Tari Saman Perlu Diluruskan

JAKARTA | LINTAS GAYO: Ikatan Mahasiswa Gayo Lues (MGL) Jabotabek dan Aceh Culture Centre akan mengadakan diskusi bertema “Originalitas Saman dalam Era Globalisasi” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin 27 Juni 2011. “Disamping untuk memetakan posisi saman dalam era global, diskusi ini juga dimaksudkan untuk meluruskan saman,” kata Direktur Aceh Culture Fikar W.Eda kemarin.

Menurut Fikar, saman yang ramai dimainkan di Jakarta tidak lagi murni sebagai saman, tapi merupakan gabungan dari beberapa tari lain dari Aceh. “Salah satunya adalah tari Likok Pulo dari Aceh Besar,” tutur Fikar yang kini sedang menyelesaikan kuliah pasca sarjana di Institut Kesenian Jakarta itu. “Padahal Saman berasal dari Gayo.”

Pelurusan saman ini penting agar tidak makin menyesatkan publik. Selain itu, kekeliruan mengenali saman sekaligus akan membuat saman kehilangan identitasnya. Bahkan, itu juga akan membuat saman kehilangan filosofinya. “Saman yang banyak dipelajari dan dimainkan oleh anak-anak sekolah di Jakarta itu salah besar. Ini tidak bisa dibiarkan,” kata Fikar lagi.

Burhanuddin, ketua panitia acara itu, menambahkan diskusi ini akan memberi perspektif yang benar terhadap saman. Sekaligus, diskusi itu akan memetakan posisi saman di Jakarta sebagai bagian dari kultur urban. “Kita akan melihat bagaimana saman mengambil tempat di tengah pergaulan berbagai kebudayaan di ibu kota ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, diskusi ini direncanakan akan dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Alfian Mallarangeng. Acara itu juga bakal dihadiri Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar. Acara akan dibuka dengan pertunjukan Saman oleh Sanggar Kepies Gayo Jakarta dan Puisi Seribu Saman oleh Fikar W Eda.

Ada pun pembicara diskusi yang dimulai pukul 13.00 itu antara lain Bpk. Drs.Riduan Salam, MM (Penulis Buku Tari Saman), DR.Rejeb Bahri (Dosen Unsyiah) yang membahas “Motif dan Filosofis Aksosoris Tari Saman”,

Pejabat Pemerintah Daerah Kab.Gayo Lues yang mengulas “Kebijakan Pemda Gayo Lues terhadap Tari Saman”.

Ada pula Marzuki Hasan dari Insitut Kesenian Jakarta yang mengulas “Saman Ekpresi Seni Urban”, Ery Ekawati yang membahas “Bakat dan Minat Remaja Jakarta terhadap Tari Saman” serta Sapta Nirwandar (Dirjen Pemasaran Kemenbudpar RI) yang membahas mengenai Saman Sebagai Warisan Dunia Tak Benda.

Burhanuddin mengatakan pula bahwa diskusi ini akan menjadi pembuka pertunjukan saman yang bakal digelar Oktober 2011 mendatang. Pada pertunjukan itu nanti akan ditampilkan pula didong alo, saman pemda gayo luwes, dabus, bines, dan tari guel. Kegiatan ini didukung oleh Dewan Kesenian Jakarta, Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, Institut Kesenian Jakarta, Sanggar Kepies Gayo, dan Lembaga Budaya Seribu Bukit. (REL, Alabaspos)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments