Aceh Tengah Lumbung Seni Aceh

Jakarta – Wakil Gubernur (Wagub) Muhammad Nazar mengatakan, Aceh Tengah adalah lumbung seni di wilayah Provinsi Aceh. Penegasan ini disampaikannya ketika membuka malam pagelaran Didong Jalu (Syair) antara Group Kemara Bujang vs Lut Tawar Jaya, yang berlangsung di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu (29/1).

Menurut Wagub, sebagai daerah yang memiliki segudang bentuk seni dan budaya, Aceh Tengah juga merupakan salah satu daerah Tujuan Wisata di Provinsi Aceh. Oleh karena menjadi satu paket yang apik manakala potensi wisata dan seni budaya ini  mampu dikemas sedemikian rupa. Sehingga menjadi daya pikat Aceh Tengah sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang terkenal dengan Danau Laut Tawar.

“Diakui, Aceh Tengah juga menjadi yang terbaik pada  Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 5  tahun 2009 lalu, sekaligus menempatkan daerah penghasil kopi arabika terbesar ini sebagai juara umum dari 23 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Aceh,” kata Wagub diwakili Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Rasyidah M Dallah.

Di akhir sambutannya, Wagub mengharapkan rangkaian pagelaran didong yang disajikan ini bukan hanya menjadi sebuah tontonan yang menarik, tetapi jauh lebih penting dari itu mampu menjadi tuntunan dan perekat persaudaraan di antara sesama warga perantau.

Suguhan Menarik

Sementara Bupati Aceh Tengah, Ir H.Nasaruddin, MM  di hadapan 2 ribu lebih masyarakat Gayo Jabodetabek yang memadati anjungan Aceh di TMII Jakarta mengatakan, didong yang merupakan salah satu kesenian tertua masyarakat gayo telah mampu menjadi suguhan menarik. Tidak hanya digemari  orang dewasa, namun sekarang juga telah disukai seluruh lapisan umur. Bahkan anak-anak usia  SD sekarang telah berupaya untuk melestarikan Didong Gayo ini, meski mereka hanya dalam bentuk didong pagelaran atau didong safari. Namun upaya ini menjadi salah satu ekpresi dan upaya untuk menjadikan didong tetap lestari.

Dikatakan, di Aceh Tengah selama  ini setiap bulannya digelar rutin Didong Jalu. Kegiatan ini telah menjadikan  tumbuh mekarnya group-group didong dari sejumlah kecamatan yang ada di Takengon, Aceh Tengah. Bahkan Didong Jalu yang digelar setiap bulannnya, jusru telah mengembalikan fungsi didong jaman dahulu yaitu disamping sebagai sebuah suguhan hiburan, juga telah menjadikan didong jalu sebagai ajang untuk mencari dan mengumpulkan sejumlah dana bagi pembangunan rumah ibadah, seperti masjid atau meunasah yang ada di 14 kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tengah. Tidak tanggung- tanggung, hasil dari gelaran Didong Jalu tersebut mencapai Rp45 sampai Rp60 juta.

Kepada warga Gayo se-Jabodetabek yang menghadiri malam gelar Didong Jalu Group Kemara Bujang VS Lut Tawar Jaya, diharapkan akan lebih sering lagi kembali ke kampung halamanan, seiring dengan telah ditetapkannya Hari Lahir Kota Takengon) yang diperingati setiap 17 Februari. Tahun 2011 ini merupakan peringatan yang pertama kalinya, dimana berdasarkan kesepakatan segenap komponen masyarakat dan dewan, ternyata Aceh Tengah telah berumur 434 tahun.

“Adanya hari Kute Takengon  setiap tanggal 17 Februari, dapat menjadi jadwal tambahan warga perantauan untuk kembali pulang kampung, bukan  hanya pada pelaksanaan Hari Raya Idulfitri  dan  gelar Pacuan Kuda 17 Agustus,” kata Nasaruddin.

Selain dihadiri sejumlah pejabat dari Takengon dan warga Gayo se-Jabodetabek, terlihat juga Ketua Ikatan Musara Gayo Jabodetabek Drs H.M. Hasan Daling, seniman Gayo LK ARA,  Fikar W Eda,  Kandar SA serta Ketua Yayasan Argandia, Ny AS. Jafar. (analisadaily.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.