Ahmad, Bergantung Hidup dari Tetesan Enau

Ahmad saat memanjat pohon Enau (foto : Konadi)

Syiah Utama | lintas Gayo – Pohon Enau atau masyarakat Gayo mengenal jenis tumbuhan yang hidup di hutan Tropis ini dengan sebutan Pangoh. Ternyata memiliki banyak manfaat bagi sebagian masyarakat Gayo yang ingin menambah penghasilan.

Seperti salah seorang warga Kampung Kelowang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah Ahmad Marhaban (35) ditemui di lokasi pemanenan air Enau yang jauhnya sekitar 500 meter dan harus menyusuri jalan setapak dari jalan utama menuju kampung Samar Kilang, kepada Lintas Gayo, Minggu (25/12/2011) menceritakan proses pengolahan air Enau menjadi gula merah (Gule Tampang:Gayo-red).

Air Enau yang ingin di panen harus melalui proses yang membutuhkan waktu 9 jam. Wadah untuk menampung air tersebut di pasang di atas batang di tempat keluarnya air Enau.

Wadah yang terbuat dari bambu tersebut di pasang pada pagi hari dan di panen waktu sore hari, dan wadah yang di pasang pada sore hari di ambil pada keesokan paginya. Pohon yang bisa di panen berumur di atas 8 tahun agar rasanya lebih manis.

Ahmad saat ini mengolah dan memanen setiap harinya 8 batang pohon Enau dan sudah menggeluti usaha membuat gula merah hasil olahannya sendiri selama 14 tahun.

Proses pembuatan dan pemasaran gula merah hasil olahannya tersebut, dalam satu belanga besar membutuhkan 14 wadah bahan mentah dari tujuh batang yang di panen.

Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan gula merah kurang lebih 10 jam, biasanya di mulai pada pagi hari hari dan petang setelah menjadi gula didinginkan dan di kemas untuk dipasarkan pada keesokan harinya hari.

Gula merah yang telah di kemas sebiasanya di ambil oleh agen untuk dipasarkan di desa lain dengan harga Rp.15 ribu perkilogram.

Ini di rasa belum sesuai dengan apa yang diharapkan mengingat dari awal pemanenan sampai proses terasa sulit. Ahmad tidak punya pilihan lain selain berharap agar harga bisa lebih ditahun-tahun berikutnya.

Ahmad yang bergantung hidup dari alam ini berharap agar hutan dijaga bersama karena memberi banyak manfaat langsung kepada mata pencaharian warga seperti dia. “Tolong bersama kita jaga hutan karena hutan memiliki banyak manfaat bagi orang kecil seperti kami. Jangan di bakar dan di tebang,” himbaunya dengan suara lirih, mungkin karena kelelahan.

(Konadi/03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.