Apatisme Pemilu Legislatif 2014

Oleh: Yusradi Usman al-Gayoni*

yusradi algayoniAPATIS, skeptis, dan kemungkinan golput. Begitulah gambaran sikap masyarakat di Takengon menghadapi Pemilu Legislatif 2014. Lebih khusus lagi, di Daerah Pemilihan (Dapil) 4, yaitu Kecamatan Bebesen, Bies, dan Kecamatan Kute Panang. Apalagi, di Kecamatan Bebesen.

Barangkali, terlalu dini menilai sikap tersebut. Karena, Pemilu Legislatif masih berlangsung sebelas bulan lagi. Sementara, daerah yang dinilai tidak mewakili keseluruhan daerah pemilihan—empat belas kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Namun, kondisi itu tetap merupakan gambaran sikap masyarakat. Selebihnya, tinggal dipetakan secara wilayah dan keangkaaan (kuantitatif).

Dari amatan dan wawancara yang dilakukan—sejak 14 April-16 Mei 2013, dapat disimpulkan bahwa sikap itu disebabkan karena tindakan partai dan anggota legislatif sendiri. Partai politik tidak mampu memberikan pendidikan, pembelajaran, dan pencerahan politik kepada masyarakat. Sebaliknya, partai politik sebatas alat untuk meraih kekuasan. Selain itu, tidak mampu “menyejahterakan” masyarakat melalui wakil-wakil mereka di parlemen, yaitu dengan memperjuangkan apirasi dan anggaran yang pro masyarakat akar rumput (grass root). Kebalikannya, lebih memperjuangkan kepentingan partai, pribadi, keluarga, golongan, dan penguasa.

Di lain pihak, anggota legislatif tidak mampu menunaikan janji-janji politiknya. Juga, kebanyakan anggota dewan tidak menjalankan tugas kedewananannya. Dengan demikian, masyarakat semakin tidak percaya pada keberadaan parlemen dan anggota legislatif. Dengan kata lain, ada-tidaknya dewan tidak memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. Apalagi, masyarakat akar rumput. Hal tersebut berdampak negatif pada calon legislatif yang maju sekarang. Termasuk, wajah-wajah baru. Hal itu makin memperburuk citra parlemen dan situasi di tengah-tengah masyarakat.

Pindah Dapil

Akibat kurangnya kepercayaan masyarakat, terutama dari daerah pemilihan sebelumnya, banyak anggota legislatif yang pindah ke dapil yang berbeda pada pemilu legislatif 2014 mendatang. Misalnya, dari Dapil 1 (Kec Bintang, Kebayakan, dan Kec Lut Tawar) ke Dapil 4 (Kec Bebesen, Bies, dan Kec Kute Panang), Dapil 4 ke Dapil 1, dan sebagainya. Dengan harapan, mereka mendapat tempat di hati masyarakat Dapil yang baru. Soalnya, mareka sudah kehilangan kepercayaan di Dapil sebelumnya.

Dalam kaitan itu, masyarakat, terutama yang memiliki hak pilih mesti benar-benar melihat, menilai, dan selektif dalam memilih wakil rakyatnya. Lebih khusus lagi, yang pindah Dapil. Dengan begitu, masyarakat tidak akan salah pilih. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal setelah melakukan pencoblosan. Sebab, wakil yang telah dipilih tidak memperhatikan dan tidak memperjuangkan mereka “lupa diri.”

Pencerdasan Bersama

Melihat keapatisan sikap masyarakat, upaya pencerdasan politik oleh semua pihak mesti terus dilakukan. Terutama, dari partai politik, akademisi, mahasiswa, pers, elemen sipil, dan masyarakat Gayo di luar Takengon (tanoh Gayo). Termasuk, dari bakal calon anggota legislatif. Sebagai contoh, mengkampayekan anti politik uang (sen) dan anti politik barang (penosah); sebelum, saat serangan fajar, dan waktu pemilu legislatif berlangsung baik dari calon anggota legislatif maupun dari partai politik.

Lebih tegas lagi, menolak dan bahkan sampai tidak memilih calon yang berpolitik uang dan berpolitik barang. Lebih-lebih, calon yang tidak tahu tugas dewan sama sekali. Bukan rahasia umum lagi, anggota dewan seringkali hanya datang, duduk, diam, dan tidur. Selain itu, sebatas mengharapkan proyek, fee, dan dana aspirasi. Praktik tersebut pastinya telah merusakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, memperburuk demokrasi, dan “meruntuhkan akidah masyarakat.”

Kemudian, menyampaikan prihal calon anggota legislatif yang benar-benar berjuang untuk masyarakat. Pasalnya, keberadaan anggota legislatif dan parlemen sangat berpengaruh terhadap penetapan anggaran, pengawasan pembangunan, dan pembuatan perundang-undangan (qanun) yang berpihak pada perkembangan dan kemajuan masyarakat. Sebagai akibatnya, akan berdampak luas pada masyarakat Takengon, tanoh Gayo, dan Aceh secara keseluruhan.(algayonie[at]yahoo.com)

* Direktur Research Center for Gayo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.