Takengen | Lintas Gayo- Mendengar pertanyaan siswi ini, spontan MAN 1 Takengen, bergemuruh dengan tepuk tangan. Apakah pihak kepolisian bila tidak mengizinkan berkenderaan (sepeda motor) tanpa SIM, mau mengantar jemput siswa untuk bersekolah?
Sebelumnya juga ada pertanyaan dari siswi ini tentang pernyataan anggota Lantas Polres Aceh Tengah, Peltu Emry Hutasoid yang menyebutkan, bila siswa tertib dalam berkenderaan, memilik STNK, berlalu lintas dengan baik, namun tidak memiliki SIM, maka tidak akan ditilang. Namun mengapa sekarang ditilang?
Kasat Lantas AKP Radhika terlihat santun menanggapi pertayaan itu. “oooo anggota saya Hutasoid yang menyampaikanya. Kalau saya baru pertama ini ke MAN 1 Takengen,“ jelas Radhika. “Aturan di negara kita jelas. Kalau negara melarang, lantas kami memberikan ijin itu artinya kita melawan negara.”
Soal antar jemput? “ Harus terlibat semua pihak dalam persoalan ini. Dinas terkait harus memikirkan transportasi untuk siswa. Demikian dengan orang tua, harus menunjukkan kasih sayangnya dalam mendidik anak. Kita tidak boleh menyerah dengan keadaan, kalau kita menyerah dengan keadaan, maka keadaan itu akan menggilas kita,” sebut Radhika.
“Mengantar jemput itu bukan tugas polisi. Namun ketika ada anak sekolah yang diantar polisi untuk bersekolah, semuanya dilakukan karena rasa kebersamaan. “ Saat orang tua mengantar anaknya sekolah, namun sang anak tidak mempergunakan helm, maka disuruh pulang oleh petugas untuk mengambil helm. Sementara siswanya diantar petugas ke sekolah. Inilah bentuk kebersamaan kami” sebutnya.
Makanya ketika ada kejadian ini, alhamdulillah anggota saya tidak emosi. Semua persoalan dapat diselesaikan dengan baik. “Kita disini membangun kebersamaan. Namun aturan tetap dijalankan. Kami siap membantu, untuk mengcounter penilaian miring di dunia maya tentang Hesti,” kata Radhika.
Berita di dunia maya yang menyudutkan Hesti kita counter dengan informasi kebaikan. Hesti memiliki potensi, hanya tinggal dipoles. Mari sama sama kita saling membantu. Berita yang tidak benar itu kita luruskan.
“ Pemimpin ke depan itu dipenuhi dengan fitnah. Andai kata kita difitnah, tidak perlu repot menghadapi fitnah. Karena pahala yang tukang fitnah sedang dihapusnya dan dia bagikan kepada kita. Semoga Hesti makin kuat dan tabah,” pinta Radhika.
Dalam dialog itu Radhika menanyakan kepada Hesti cita citanya jadi apa? Apakah mau menjadi Polwan? Hesti menggeleng kepala, dia bercita cita menjadi dokter. “ Kalau gitu sama dengan cita cita saya untuk anak saya, jadi dokter, jangan jadi polisi.”
“Saya usahakan di depan anak saya agar mereka tidak melihat saya mempergunakan pakaian polisi. Karena yang mereka lihat akan menjadi sugesti untuk mereka, sehingga mereka akan mengikutinya. Saya inginkan anak saya mengikuti dirinya, mengikuti bakatnya. Makanya saya inginkan dia menjadi dokter, sama dengan cita cita Hesti,” sebut Radhika yang diiringi tepuk tangan.
Ahirnya pertemuan itu ditutup, walau masih banyak yang ingin bertanya. “Kalau mau bertanya, silakan datang ke Lantas, saya siap. Karena sekarang saya ada tugas lainya, makanya saya padai sampai disini,” sebutnya.
Diahir agenda ini Hesti diberikan kesempatan membaca puisi dan mengucapkan sumpah pemuda serta pernyataan maafnya. Kemudian Kasat Lantas melangsungkan dialog dengan orang tua Hesti, dewan guru dan mereka yang save Hesti. Dialog itu berlangsung di ruangan Ihsan Fitra, kepala MAN 1 Takengen. (Khosy NT/ Red LG).
berita terkait: Hesti minta maaf (1)