Ada Kopi ULee Kareng di Gayo

Takengen | Lintas Gayo : Ulee Kareng merupakan daerah penghasil bubuk kopi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Aceh khususnya di Banda Aceh. Meskipun tidak pernah dijumpai batang kopi di Ulee Kareng, namun bubuk kopi yang diracik disana menempati posisi tersendiri bagi penikmat kopi.

Hampir semua warung kopi di Banda Aceh maupun café-café di Ulee Kareng menyediakannya, dengan disajikan seperti menyeduh teh tarik yang terkenal dari negeri Jiran Malaysia.

Kini kopi Ulee Kareng tersebut hadir di kota dingin Takengen yang merupakan daerah penghasil kopi terbaik dan sering memenangkan kontes kopi tingkat nasional maupun international.

Kedai Kopi Ulee Kareng, demikian nama warung kopi tersebut yang berada di Keramat Mufakat jalan Lintang Kabupaten Kabupaten Aceh Tengah, hanya sekitar 200 meter dari terminal angkutan antar kota-antar provinsi, Takengen, dan persis di depan salah satu Bank nasional dan swalayan.

Di kedai kopi ini, daya jual kopi Gayo yang memiliki cita rasa sendiri ternyata kalah saing dengan kopi Ulle Kareng  yang didatangkan langsung dari salah satu supplier di Banda Aceh, “per hari kami bisa habiskan 5 kg bubuk kopi. Sedangkan kopi Gayo terkadang perharinya tidak ada dipesan” kata Aruel, penanggung jawab kedai kopi tersebut.

Warung kopi (Warkop) milik seorang warga Banda Aceh yang berprofesi sebagai pedagang tekstil, dikelola Aruel sejak berdiri nopember 2010 dengan 4 orang karyawan yang berasal dari Banda Aceh dan Sigli.

Warkop yang ramai dikunjungi pencinta kupi Ulee Kareng biasanya mulai ramai sore hari hingga tengah malam, “kami buka jam 6.00 pagi dan kadang tutup pukul 3.00 wib keesokan harinya.” Ujar Aruel yang pernah bekerja di salah satu NGO.

Aruel, lulusan diploma tersebut menyatakan  bahwa warkop mereka menyediakan wifi gratis bagi pengunjung dan tidak mengutip dana tambahan bagi yang minum maupun makan mie Aceh “kami menyediakan fasilitas informasi kepada masyarakat karena saat ini masyarakat butuh informasi”, pungkasnya, dan setiap bulannya harus membayar biaya speddy tersebut sebesar tujuh ratus ribu lebih.

Bagi pengunjung kedai, diberikan kebebasan menggunakan wifi untuk kepentingan apa saja bahkan game online, “banyak juga  orang yang duduk lama main game online, kami tidak tegur, karena sengaja disediakan fasilitas informasi”, pungkas Aruel.

Kedai Kopi Ulee Kareng tidak hanya menyediakan kopi namun mie Aceh, yang perharinya bisa menghabiskan 15-20 kg mie mentah. Dan jumlah pengunjung di warkop juga dipengaruhi masa panen kopi di Takengen, dan adanya pertandingan sepak bola terutama di malam minggu.

Dua rumah toko (ruko) yang disewa pertahun 25 juta tersebut ditata apa adanya, “kami menciptakan nuansa warung kopi”, ujar Aruel di warungnya mengakhiri pembicaraannya.(wyra)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.