Cerita Anak Konflik
Tercatatlah sebuah sejarah \ Dalam hidupku didunia ini \ Semasa aku masih kecil
Ayah dan bunda sudah tak ada \ Saat aku masih ditimang-timang \ Suara senjata yang ku dengar \ Yang tak juga kunjung berhenti
Ku saksikan sanak saudara \ Gali lubang gelap tuk tempat sembunyi \ Berhimpit dalam dalam ketakutan
Bibit kopi yang disemai \ Layu dan kering tak jadi ditanam \ Kebun jadi semak tak terkatakan
Tiap malam selalu ada ketukan di pintu \ Pertanda nyawa akan melayang \ Untuk kabar berita di esok pagi
Saudaraku semua, mari kita berdamai \ Bersama-sama menuju jalan yang lebih baik
Reff,
Cukuplah yang sudah-sudah \ Sekarang kita semua dalam damai \ Salam kenduri yang harus kita jaga \ Semoga selalu dalam kebersamaan
(Wien Kien Tonara)
Takengon, 2004.
Lirik diatas adalah salah satu lagu grup band “Ethnis Moderen”, Ciqita yang diketuai Wein Kien Tonara. Judulnya , Kisah konplik”. Lirik dan aransemennya dibuat sendiri oleh grup band yang personilnya kebanyakan pelajar SMA.
Menurut Wien, lirik lagu tersebut dilatari perihnya konplik Aceh, Khususnya di Takengon. Masa itu , kata Wein yang lebih popular dipanggil Ecek ini, suara letupan senapan, merupakan keseharian. Penduduk yang takut, jika malam tiba , masuk kedalam lubang perlindungan yang telah dibuat. Berdesakan dan gelap gulita dalam keadaan takut tak terhingga.
Pesan lainnya dalam lirik lagu itu adalah, kehidupan ekonomi yang rusak.Bibit kopi menjadi kering. Kebun dipenuhi rumput. Rumah warga diketok OTK. Mengambil nyawa. Mayatnya ditemukan besoknya. Damai tiba..cukuplah yang sudah dan jangan terulang lagi. Sekarang kita sudah damai. Semoga kita bersatu dan duduk bersama.
Ecek bersama personil grup bandnya memadukan intrumen dan alat tradisional Gayo dengan alat musik moderen. Mereka menyebutnya musik Ethnis Moderen. Ada suara suling yang mendayu-dayu. Suara Rafai yang dinamis dan Teganing (pukul) yang terbuat dari bambu.
Tangan remaja pelajar Sekolah Menengah atas ini begitu mahir memukul Teganing, Rafai , meniup suling dan gegedem. Padahal alat musik ethnis gayo ini sudah demikian langka ditemukan. Tapi mereka mahir memainkannnya dengan segenap perasaan. Selain alat musik Ethno itu, sebagian lainnya, membetot bas, menabuh drum, menekan tut-tut keyboard serta memetik dawai gitar.
Ecek, yang naman aslinya Win Qin Tonara, sang vokalis kemudian melantunkan lagu berbahasa gayo, seperti persalamen dan Inen Mayak. Kolaborasi alat musik tradisional Gayo dan modern, disatukan vocal Ecek yang bersuara merdu layaknya ceh-ceh di Gayo.
Ada yang menarik dari grup band Ciqita ini. Meski sangat belia mereka menyatakan konsisten dan akan terus mengembangkan musik ”Ethnik”. Bahkan, secara periodik, generasi muda ini terus belajar menekuni pemakaian alat musik tradisional Gayo dari para tetua Gayo.
”Musik Ethnik itu harus dimainkan dengan jiwa. Bukan sekedar memainkan kemudian menyanyikannya. Tapi harus dengan perasaan sehingga pesannya sampai”, kata Ecek yang sejak Sekolah dasar sudah menjadi Ceh Kucak Kemara Bujang dari Kampung Kung Kecamatan Pegasing.
Mengusung tema Ethnik Modern, membuat grup musik Ciqita menjadi spesial. Meski tidak populer, Ecek dan kawan-kawan menemukan makna tersirat dari alat tradisional yang mereka mainkan.
Seolah berfilsafat, Ecek yang tamatan SMA telah mengumpulkan 24 buah lagu yang diaransemen sendiri. Setiap judul lagu, kata Ecek mempunyai makna sendiri. Seperti judul lagu Persalamen.
Persalamen berarti salam di awal pertemuan atau pembukaan yang bermakna rahmat bagi semua. Sebuah doa. Sejak dibentuk tahun 2000 lalu, grup ini tidak lantas eksis. Mereka mengawali debutnya setelah tahun 2004.
Guna terus mengasah kekompakan dan menciptakan lagu-lagu baru, Grup Ciqita yang bermakna ”Cinta Kita Takengon” ini melakukan latihan rutin di dua studio yang harus mereka sewa. Studio level 72 dan Ebay Studio. Ciqita mengeluarkan uang sendiri untuk latihan ini karena hingga kini belum punya sponsor.
Setelah berhasil membuat grup Musik Ciqita Ethins Gayo Musik dan membuat 24 judul lagu berbahasa Gayo, Grup musik remaja yang penuh inovasi ini ingin membuat album..
”Pembuatan album sangat penting sebagai eksistensi grup dan agar dikenal masyarakat”, kata Ecek. Namun Ecek dan grupnya masih terkendala pembiayaan.. Untuk itu, Ecek dan kawan-kawan berharap perhatian serius dari Pemda atau sponsor yang bersedia membiayai pembuatan kaset Ciqita.
Apalagi kita mengusung musik ethnis yang berarti melestarikan kearifan lokal masyarakat Gayo yang terkenal dengan adat dan budayanya yang tinggi”, jelas Ecek. Selama ini, lanjut Vokalis Ciqita, mereka banyak dibantu dan dibimbing mereka yang peduli pada musik ethnis, seperti Edi Gunawan, ketua Hipmi Aceh Tengah, Gustia, direktur, diektur Lipga serta tim crew Kien Yanti.
”Kami ucapkan terima kasih bagi abang dan kakak yang telah memberi support yang tidak terhingga sehingga Ciqita terus eksis”, ujar Ecek. Namun sebagai seniman dan generasi muda, Ecek dan kawan-kawan berharap aktualisasi grup band Ciqita dengan membuat album.
Meski belajar secara otodidak, namun kemampuan dan semangat pelajar ini patut diacungi jempol. Mereka mampu bereksperimen musik hingga bisa mengawinkan alat musik moderen dan tradisional. Apalagi kemudian, Ecek yang pernah berkonsultasi dengan penyanyi Kondang Aceh, Rafli Kande tentang musik tradisional.
Dari diskusi dengan Rafli, grup musik Ciqita berkomitmen, musik ethnis dilagukan dengan jiwa, bukan hanya sekedar bermusik. Ciqita ingin membuktikan itu dan berharap dukungan dan perhatian Pemda atau sponsor melaunching kaset lagu-lagu Ciqita, termasuk video klip.
”Apalah artinya bermain musik kalau lagu-lagunya tidak dapat dinikmati masyarakat”, ujar Ecek sang vokalis. Karena menurut Ecek, penampilan Grup Band Ciqita diberbagai momen dan acara, belumlah sempurna jika tidak merilis album. Bahkan Ecek dan kawan-kawan menyisihkan uang mereka membuat Poster grup band ini dari kocek mereka sendiri (AS Nurillah)
(Pernah dimuat di Tabloid TingkaP)
sebelas dua belas orom nasib ni kami i pantan sinaku bener meriah….Susahe kami rasa, kami alami, kami jalani. cerite bahagie gere penah sawah kukami belasan tahun sudah brlalu cuma sisa kepedihan yang cuma kami rasakan (we are really in dept)
BRAVO RAKAN SEBETKU…TETAP SEMANGAT