Omong-omong Sastra; Berdiskusi dan Berkarya

“Sesungguhnya kita berdiri di lorong gelap kegelisahan. Kegelisahan dari gegap gempita laju karya yang kian semarak.”  Begitulah  kata pengantar Handoko F. Zainsan dalam buku kumpulan puisi  “Mata Api” oleh MH. Poetra. 

Maka kegelisahan ini pun melirik pada cerpenis-cerpenis muda Sumatera Utara. Kegelisahan dalam menulis cerpen yang kini tampak sedang dialami oleh beberapa para penulis kelahiran 1980-1990-an Wilayah Sumatera Utara. Kegelisahan mencuat ke permukaan ide lantas mengacu pada kegelisahan  para cerpenis dan cerpen musiman yang kemudian diangkat menjadi tema diskusi oleh salah satu pemateri yaitu Ria Ristiana Dewi (anggota Komunitas Penulis Anak Kampus) di pertemuan pertama omong-omong sastra di tahun 2012 ini yang diadakan tepat pada hari Minggu (12/2/2012). Bertempat di kediaman salah seorang sastrawan senior Sumatera Utara, Bapak Sulaiman Sambas di Jalan Pasar 9, Tembung, Medan.

Omong-omong sastra (OOS) sebagai agenda rutin para pencinta sastra Sumatera Utara yang pelaksanaannya dilakukan tiap dua bulan sekali ini, telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.  Tiap pertemuannya membawa euforia tersendiri, tema diskusi yang diangkat oleh pemateri yang berbeda-beda selalu membawakan hawa segar dalam geliat sastra khususnya di Sumatera Utara. Suasana diskusi semakin hangat pula ketika pemateri kedua, Sukma (anggota FLP Sumut) membawakan materinya mengenai flash fiction. Dalam perkembangannya, tidak bisa dipungkiri bahwa karya sastra kini juga telah merambah ke media online.  Hal yang menjadi menarik adalah tingkat perkembangan untuk dapat mengapresiasi karya melalui media online ini, ditandai dengan maraknya kegiatan perlombaan salah satunya adalah lomba menulis flash fiction.  Flash fiction yang dapat diartikan sebagai cerpen mini yang penulisannya membatasi karakter tulisan 100-300 kata per tulisannya ini bukanlah lagi hal baru, apalagi di kalangan para pemakai akun facebook. Dengan iming-iming akan dihimpun dalam satu buku bersama, maka Sukma berpendapat unsur industrialisme pun telah  menjelma secara perlahan dalam lomba tersebut.

Omong-omong sastra yang kali ini dimoderatori oleh Bapak Mahyudi Lubis seorang sastrawan Sumatera Utara ini pun tambah bergairah ketika memasuki tahap diskusi, beberapa yang hadir banyak yang mengajukan pertanyaan atau sekadar memberi pendapat. Omong-omong sastra selain sebagai agenda diskusi sastra juga menjadi wadah silaturahmi antar sastrawan, selain dihadiri oleh sastrawan senior seperti Raudah Jambak, Damiri Mahmud, Hasan Al-Banna, Afrion, Ys.Rat, Mihar Harahap, juga dihadiri oleh para penulis muda dari beberapa komunitas seperti Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK), Forum Lingkar Pena (FLP Sumut), Komunitas Tanpa Nama (KONTAN), Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan juga masyarakat umum.

Dalam Omong-omong sastra ini, juga memberi semangat berkarya terutama bagi para penulis muda. Sebab dengan berbaur bersama para sastrawan senior Sumatera Utara dan melihat geliat dan getar semangat mereka, dapat menjadi amunisi bagi para pekarya muda untuk terus mengasah pena dan tak mengenal kata untuk berhenti berkarya, ke depan sangat diharapkan kegiatan omong-omong sastra ini akan terus berjalan hingga menciptakan sastrawan-sastrawan yang berkualitas. (Zuliana Ibrahim)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.