Takengen | Lintas Gayo- Sebagai seni budaya tradisional, didong Gayo sudah mengakar dalam keseharian masyarakat dataran tinggi Gayo, khususnya Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.
Namun, perkembangan masyarakat tentunya sedikit banyak mempengaruhi bentuk asli dari seni didong yang telah turun temurun diwariskan. Karena itu, Bupati Aceh Tengah Ir. H. Nasaruddin, MM menegaskan bahwa filosofi didong adalah nasehat.
“Selain mendengarkan kemerduan suara dari para ceh, secara substansi didong harus menyampaikan nasehat yang berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah,” ungkap Nasaruddin, selasa (26/5/15) malam ketika membuka pertandingan didong jalu antara klub Teruna Jaya dengan klub Sinar Jaya yang digelar di rumah dinas Sekda Aceh Tengah.
Menurut Nasaruddin, karena tujuan didong adalah nasehat, makanya kebanyakan para ceh atau bekas ceh adalah juga para imam, karena memiliki suara yang sudah pasti bagus.
Kalaupun bukan ulama, ceh didong diharapkan untuk mendekati para ulama sebagai bahan syair berdidong, sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi masyarakat.”Dari dulu syair didong berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah, ini harus diteruskan dan jangan rubah tradisi,” ucapnya.
Nasaruddin menambahkan, satu-persatu penonton pulang menjadi pertanda syair didong sudah melenceng dari keasliannya, karena menurutnya isi didong tidak menjelekkan maupun mengejek pihak tertentu.” Kalau sudah ada yang pergi, itu tandanya didong sudah melenceng dan tidak sesuai dengan karakter masyarakat kita,” ujarnya.(MK)