Transportasi Urang Gayo Simpang Jernih Belum Merdeka

Simpang Jernih | Lintas Gayo – Ribuan warga Gayo yang berdomisili di 8 (delapan) kampung di Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur merasa belum merdeka dalam hal transportasi.

Untuk mencapai Kuala Simpang yang terpaut sekitar 50 kilometer mereka harus naik boat dengan waktu tempuh mencapai 5 jam menyusuri sungai Tamiang dengan ongkos perorang Rp.30 ribu sampai Rp.60 ribu pulang pergi (PP). Itupun belum mencapai Langsa atau Idi yang terpaut sekitar 20 kilometer lagi dari Kuala Simpang.

Seperti dikeluhkan Usman, salah seorang warga setempat warga Simpang Jernih yang ekonomi masyarakatnya menengah kebawah memang belum merasakan nikmatnya kemerdekaan dalam urusan transportasi.

“Sejak lama kami menggunakan transportasi air yang butuh ongkos tinggi dan waktu berjam-jam untuk tiba ditujuan. Kami inginkan jalan darat yang refresentatif agar ekonomi kami bisa lebih baik,” kata Usman yang dihubungi Lintas Gayo melalui telepon selularnya, Selasa (4/10/2011).

Yang lebih miris, lanjutnya jika ada warga butuh layanan kesehatan intensif di rumah sakit maka harus keluarkan biaya mencapai Rp 1 juta untuk transportasi saja, belum termasuk biaya lain-lainnya.

Lebih jauh diungkapkan Usman, mahalnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan untuk berobat tentu membuat masyarakat di kecamatan Simpang Jernih berpikir dua kali untuk mengobati keluarganya yang sakit.

Sementara untuk sarana komunikasi, menurut Usman sudah sangat memuaskan dikawasan penghasil perkebunan karet tersebut. “Sambungan telepon selular Alhamdulillah sudah lancar,” pungkas Usman.

Adapun kedelapan kampung di kecamatan yang dihuni 99 persen suku Gayo tersebut antara lain Batu Sumbang, Pante Kera, Melidi, Tampur Paloh, Tampur Bur, Tran HTI, Ranyo Panyang dan Simpang Jernih sendiri selaku ibukota kecamatan. (Kh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. aq sependapat sama kamu, aq jg pernah tinggal di tampur bur 2 tahun, pengen kali pulang kampung ke tAmpur, tapi kalo melalui air ya berat di ongkos, jadi saya mohon kepada para pemimpin aceh timur atau gubernur sekalipun tolonglah warga gayo tersebut untuk bisa menikmati kehidupan yang lebih layak, tembuskanlah jalan umum menuju kesana, agar warganya bisa berkembang dan bisa menikmati kemerdekaan seperti warga lainnya.