Redelong | Lintas Gayo – Jangan ada yang menghalang-halangi pembangunan pusat pasar sayur di Kabupaten Bener Meriah, mari kita bangun bersama daerah ini demi kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan taraf ekonomi mereka.
Demikian statemen Ir. H. Tagore AB, saat meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pusat pasar sayur tradisional di kawasan Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Senin (20/11) lalu.
Namun, Tagore tidak menjelaskan siapa atau kelompok mana yang yang menghalangi pembangunan pusat pasar sayur tradisional tersebut. Tapi, ketika ditelusuri oleh Lintas Gayo kepada beberapa anggota DPRK yang berada di lokasi saat itu, mengatakan ada beberapa kelompok yang tidak setuju atas pembangunan tempat usaha tersebut.
“Kami juga tidak mengerti penyebabnya para “kelompok” tersebut ingin “menggembosi” pembangunan pusat pasar sayur ini, apakah berkaitan dengan Pemilu Kada ini, kami juga tidak berani mengaitkannya. Namun saya harap mereka berfikir jernih, jangan mempolitisir kepentingan masyarakat,” ungkap anggota dewan yang tidak ingin namanya disebut.
Diluar kepentingan siapapun, setuju atau tidak, dalam dua bulan kedepan, Kabupaten Bener Meriah, telah memiliki pusat pasar sayur tradisional yang dibangun di kawasan Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah.
Pusat pasar tradisional itu, dibangun diatas tanah seluas 15 ribu meter persegi, menelan biaya mencapai Rp 5 miliar lebih, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Pusat. Ditargetkan bangunan tersebut akan selesai dalam dua bulan kedepan.
“Untuk kedepannya, para pedagang serta petani di Kabupaten Bener Meriah, tidak cukup hanya mengandalkan semangat untuk meningkatkan produksi maupun dalam bidang perdagangan sayur-mayur namun harus memiliki strategi ,” kata Ir H Tagore Abubakar pada acara peletakan batu pertama itu.
Disebutkan Tagore, pembangunan pusat pasar tradisional di Kabupaten Bener Meriah, merupakan salah satu rangkaian untuk membantu para petani dan pedagang sayur di daerah itu. Karena sebut Tagore, sebelumnya juga telah dibangun cold storage (ruang pedingin). Dan berikutnya, direncanakan akan dibangun juga ruang pengering sayuran di daerah itu.
“Dengan adanya pusat pasar ini, yang paling penting petani tidak lagi dirugikan karena harga penjualan sayur-mayur bisa diketahui langsung oleh petani. Disisi lain, keberadaan pusat pasar tradisional ini, akan memperkecil kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi perdagangan sayur ke luar daerah ,” papar Bupati Bener Meriah ini.
Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah (APSBM) Sukri Sa’adah, menyampaikan, jumlah pedagang sayur di daerah itu yang tergabung di APSBM dari seluruh kecamatan mencapai 90 pedagang atau pemilik gudang.
Dari jumlah itu, setiap pedagang dalam seharinya, bisa mengumpulkan sayur mayur hingga satu ton per pedagang. “Dalam sehari, diperkirakan sayur-mayur yang dikumpulkan oleh para pedagang untuk dipasok ke luar daerah bisa mencapai 100 ton dalam sehari,” rinci Ketua APSBM ini.
Sedangkan, untuk biaya retribusi yang harus dibayarkan dalam perkilo sayuran sebesar Rp 50. Jika dikalikan dengan jumlah sayuran yang dikumpulkan oleh pedagang, tambah Sukri Sa’adah, setiap hari omset retribusi dari sayur mencapai Rp 5 juta.
“Dalam setahun perdagangan sayur-mayur di Kabupaten Bener Meriah, bisa menyumbangkan PAD sebesar Rp 2 miliar. Dengan adanya pusat pasar tradisional ini, jumlah itu bisa saja bertambah. Dan para pedagang dan petani juga akan terbantu karena telah memiliki sentral perdagangan sayur-mayur,” pungkas Sukri Sa’adah.
Dalam acara peletakan batu pertama itu, disaksikan puluhan petani maupun para pedagang sayur dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, acara tersebut juga dihadiri sejumlah anggota DPRK Bener Meriah, kepala dinas, badan dan kantor dan beberapa orang camat. (Aman Buge/03)