Takengen | Lintas Gayo – Agam mengaku, kecewa dengan kinerja Pemerintah daerah maupun Pemerintah Provinsi Aceh yang tidak memperhatikan monumen Tugu perdamaian DITII dan RI bahkan terkesan dibiarkan usang.
Betapa tidak, tugu DITII dan RI merupakan salah satu monumen bersejarah di Kota Takengen dalam rangka mengenang perdamaian DITII dan RI tidak diperhatikan dengan Baik oleh Pemerintah Daerah.
“Saya sangat menyesesalkan dan kecewa, monumen bersejarah Tugu Perdamaian DITII dan RI yang ada di bur telege atau desa bale bujang tidak diperhatikan,” ujar agam, kepada wartawan , Kamis (17/3).
Menurutnya, monument ini harus dijaga dan dirawat karena memiliki nilai sejarah maupun sebagai salah satu destinasi wisata yang perlu dilestarikan, sebab sangat bermanfaat bagi generasi Takengen mendatang sebagai sebuah catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Namun yang terjadi saat ini monumen Tugu Perdamanyan DITII dan RI dibiarkan tidak terawat bahkan terkesan tidak memilki makna apa-apa. Untuk itu, sebagai turis lokal dirinya sangat kecewa dengan sikap pemerintah daerah yang hanya memprioritaskan pemeliharaan bangunan lainnya, sementara monumen ini dibiarkan menjadi benda yang usang.
“Seharusnya pemerintah daerah melalui dinas terkait melakukan pemeliharan dan pelestarian monumen ini bukannya dibiarkan seperti benda yang tidak mempunyai makna apa-apa,” tandasnya.
Dikatakan, Tugu perdamanyan DITII Dan RI sebagai salah satu monumen bersejarah perjuangan bangsa, letak monumen ini juga tepat berada di jantung kota sehingga sudah pasti mempunyai daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang melewati kawasan tersebut.
Kontes batu secara nasional yang akan berlangsung di kota tekengen ini seharusnya monumen ini sudah diperindah agar para peserta dan tamu yang datang di kota ini dapat melihat keindahan Kota Takengen dari berbagai sudut bukan hanya pada lokasi-lokasi tertentu saja.
“Kalau hanya dibiarkan monumen Tugu Perdamanyan DITII dan RI terlihat usang begitu saja, lebih baik monumen tersebut ditiadakan ketimbang disebut monumen tetapi tidak dirawat,” pungkasnya, (Kayu Kul)