Desainer terbaik Aceh, bahkan Indonesia, tidak mampu melawan tumor ganas dimulutnya. Aceh dibalut duka, ketika putra terbaiknya harus menghembuskan nafas terahir, menghadap ke haribaan sang maha pencipta.
Spontan kabar duka itu menyebar. Ucapan duka, belasungkawa ditujukan kepada lelaki yang sudah mengukir sejumlah karya di bumi Pertiwi ini. Aceh telah kehilangan Morenk Beladro, seniman, sejarawan, serta ahli dalam urusan desain grafis.
Karya tanganya sempat menjadi ikon NU, ketika dia mendesain logo Gusdurian, sampai kini karyanya itu menjadi kebanggaan NU di Indonesia. Untuk Aceh, secuil dari sekian banyak hasil buah tanganya masih terpampang di kuburan massal Ulee Lheue, Banda Aceh. Gerbang makam pintu lima kuburan massal ini adalah salah satu karya Morenk.
Fachrulsyah Mega, salah seorang tokoh Aceh, yang sempat menjenguk Morenk saat dia berjuang melawan sakitnya, menyebutkan bahwa Morenk adalah manusia yang kaya ide. “Ada banyak ide-ide segar yang muncul dari dalam dirinya,” kata Fachrulsyah Mega.
Lelaki lajang dengan nama asli Ahmad Mauladi ini, menurut rencana akan melangsungkan pernikahanya. J Kamal Farsa, salah seorang tokoh muda Aceh, di laman facebooknya menulis tentang rencana duduk di pelaminan desain energik ini. Kamal Farza menulis “pasangan muda yang insya Allah tahun ini menikah”. Doa dari sahabat dan pecinta karya Morenk, belum dikabulkan Allah, dia belum sempat duduk di kursi raja sehari.
Sudah cukup lama Morenk berusaha melawan tumor ganas di mulutnya. Bahkan dia berobat sampai ke Bali. Semua jalan penghapus dosa, melalui penyakit yang diberikan Allah kepadanya, dia jalani dengan tabah dan penuh semangat. Morenk juga menjalani pengobatan di RS Gading Pluit Jakarta.
Morenk telah lama menderita sakit, beragam usaha medis telah dilakukannya. Selama menjalani masa pengobatan, ia tampak sangat tegar dan bersemangat. “Satu hal, ia tidak ingin menyerah dengan sakitnya,” demikian penilaian sahabat Morenk atas penyakitnya.
Di RS Gading Pluit, Morenk berpisah dengan alam dunia. 10 Juni 2019, menjadi catatan sejarah, Aceh, bahkan Indonesia telah kehilangan desain terbaik, yang sekaligus sebagai seniman ternama, juga sejarawan.
“Kita kehilangan putra terbaik, usianya masih terbilang muda. Karya karyanya luar biasa, termasuk mendesain Waspada Aceh.com, karyanya akan dikenang dan menjadi catatan sejarah,” sebut Aldin NL, pejabat ketua PWI Aceh, yang juga kepala Perwakilan Waspada, penangungjawab Waspadaaceh.com.
Demikian Mohsa El Ramadhan, Redaktur Senior Kantor Berita Aceh (KBA), kehilangan Morenk meninggalkan duka yang dalam. Betapa tidak, Morenk telah mendesain bentuk wajah. Bukan hanya KBA yang dibidani Morenk, media Raja Post juga, hasil karya lelaki Pidie ini.
Menurut Fikar W Eda, seniman Aceh yang juga wartawan senior, almarhum Morenk bukan hanya dikenal oleh seniman Aceh, namun nasional. Dia juga desain yang handal. Salah satu karyanya tertera pada gapura kuburan masal Ulhee Lhuee Banda Aceh. Karya lainnya adalah sertifikat nol kilometer Sabang. Ia memiliki banyak kolega, baik kalangan seniman, politisi, aktivis kemanusiaan, pengusaha dan lainya, hampir diseluruh penujuru negeri ini.
Kegiatan kesenian, menurut Fikar, mendapat perhatian serius Morenk, seperti The Rampoe Aceh, Cukup Sudah, Panggung Maestro Rendra-Iwan Fals- Sawung Djabo di Banda Aceh, serta lainya. Dia mendisain banyak kulit buku mengatur tata letak buku, salah satunya antologi puisi “Rencong” karya saya yg terbit 2003, 2005, 2008.
Almarhum Morenk mendirikan warung Kopi Pancong di Kalibata City dan salah seorang yang setia dengan kopi Gayo . Dia mengenal kopi Gayo secara tidak sengaja sekembali dari Malaysia pada 2009, demikian penjelasan Fikar W Eda.
Rasa duka yang dalam atas kehilangan Morenk, dituangkan Mujahid Ar Razi (KBA) melalui tulisanya. Menurut Mujahid, Morenk alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, paling suka mengkritisi lewat seni terhadap kebijakan pemerintah yang tidak populer.
Morenk orangnya terbuka, bila ada yang menganjal dihati, akan dia sampaikan. Sikap itu, menurut Mujahid, ditunjukan Morenk ketika dia membidani konser musisi Iwan Fals di Banda Aceh, pada tahun 2007. Konser yang bertajuk Tiga Maestro: Iwan Fals, Sawong Jabo, dan WS Rendra, membuat Morenk gundah.
Namun Ahmad Mauladi ini melepaskan unek unek dihatinya dengan menyebutkan Iwan Fals itu sebagai orang payah. Namun dia tidak menyebutkan mengapa bisa dikatakan payah, yang penting Morenk kurang sreg, sebut Mujahid Ar Razi.
Nama Morenk berkibar, setelah dia sukses mengorganizer pementasan terbuka, mengangkat tema heroisme Aceh di masa lampau. Seorang seniman, desainer, namun memiliki kemampuan memimpin dalam menggerakan organisasi.
Morenk juga memiliki hobi dan kemampuan dalam fotografer. Menurut Khatimatul Husna yang sempat bergabung dengan Kelompok Kompas Gramedia (KKG), almarhum yang ahli dalam desain, juga memiliki kemampuan dalam persoalan fotografi.
Morenk telah berusaha melawan sakit tumor di mulutnya, semangatnya tinggi dan pantang menyerah. Tuhan memberikan kepadanya ujian berupa sakit, untuk menghapus dosa dosanya. Sakit sebagai penghapus dosa itu, telah memisahkan kita dengan Morenk di dunia ini.
Usia masih terbilang energik, 44 tahun, dia lahir 25 Maret 175. Almarhum dikebumikan di kampung halamannya,di Lamkuta, Sigli, Pidie. Jenazahnya dari Jakarta diantar oleh adiknya, Rifka dan sahabatnya, J Kamal Farza.
Negeri ini, khusunya Aceh dibalut duka, karena telah kehilangan putra terbaik yang meliki talenta dan kaya akan ide ide. Semua karyanya akan menjadi catatan sejarah dan menjadi amal ibadah buat almarhum. Innalilahi wainna ilaihi rajiun.
Semoga Allah memberikan kesempatan untuk Aceh, agar terlahir kembali generasi Morenk yang memiliki talenta, selamat jalan Ahmad Mauladi, karya karyamu akan tetap menghias negeri ini. (Bahtiar Gayo/dialeksis.com)