Ikuti Diskusi “Kenapa Gayo Mesti Ditulis dan Dipotret” Senin ini

Redpel Lintas Gayo, Khalis. (Foto FB)

Takengon | Lintas Gayo – Sebuah diskusi tentang pentingnya Urang Gayo menulis dan memotret akan digulir oleh situs berita Lintas Gayo (LG), Senin (5/12/2011) ini di Takengon.

Acara ini menurut Redaktur Pelaksana (Redpel) LG, Khalis bertujuan untuk memotivasi kalangan intelektual Gayo untuk melakukan penulisan dan para pemilik alat fotografi memotret tentang apa saja yang berkaitan dengan Gayo umumnya.

“Gayo itu miskin dokumen primer sehingga perlu dilakukan gerakan menulis dan memotret tentang apa yang ada di Gayo sehingga kedepannya jejak-jejak sejarah peninggalan pendahulu Gayo baik berupa cerita lisan maupun benda tidak hilang tanpa sempat diabadikan,” papar Khalis.

Menurutnya, gerakan menulis dan memotret sebenarnya sudah tumbuh agak gencar setidaknya sejak 2009 lalu dimana saat itu mulai banyak kalangan muda merasa khawatir akan punahnya suku Gayo dengan segala pernak-perniknya. Saat itu, seiring dengan berkembangnya Teknologi Informasi (IT) khususnya penggunaan internet banyak kalangan muda yang mulai menulis dan memotret dan dipostkan di internet, di facebook misalnya.

“Dan Alhamdulillah, dipenghujung tahun 2011 ini semangat menulis dan memotret itu semakin meluas. Bukan saja dikalangan akademisi tapi juga masyarakat dari berbagai kalangan hingga siswa mulai menulis dan memotret,” ujarnya lebih lanjut seraya menyatakan harapannya dengan diskusi tersebut akan lebih meningkat semangat untuk menulis dikalangan Urang Gayo.

Sementara untuk tema diskusi yang dipastikan akan digelar Senin (5/12/2011) pukul 15.00 Wib di Wapres Cafe tersebut akan mengambil tema “Mengapa Gayo itu mesti ditulis dan dipotret” . Untuk pemateri menyangkut menulis akan diisi antara lain Muhammad Syukri seorang penulis tetap di Lintas Gayo, Ketut Wiradnyana dari Balai Arkeolog Medan Sumatera Utara dan satu orang lagi masing dirahasiakan. Sementara untuk materi Foto akan diisi oleh Pimpinan Redaksi Lintas Gayo, Win Ruhdi Bathin.

“Pak Ketut hadir ke Takengon untuk mengisi acara Sarasehan Ceruk Mendale yang digelar esoknya di Gedung Olah Seni (GOS) dan dia bersedia menjadi seorang pemateri dalam diskusi tersebut. Sementara seorang pemateri lagi masih harus saya rahasiakan. Bukan apa-apa, hanya ingin kejuatan saja karena yang bersangkutan adalah penulis handal Aceh,” kata Khalis.

Untuk peserta, dijelaskan Khalis bahwa pihak penyelenggara tidak membatasinya. “Silahkan saja hadir, tapi tentunya dengan membawa sedikit biaya urunan untuk makan minum bersama di Cafe tersebut,” pungkasnya sambil menyatakan bahwa dengan terbitnya berita ini adalah juga sebagai “Pemango” bagi pembaca LG umumnya. (Wein Mutuah/03).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.