Kediri | Lintas Gayo – Puisi berjudul “Tentang Kota yang Menjaga Takbir dalam Degup Dada” karya Lasinta Ari Nendra Wibawa (Garut, Jawa Barat) dinobatkan sebagai Pemenang Pertama Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional 2014 bertema “Bebaskan Palestina” yang ditaja Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.
Di urutan kedua diraih Faidi Rizal Alief (Sumenep, Madura) dengan puisi berjudul “Rahasia Doa”, dan di urutan ketiga diraih Niken Kinanti (Pati, Jawa Tengah) dengan judul puisi “Kisah Pecinta dari Palestina”.
Selain memilih tiga pemenang utama, FAM Indonesia juga mengumumkan tujuh puisi pilihan, masing-masing berjudul “Bunga Darah” (A. Warits Rovi, Sumenep, Mandura), “Tadarus Duka di Pelaminan Gaza” (Andi Jamaluddin AR. AK, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), “Riak Ombak di Matamu” (Ikhsan Hasbi, Banda Aceh), “Tempat Bermain Kami” (Ken Hanggara, Surabaya), “Sebelum Doa Kami Melangkah Begitu Kaku” (Manusia Perahu Sudianto, Sumenep, Madura), “Kabar Palestina Hari Ini” (Ilman Bahri, Jakarta), dan “Palestina Bercerita” (Ikhsan Satria Irianto, Bengkulu).
Pemenang diumumkan Rabu (10/9), malam, di kantor FAM Indonesia, Pare, Kediri, setelah melalui sejumlah tahapan seleksi. FAM Indonesia menerima 543 naskah puisi yang dikirim peserta dari seluruh penjuru Tanah Air dan Mancanegara.
Sebagai tanda apresiasi, FAM Indonesia memberikan hadiah berupa uang tunai, paket buku, piagam penghargaan, dan puisi pemenang dibukukan bersama 77 puisi nominator.
Sekjen FAM Indonesia, Aliya Nurlela, lewat siaran pers, Kamis (11/9) mengatakan, lomba itu telah dimulai sejak tanggal 15 Juli 2014 dan ditutup 30 Agustus 2014. Lomba ditujukan untuk membangun kepedulian masyarakat Indonesia khususnya penulis terhadap penderitaan yang sedang diderita rakyat Palestina dari cengkeraman tentara Zionis Israel.
“Banyak cara membantu rakyat Palestina, selemah-lemahnya lewat doa dan puisi,” ujar Aliya Nurlela yang juga penulis novel “Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh”.
“Bau Pesing Genderuwo” Dibedah
Sementara itu, FAM Cabang Surabaya ikut berpartisipasi dalam acara bedah buku “Bau Pesing Genderuwo” karya Eko Prasetyo, Sabtu (6/9) lalu. Eko Prasetyo adalah anggota FAM Surabaya, mantan editor di salah satu harian di Surabaya, dan aktif menulis buku.
Koordinator FAM Cabang Surabaya, Yudha Prima mengatakan, bincang buku itu diikuti sekitar 10 pegiat literasi dari berbagai komunitas di Kota Surabaya. Acara berlangsung dengan suasana keakraban di Graha Literasi, Sukodono, Sidoarjo.
“Berbeda dengan buku-buku karya tunggal Mas Eko yang lain, buku ‘Bau Pesing Genderuwo’ dikemas sangat ringan, menggunakan bahasa populer yang minim kosakata sulit, bahkan acapkali menggunakan bahasa Suroboyoan,” ujar Yudha Prima yang juga penulis buku cerpen “Anomali”.
Menurut Yudha, meski penulisnya memberi label “100% Bukan Homor Biasa” pada buku itu, namun Eko Prasetyo sama sekali tidak memperlihatkan kesan ingin beralih menjadi seorang komedian.
“Berbekal latar belakangnya sebagai seorang jurnalis, Mas Eko mencoba menyorot realita kehidupan yang dia alami maupun dia amati, mulai dari hal yang sangat sederhana hingga persoalan politik domestik, serta menyisipkan kritik dan pesan di balik kekocakan kisah-kisahnya,” tambahnya.
Selain menyentil sisi sosiokultural, buku “Bau Pesing Genderuwo” menyentuh masyarakat awam kelas grassroot dan membangkitkan gairah membaca mereka. “Tentunya ini merupakan sebuah misi yang harus diperjuangkan dan didukung bersama,” tambah Yudha Prima, peraih FAM Award pada 2013 lalu. (rel)