Tak..tuk tak tuk…. Terdengar suara langkah kaki manusia yang berlalu lalang di sertai riuh interaksi antara pedagang dan pembeli.
Diantara banyaknya pedagang di Pasar Paya Ilang, Takengon, Aceh Tengah, ada seorang nenak berkulit sawo matang, duduk dilingkari bumbu dapur, seperti cabai, tomat serta sayur mayur.
Dia duduk di lapak jualanya dengan sabar menunggu pembeli, dimana pembeli tidak seramai dulu lagi, sebelum negeri ini dilanda wabah pandemic virus corona.
Namanya Rosdiana, berumur 62 tahun, dan mengakui sudah menjual sayur mayur dan keperluan dapur sejak 28 tahun lalu.
Saat disapa santri dayah, Selasa (10/11/2020) dalam rangka pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah, nenek ini terlihat sabar menunggu pembeli. Dia juga menebarkan senyum ketika disapa.
Ibu yang sudah punya cucu ini mengakui anaknya tujuh orang, hanya satu orang lagi yang tinggal bersamanya, sementara yang lainya sudah punya kehidupan masing masing dalam menjalani hidup.
Anaknya pernah mengenyam bangku mahasiswa dan telah mendapatkan gelar sarjana. Wanita tangguh ini dalam membesarkan dan mendidik anaknya menjadi manusia yang berguna, mengarungi hidup seorang diri, suaminya telah tiada.
Rosdiana menjadi ibu sekaligus sebagai kepala rumah tangga. Suaminya telah kembali ke ilahi tahun 1992.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membiaya pendidikan anaknya, Rosdiana setiap harinya berteman dengan tomat, bawang, cabai, jeruk nipis, asam jering dan sayur-sayuran. Hasil penjualan dia sisihkan untuk membiayai semua keperluan.
Kepada penulis ibu ini mengakui tidak punya tanah atau kebun, hanya lapak tempat berjualan yang menjadi tumpuanya. “Semua saya harapkan dari berjualan,” sebutnya, suaranya lembut.
Senyum dibibirnya membuat ibu ini terlihat manis, walau sudah terbilang tua. Dia sabar menunggu pembeli yang lagi sepi. Ada kalanya sayur mayurnya tidak habis terjual dan terpaksa harus dibuang. Itu resiko berjualan, sebutnya.
Ketika bercerita tentang suka dukanya, apalagi terkenang masa lalunya, saat teman hidupnya masih ada di alam pana ini, ibu ini terlihat sedih, ada linangan air bening dimatanya.
“Doakan ibu sehat ya nak, bisa beribadah dan dapat menjalan usaha jualan ini,” pintanya kepada santri dayah saat berpamitan.
Sosok ibu yang pantang menyerah dengan keadaan, walau harus menghidupi diri tanpa lagi disertai suami, dia mampu menyekolah anaknya dan membiayai hidup. Sosok ibu yang menjadi wanita tangguh.
Bersyukurlah dengan apa yang telah diberi tuhan kepada kita, karena masih banyak orang yang lebih sulit di luar sana.
(Penulis- Jurmi Herlaini, Santriwati Dayah Terpadu Al-Azhar, peserta pelatihan jurnalistik Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah)
Comments are closed.