Gayo, Selalu Jadi Inspirasi Syahirman Saat melukis

TANAH GAYO adalah sekeping tanah syurga yang terlempar ke bumi, demikian sejumlah kalangan menyebut dataran tinggi Gayo. Seorang fotografer handal asal Lampung, Yofie menyebutnya sebagai negeri yang tak habis-habisnya untuk difoto. Dan pengakuan seorang pelukis asal Gayo di Banda Aceh, Syahirman menyatakan Gayo adalah inspirasinya dalam melukis.

Syahirman, seorang pelukis Gayo yang tinggal di Jalan Mangga Nomor 12 Kampung Laksana Banda Aceh, ketika Lintas Gayo (LG) menemuinya bertutur tidak banyak lagi pelukis yang berasal dari Gayo. Seperti di Banda Aceh, dengan meninggalnya M. Saleh Karim maka sekarang tinggal saya sendiri.

Putra kelahiran 1949 ini mengakui ketika melukis selalu membawa inspirasi ke-Gayo-an, terutama ketika melukis pemandangan, dalam lukisannya hampir pasti terdapat buah-buahan atau pepohonan yang ada di Gayo.  Ketika kami bertemu dengan putra kelahiran Kebayakan ini, dengan seloro saya tanyakan bagaimana dengan foto yang ada di dinding sekolah ini ? (kebetulan ia sedang melukis di SDIT Al-Azhar Lam Gogup), dia hanya tersenyum.

Ayah empat orang anak dari hasil perkawinannya dengan wanita kelahiran Tiro, Pidie ini mulai melukis pada tahun 1972, telah banyak lukisan-lukisannya yang di pamerkan baik secara mandiri atau bersama-sama dengan pelukis lain.

Ketika LG tanya bagaimana orang menilai lukisannya, dia menjawab berpariasi, karena sebenarnya kamu menjual seni bukan menjual gambar dan hanya orang yang paham dan memiliki rasa seni yang menilainya dengan harga yang tinggi.

Kakek lima orang cucu ini perlu kita banggakan rasa ke-Gayo-annya, kenapa tidak. Pernah LG berkunjung kerumahnya dia sedang istirahat di kamar, ketika ditanya kepada isterinya dimana Bapak, secara sepontan isterinya menjawab “dora-dora i was”.

Kata dora-dora hanya digunakan oleh orang yang sangat paham bahasa dan rasa ke-Gayo-annya, dan bahasa Gayo selalu digunakan oleh Inen Wan Nazira ini ketika orang Gayo datang kerumahnya.

Pensiunan dari Pegawai Dinas Kebudayaan  Aceh ini selalu yakin bahwa hasil karya seni yang di oles dengan kuas, tetap mempunyai nilai seni yang lebih tinggi dibanding dengan hasil seni yang menggunakan tekhnologi, karena setiap olesan kuas dan paduan warna mempunyai rasa bagi pelukis dan bagi pencinta seni. (Ungel/Red.03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.