Oleh Hardinalsyah*
Sungguh walaupun kita menulis ribuan halaman untuk mengungkapkan pujian dan sanjungan kita terhadap ibu, dan mencoba untuk menuliskannya dengan tinta darah sekalipun, sungguh itupun tidak akan cukup dan tidak akan bisa membalas jasa-jasa ibu kita”(A.B.I.K)
Ibu adalah jantung dalam setiap rumah, yang mengaliri detik-detik hari dengan keberadaannya. Sejak kita membuka mata hingga menutup mata kembali. Saat semua masih berselimut hangat dalam tidur, langkah kakinya sudah menapaki awal fajar yang dingin. Gemericik air dan bunyi ketel seolah menjadi iramanya dalam mengucapkan salam selamat pagi. Lalu, sujud panjang menjadi ritual perbincangannya dengan Allah di sepertiga malam terakhir. Bulir-bulir air mata membasahi mukenamu, menjadi satu kepasrahan yang sudah menyatu dalam setiap tarikan nafasmu.Apa yang ada dalam benakmu, ibu ? seolah rahasia itu adalah harta terbesarmu yang hanya kau bagi dengan Allah. Dan yang kau sisakan untuk anak-anakmu atau suami tercintamu hanyalah rasa ingin memberi. Seakan seluruh dunia pun akan kau sembahkan untuk melihat anak-anakmu yang menangis menjadi tersenyum.
Ibu doamu yang panjang selalu menjadi hadiah saat aku membuka mata, menyambut hari tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tergesa-gesa mementingkan diri hari itu tanpa mengucapkan kata cinta ditelingaku. Dan doa itu pula yang mengantar aku pergi dan meraih apa yang aku inginkan. Dan menjelang sore, saat kelelahan membebani ku. Doa itu pula yang menjadi pelipur lara atas kekalahan atau kegagalan. Doa yang diterjemahkan olehmu dalam hidangan makan malam yang lezat, belaian lembut yang menghibur, dan nyanyian selamat tidur sampai mata ini menutup, lelap oleh mimpi-mimpi malam. Doa itu telah mengiringi ku sejak diri ini hanya nutfah dan ketika kau melahirkanku ke dunia, aku hampir meninggal kekurangan cairan otak. Hingga kini ku telah tumbuh menjadi dewasa. Saat melahirkan, membesarkanku, Semua itu kau sembahkan tanpa pamrih, tanpa bayaran.
Ibu Apa yang merasuki dirimu sehingga energi mu untuk mencintai dan memberi begitu besar ? Bahkan untuk seorang yang tak pernah memaknai keberadaan mu sekalipun. Seolah-olah cinta mu bagi kami bukanlah nikmat, melainkan sesuatu yang biasa-biasa saja atau malah berlebihan. Mungkin aku lupa mengucap selamat pagi padamu, tapi ibu tak pernah lupa mengucapkannya, meski hanya lewat segelas susu atau sepiring nasi goreng.Pada sosok itulah aku menghormati mu, sosok yang sangat hampir meregang nyawa demi sehirup nafas yang mengantar ku pada kehidupan. Sosok yang tak pernah mengungkit betapa melelahkannya bangun dimalam hari, hanya untuk setetes air kencing yang membuatku protes, dan memberikan air susunya sambil menyanyikan senandung sayang tanpa meminta bayaran.
Ibu! Pelukan hangat mu bagaikan selimut saat tubuh ku menggigil kedinginan. Pelukan itulah candu yang membuat ku nyaman saat bayi dulu. Mungkin aku telah memanipulasi tangis untuk mendapat sedikit perhatianmu, walau aku tidak memperdulikan apakah kau sedang bersedih, sakit, atau kelelahan. Denyut jantungmu pernah sedemikian dekat dengan telingaku, nyanyianmu pernah menjadi pengantar tidurku. Padamu, ada tatap mata lembut yang mengajarkanku kasih sayang. Padamu ada sejuta cara untuk mengungkapkan rasa cinta. Setiap kali kau pergi, tak pernah seluruh hatimu ikut dibawa pergi. Karena aku adalah separuh jiwamu, mungkin juga menjadi motivasi bagimu untuk bertahan hidup.
Ibu! Apakah pernah terlintas, bahwa separuh usiamu selalu kau berikan untukku, anak-anakmu dan suamimu tercinta. Semua penghormatan dari orang lain dan bahkan semua egomu telah kau serahkan tatkala tangisan pertamaku terdengar. Semua kesendirianmu telah kau gadaikan tatkala janin itu tertanam dalam rahimmu. Semua amarah, semua tangis, dan semua keluh telah dengan sengaja kau tenggelamkan demi melihatku tersenyum.Super woman itulah ibu.Yang keberaniannya melahirkan seorang anak dihadiahkan syahid oleh Allah. Yang dalam sehari, ia bisa menjelma menjadi seorang ibu.
Ibu! Pengorbanan adalah kata yang tak pernah lepas darimu. Untuk seorang anak durhaka sekalipun. Untuk seorang anak yang menolak saat ibu meminta sedikit waktu darinya (atau jangan-jangan ibu bahkan tak pernah berani memintanya). Untuk seorang anak seperti ku yang menumpahkan keluh dan protes atas kesalahan yang tidak kau mengerti. Untuk seorang anak yang tidak pernah mencoba memahami besar cinta yang telah kau serahkan. Untuk seorang anak yang tidak tahu berterima kasih setelah apa yang kau berikan.
—
*Mahasiswa Sem V, Jurusan dakwah, KPI, STAI Gajah Putih Takengon
.