ksmpingn dl ego politik.ingat di butuhkan krj kers yg mguras enrgi dan dana untk mencapai st tjuan,

  2. Kita punya banyak anak didik lulusan universitas” ternama seperti Univ.Pertanian Bogor, Diponegoro, Gama, mungkin jadi dll, Lantas untuk apa mereka dicetak menjadi sarjana pertanian sedang kesempata untuk bekerja dilapangan tidak dilaksanakan. Jadi untuk apa semua itu menjadi insinyur pertanian?

  3. Serambi Indonesia

    Minggu, 19 Mei 2013
    Home / Nanggroe / Aceh Tengah
    Kopi Gayo Termahal di Dunia
    Rabu, 9 Mei 2012 09:18 WIB
    More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter
    090512foto.6_.jpg
    SUASANA di salah satu stand produsen dalam pameran kopi dunia ke-24 di Portland, Oregon, AS yang diselenggarakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) selama empat hari, 19-22 April 2012. FOTO:SCAA
    Berita Terkait

    Kebun Kopi Aceh Terluas di Dunia
    Disbudparpora Aceh Tengah Gelar Lomba Foto
    Cut Renny Wulanda, Wakili Aceh ke Pemilihan Putri…
    Keterampilan Menulis
    MN Irwandi Tantang 100 Pecatur Gayo
    Tim Buser Polres Gayo Lues, Bekuk Pelaku Curanmor
    Disbudparpora Aceh Tengah Gelar Lomba Foto
    Tower Coffee Buka Gerai Lagi
    Dr Syukri: Hukum Jinayah Jaminan Hidup Damai
    Mau Selamat? Jauhi Lima Hal Ini

    * Dalam Pameran Kopi di Oregon, AS

    TAKENGON – Kopi asal dataran tinggi Gayo, jenis arabika menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brazil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.

    Perhelatan akbar itu diikuti produsen kopi dan ikutannya dari seluruh dunia, khususnya dari kawasan tropis, seperti Amerika Latin, benua hitam Afrika dan Asia. Para pengurus koperasi bidang perkopian Aceh Tengah dan Bener Meriah ikut meramaikan pameran kopi tersebut selama empat hari, 19 sampai 22 April 2012.

    Ketua Forum Fair Trade Asia Pasifik, Mustawalad yang mengikuti pameran kopi di Oregon kepada Serambi Selasa (8/5) di Takengon mengatakan harga kopi Gayo merupakan yang termahal di AS, sehingga posisi pasar turun dari empat pada 2010 menjadi lima pada 2011.

    “Meski peringkat kopi Gayo turun di pasar Amerika Serikat, namun jumlah yang dipasarkan meningkat 11 persen,” jelasnya. Dia menyebutkan, kopi Brazil atau Kolombia asal Amerika Latin hampir setengah harga dari kopi Gayo. Kopi Amerika Latin dibandrol 3,5 sampai 4 dolar AS/kg atau sekitar Rp 32.000 sampai Rp 37.000/kg.

    Sedangkan kopi arabika Gayo 7,2 sampai 8 dolar AS/kg atau sekitar Rp 67.000 sampai Rp 74.000/kg. Dia menilai, kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal. “Kopi Gayo merupakan kopi khusus (specialty) dengan skor cupping test di atas 80,” jelasnya.

    Selain itu, sejumlah produsen kopi Gayo juga mendapat kontrak baru dari pembeli Amerika yang diperoleh saat ikut pameran di Oregon. “Koperasi asal Aceh Tengah dan Bener Meriah yang ikut dalam pameran itu, masing-masing membawa lima sampel bersertifikat Fair Trade dan Organik,” ujar Mustawalad.

    Pameran SCAA yang bertujuan menjaga hubungan dengan pembeli di Amerika Serikat, sebagai penikmat kopi Gayo terbesar selain mendapatkan pembeli baru serta perkembangan kopi dunia, seperti mesin pengolahan hingga paking. “Dalam pameran itu, ada sekitar 350 stand dengan jumlah eksebitor (peserta) pameran sebanyak 775 peserta dari berbagai negara penghasil kopi,” pungkas Mustawalad.(c35)

    Editor : bakri