SEREMPAH, kampung tua berada di lembah. Terbenam dan terbelah diimpit bumi, pada peristiwa Gempa Gayo 2 juli 2013. Serempah masuk dalam Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, ditengarai lokasi pusat gempa berkekuatan 6,2 skala richter yang menyisakan nyeri luka.
Serempah ibarat sebuah misteri. Tak banyak yang tahu apa arti Serempah, yang konon sudah tumbuh menjadi kampung sejak 1931. Beberapa orang yang ditanyai seputar nama Serempah, rata-rata menggeleng.
Tirai misteri baru terkuak, tatkala Serambi bersua dengan Syekh M Jadi, 45 tahun, Kamis (11/7/2013) siang. Saat ditemui, pria berkulit sawo matang itu, sedang duduk di sebuah bangku panjang di bibir tebing Serempah yang terkoyak.
“Rumah saya di sana. Hancur semua,” kata Syekh M Jadi seraya mengarahkan telunjuknya ke bagian hilir.
Ketika ditanya arti Serempah, Syekh M Jadi sempat terdiam sejenak. Ia mencoba mengumpulkan ingatan.
“Serempah artinya tora ni gajah,” katanya kemudian. “Tora ni gajah” bahasa Gayo, jika diindonesiakan artinya “sisa makanan gajah.”
Ia ingat cerita orang-orang tua dulu, bahwa pernah ada sekelompok orang pencari kerbau datang ke kampung itu. Saat akan menentukan lokasi untuk tempat beristirahat, salah seorang mengusulkan agar memilih lokasi ditemukannya “sisa makanan gajah.”
Kata. Syekh M Jali, gajah biasa makan di tempat terang. “Sejak itu masyarakat bermukim di tempat sisa makanan gajah sampai sekarang. Itulah arti Serempah,” katanya.
Cerita soal “tora ni gajah” ini disampaikan pula oleh Aman Milin, penduduk Kampung Bah. Antara Kampung Bah dan Serempah awalnya satu. Kemudian terjadi pemekaran.
Serempah dihuni 74 Kepala Keluarga (KK). 11 orang diantaranya raib ditelan bumi. Syekh M Jadi baru saja menyelesaikan santap siang ketika tiba-tiba bumi bergetar, dan dalam hitungan detik merontokkan rumah-rumah di sana. “Bumi terbelah dan isinya jatuh ke dalam, sebelum kemudian bumi menyatu kembali,” kenang Syekh. Ia menyaksikan langit gelap, jerit ketakutan menggema di angkasa. “Melihat dahsyatnya gempa, saya tidak yakin kalau itu 6,2 skala richter. Karena mengerikan sekali,” katanya lagi.
Di tengah suasana panik, Syekh dan keluarga merangkak menyelamatkan diri. Melangkahi bumi yang membelah. Ia selamat dari bencana bersama dua anak dan istri. Mereka kini mengungsi di Posko Pengungsian Bernung.
Syekh M Jadi berada di Serempah siang itu untuk memunguti kembali sisa-sisa rumah yang mungkin bisa diselamatkan.( catatan fikar w.eda di FB Gayo Bersatu)